March 9, 2025

Bank Indonesia dan VIDA Bersatu Hadapi Ancaman AI, Deepfake, dan ATO

Penulis: Desmal Andi
Bank Indonesia dan VIDA Bersatu Hadapi Ancaman AI, Deepfake, dan ATO 

Mobitekno – Bank Indonesia bersama VIDA baru saja menggelar Webinar Perlindungan Konsumen SIGUNA sebagai respon terhadap lonjakan tajam kasus penipuan digital, khususnya yang berkaitan dengan pengambilalihan akun atau Account Takeover (ATO). Kegiatan ini menjadi forum diskusi bagi lebih dari 700 pelaku industri keuangan dari berbagai sektor, termasuk perbankan lokal dan regional. Selain itu, kehadiran perwakilan dari organisasi seperti Aftech, ASPI, dan Perbanas turut memperkaya pembahasan mengenai langkah-langkah strategis untuk meminimalisir risiko kejahatan siber di sektor keuangan.

Deputi Direktur Perlindungan Konsumen Bank Indonesia, Dedi Noor Cahyanto, menyoroti urgensi peningkatan perlindungan bagi nasabah. Ia menyampaikan bahwa sektor keuangan yang tangguh harus dibangun dengan mengedepankan edukasi serta pemberdayaan masyarakat dalam memahami risiko digital. Dedi juga menegaskan bahwa perkembangan teknologi, khususnya AI, membawa ancaman baru yang harus diantisipasi dengan solusi keamanan yang inovatif. “Ketika teknologi berkembang, metode penipuan pun semakin canggih. Oleh karena itu, sektor perbankan harus terus memperbarui pemahamannya terhadap ancaman terbaru serta menerapkan strategi mitigasi yang efektif. Kepercayaan nasabah hanya bisa terjaga jika keamanan digital tetap menjadi prioritas utama,” ungkapnya.

Perkembangan lanskap digital di Indonesia memperlihatkan peningkatan pesat dalam modus penipuan berbasis AI. Salah satu ancaman yang mulai marak adalah deepfake, teknologi manipulasi yang dapat menciptakan video dan audio palsu yang tampak autentik. Di sisi lain, metode ATO memungkinkan penjahat untuk mengakses akun pengguna dengan mencuri informasi kredensial, sehingga mereka bisa menyamar sebagai korban tanpa disadari.

CEO dan Founder VIDA, Niki Luhur, menegaskan bahwa ancaman tersebut bukan lagi hal yang akan terjadi di masa depan, melainkan sudah menjadi realitas saat ini. “Penipuan berbasis kecerdasan buatan telah berkembang hingga mampu menembus berbagai sistem keamanan konvensional. ATO terjadi saat seseorang kehilangan kendali atas akun digitalnya akibat pencurian identitas yang semakin sulit dideteksi. Dengan teknologi AI yang berkembang, pelaku kejahatan dapat lebih meyakinkan dalam menyamar sebagai pemilik asli akun,” jelasnya.

VIDA
Bank Indonesia dan VIDA Mengajak Kolaborasi Industri Lawan Penipuan AI, Deepfake, dan Account Takeover

VIDA Konsisten Tekan Angka Kejahatan Digital

VIDA, sebagai penyedia layanan identitas digital dan autentikasi, menegaskan komitmennya dalam menghadirkan solusi inovatif untuk menekan angka kejahatan digital. Dengan menghadirkan sistem verifikasi yang lebih canggih, perusahaan ini bertujuan untuk mencegah berbagai modus penipuan, mulai dari ATO hingga deepfake dan serangan berbasis social engineering. Hal ini bertujuan untuk memperkuat ekosistem digital yang lebih aman dan tepercaya bagi masyarakat luas.

Dalam laporan terbarunya yang berjudul “Where’s The Fraud? The State of Authentication and Account Takeovers in Indonesia,” VIDA memaparkan beberapa temuan penting mengenai tren penipuan digital di Indonesia. Laporan tersebut menunjukkan bahwa:

  • Sebanyak 67% pengguna digital telah mengalami transaksi mencurigakan atau tidak sah di akun mereka.
  • 84% perusahaan melaporkan bahwa sistem SMS OTP yang digunakan sebagai langkah autentikasi telah menjadi celah keamanan, dengan insiden seperti pencurian data melalui SIM swap dan serangan phishing.
  • Meskipun 98% bisnis menghadapi tantangan dalam sistem autentikasi, hanya 9% yang benar-benar mengadopsi langkah-langkah keamanan yang lebih ketat.

Data ini menegaskan bahwa perlindungan terhadap konsumen di era digital tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah. Ancaman seperti AI-powered fraud, deepfake, dan ATO harus dihadapi secara kolektif oleh seluruh pemangku kepentingan, mulai dari lembaga keuangan hingga penyedia layanan keamanan siber.

Kolaborasi menjadi kunci utama dalam menghadapi kejahatan digital yang semakin kompleks. Seluruh pelaku industri diharapkan dapat bekerja sama untuk mengembangkan sistem keamanan yang lebih kokoh, sehingga nasabah dapat bertransaksi dengan aman di dunia digital. Dengan sinergi yang solid, sektor perbankan dan teknologi dapat membangun pertahanan yang lebih tangguh dalam mencegah penipuan dan memastikan kepercayaan publik terhadap ekosistem digital Indonesia tetap terjaga.

Tags: ,


COMMENTS