
Mobitekno – Di tengah gejolak perdagangan global, kebijakan tarif impor Donald Trump kembali menjadi sorotan. Kali ini, Apple—raksasa teknologi asal AS—menghadapi tantangan berat. Laporan eksklusif dari The Wall Street Journal (WSJ) mengungkap bagaimana kebijakan tarif 54% untuk produk impor dari Tiongkok dapat mengguncang struktur harga iPhone 16 Pro.
Jika tarif ini benar-benar diterapkan, biaya produksi iPhone 16 Pro diperkirakan melonjak drastis. Pertanyaannya, akankah Apple menaikkan harga jual, atau justru menyerap sebagian kerugian demi menjaga daya beli konsumen?
Sebagaimana diketahui, kebijakan reciprocal tariffs bertujuan untuk mengenakan tarif pada negara-negara yang mengenakan tarif tinggi pada barang-barang AS, yang secara efektif mencoba menyeimbangkan hubungan perdagangan.
Berdasarkan analisis TechInsights dan iFixit, berikut komponen utama dan biaya produksi iPhone 16 Pro (256GB) ssebelum kebijakan tarif:
– Chip A18 Pro: US$90,85
– Layar: US$37,97
– Baterai: US$4,10
– Modem 5G: US$26,62
– Memori: US$21,80
– Penyimpanan: US$20,59
– Kamera belakang: US$126,95
– Penutup utama: US$20,79
– Komponen lain: US$200,06
Total biaya komponen: US$549,73
Ditambah pengujian & perakitan: US$580
Perlu diingat, angka ini belum termasuk biaya riset, pengembangan, pemasaran, dan operasional lainnya. Meski demikian, WSJ menegaskan bahwa margin keuntungan Apple masih sangat besar.
Dampak Kebijakan Tarif 54%: Lonjakan Biaya & Ancaman pada Profitabilitas
Saat ini, iPhone 16 Pro (256GB) dijual seharga US$1.099 atau Rp18 jutaan di Amerika Serikat. Namun, jika tarif Trump berlaku, perhitungan biayanya berubah:
– Biaya produksi awal: US$580
– Tarif 54%: US$313,2
– Total biaya baru: US$847
Artinya, biaya produksi melonjak hampir 50%. Padahal, Apple masih harus menanggung biaya pemasaran, distribusi, dan operasional lainnya.
Lantas, apa pilihan Apple?
1. Menaikkan Harga Jual
– Konsumen harus bersiap membayar lebih mahal.
– Risiko penurunan penjualan jika harga terlalu tinggi.
2. Menyerap Sebagian Biaya
– Margin keuntungan menyusut, tetapi harga tetap kompetitif.
– Strategi ini mungkin dipilih demi menjaga loyalitas pelanggan.
3. Memindahkan Rantai Produksi
– Mengalihkan perakitan ke negara lain (India, Vietnam) untuk menghindari tarif.
– Namun, proses ini membutuhkan waktu dan investasi besar.
Hingga kini, Apple belum memberikan pernyataan resmi. Namun, analis memprediksi bahwa kenaikan harga tidak terhindarkan, meski mungkin tidak sebesar 54%. Kemudian, Apple bisa mengoptimalkan efisiensi produksi untuk mengurangi dampak tarif, dan model iPhone terjangkau (SE atau versi lama) mungkin lebih laris jika harga Pro melambung.
Joanna Stern dari WSJ menyebut laporannya sebagai analisis paling realistis sejauh ini. Namun, keputusan akhir tetap berada di tangan Apple.
Kebijakan tarif Trump bukan hanya soal persaingan dagang AS-Tiongkok, tetapi juga memengaruhi harga gadget favorit dunia. Jika tarif benar-benar diberlakukan, iPhone 16 Pro bisa menjadi lebih mahal—atau profitabilitas Apple terkikis. Bagi konsumen, ini saatnya mempertimbangkan alternatif atau menunggu strategi Apple.
Tags: Apple, Donald Trump, iPhone 16 Pro, iPhone 16 Series, Kebijakan Tarif