April 7, 2025

Bermitra dengan TSMC, Intel Berharap Bisnis Prosesornya Kembali Kompetitif di Masa Mendatang

Penulis: Iwan RS
Bermitra dengan TSMC, Intel Berharap Bisnis Prosesornya Kembali Kompetitif di Masa Mendatang 

Mobitekno – Strategi menarik diambil Intel belum lama ini dengan melakukan kolaborasi dengan TSMC (Taiwan Semiconductor Manufacturing Company), mitra sekaligus pesaingnya dari Taiwan di industri semikonduktor. Kemitraan keduanya bertujuan untuk memproduksi prosesor masa depan yang membawa dampak siginifikan bagi lanskap industri semikonduktor.

Menurut laporan terbaru dari ExtremeTech, keputusan Intel untuk bermitra dengan TSMC merupakan langkah signifikan untuk mengatasi ‘masalah’ manufaktur yang terjadi di divisi pabrik chip Intel yang sedang bergumul dalam beberapa tahun terakhir untuk tetap kompetitif dengan pesaingnya.

Selama beberapa dekade, Intel menjadi tolok ukur utama bagi banyak pihak dalam pembuatan chip modern. Model atau pakem “tick-tock” dalam pengembangan chip dianggap telah membuat inovasi Intel tetap terjaga selama ini. Dimana model ini menerapkan mekanisme silih berganti antara fase mengecilkan ukuran transistor (tick) dan memperkenalkan mikroarsitektur baru (tock).

Intel great again 04

Sayangnya, kecakapan manufaktur Intel telah menurun selama beberapa tahun terakhir ini dan berdampak pada chip Intel sendiri. Keterlambatan dalam melakukan transisi ke process node yang lebih kecil, khususnya chip 10nm dan 7nm membuka peluang bagi para pesaing, misalnya AMD dan Apple untuk menggunakan process node dari TSMC sehingga prosesor mereka menjadi lebih bertenaga dan hemat energi dari chip Intel.

Masalah manufaktur chip Intel akhirnya membawa dampak domino ke bisnis Intel lainnya. Sebut saja performa chip Intel tidak lagi paling superior dan kepercayaan investor pun mulai goyah. Perlahan, Intel akhirnya mulai kehilangan pangsa pasar di segmen konsumen, bahkan mulai kehilangan dominasinya di pasar data center dari AMD sejak akhir 2024 lalu. Intel yang yang pernah menjadi raja akhirnya berada dalam posisi yang tidak lazim, harus mengejar ketertinggalan dari pesaing-pesaingnya.

Minta bantuan TSMC untuk mengejar ketertinggalan

Roda bisnis terus berputar. Intel yang sempat unggul di dunia manufaktur chip akhirnya harus merelakan TSMC sebagai pemimpin global dalam manufaktur chip. Terbukti, TSMC telah menarik klien besar seperti Apple, AMD, Nvidia, hingga Qualcomm. Kemampuannya untuk secara konsisten dapat menghadirkan teknologi process node canggih, seperti 5nm dan 3nm telah menjadikan TSMC menjadi pilihan utama banyak pihak untuk memproduksi chip mereka masing-maing.

Menurut ExtremeTech, kerjasama Intel dan TSMC berkaitan dengan pembuatan prosesor masa depan dengan menggunakan teknologi process node canggih dari TSMC. Kemungkinan, prosesor ini nantinya bukan hanya mencakup chip konsumen, tetapi juga chip yang menyasar segmen data center dan komputasi AI yang mana efisiensi dan performa menjadi faktor krusial.

Intel great again 03

Kolaborasi ini dianggap bukan hanya menyesuaikan rantai pasokan, tapi juga menyangkut perubahan besar dalam pendekatan Intel terhadap pengembangan chip. Dengan mengalihkan sebagian prosese manufaktur chipnya ke TSMC, Intel mengakui bahwa mereka harus mengadopsi model manufaktur yang lebih fleksibel agar tetap kompetitif ke depan.

Ini juga mencerminkan strategi pragmatis oleh CEO Intel Pat Gelsinger, yang telah mendorong perusahaan menuju masa depan yang lebih terbuka dan tidak bergantung pada pabrik pengecoran. Di bawah kepemimpinannya, Intel telah meluncurkan Intel Foundry Services (IFS), yang bertujuan untuk memproduksi chip tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk pihak ketiga — dalam persaingan langsung dengan TSMC dan Samsung. Namun, untuk menjadikan IFS sukses, Intel harus terlebih dahulu memperkuat lini produk intinya — dan bermitra dengan TSMC adalah jalan pintas untuk mencapainya dengan lebih cepat.

Kebijakan tarif resiprokal Trump

Salah satu alasan Trump membuat kebijakan tarif timbal balik atau resiprokal adalah untuk membawa kembali manufaktur ke AS. Caranya dengan mengenakan pajak atas barang-barang yang masuk (impor) ke AS, termasuk semikonduktor, dengan tarif yang sama dengan tarif yang dikenakan negara lain atas ekspor AS.

Hal ini mungkin bisa mendorong TSMC untuk memperluas pabriknya di AS guna menghindari tarif tinggi, seperti tarif 25% yang diusulkan Trump. TSMC berkomitmen untuk membangun pabrik di Arizona, dan tekanan tarif mungkin bisa mempercepat peralihan tersebut. Termausk kolaborasi TSMC dengan Intel yang tengah berjuang untuk mendapatkan kembali keunggulan manufakturnya.

Bagi Intel, kebijakan tersebut menawarkan peluang dan tantangan. Tarif dapat membuat chip buatan luar negeri TSMC lebih mahal, sehingga mendorong perusahaan-perusahaan AS seperti Apple dan Nvidia untuk mencari alternatif. Intel dapat memperoleh keuntungan dengan bermitra dengan TSMC untuk memproduksi chip di dalam negeri, memanfaatkan teknologi canggih TSMC sekaligus membuat pabrik dan chip Intel masih tetap bisa kompetitif dan relevan.

Intel great again 02

Kerja sama memang dapat meningkatkan produksi prosesor AS, sejalan dengan tujuan Trump untuk mengurangi ketergantungan AS pada chip produksi asing. Namun, untuk sampai di tujuan itu bukan persoalan mudah. ​​Tarif tinggi dapat menaikkan biaya bagi klien TSMC, memperlambat permintaan, sementara biaya tenaga kerja AS dan rantai pasokan yang kurang berkembang dapat membuat chip buatyan lokal AS menjadi lebih mahal dari yang sebelum diproduksi di luar AS karena beberapa faktor.

Keberhasilan kolaborasi ini juga bergantung pada kesepakatan perdagangan Intel dan TSMC dengan beberapa negara lainnya yang terkait dan bukan hanya antara AS dan Taiwan. Selain itu, sampai kapan Intel dan TSMC dapat terus menyelaraskan kepentingan mereka dalam kerangka win-win solution? Belum ada yang tahu pasti. Berhasil tidaknya strategi ini masih susah ditebak dan mungkin hanya waktu yang bisa menjawab.

Tags: , , , , , , , ,


COMMENTS