
Mobitekno – Di tengah transformasi digital yang kian menggelora, Indonesia tak hanya dituntut untuk berlari, tetapi juga merajut benang-benang kolaborasi. Layaknya tenun tradisional yang memadukan warna dan motif, Indonesia Digital Forum 2025 hadir sebagai kanvas bagi para pemangku kepentingan untuk menyelaraskan visi, yakni membangun ekosistem digital yang inklusif, aman, dan berkelanjutan. Digagas melalui sinergi tritunggal—PANDI, APJII, dan ATSI— forum perdana ini tak sekadar menjadi ajang diskusi, melainkan manifesto komitmen bersama dalam menjawab tantangan era disrupsi.
Indonesia Digital Forum 2025 hadir sebagai wadah untuk menyisir setiap masalah digital yang ada, mencari solusi, dan merumuskan langkah strategis yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Rencananya, setiap tahun Indonesia Digital Forum akan bergulir dengan mengumpulkan berbagai pemangku kepentingan dari berbagai sisi—pemerintah, pelaku industri, akademisi, hingga masyarakat umum. Tujuannya jelas: mengidentifikasi masalah-masalah digital yang menghambat kemajuan bangsa. Mulai dari kesenjangan digital antara kota dan desa, literasi digital yang masih rendah, hingga tantangan keamanan siber yang semakin kompleks.
Dengan pendekatan yang komprehensif, forum ini tidak hanya sekadar membahas masalah, tetapi juga mencari titik temu dari berbagai perspektif. Harapannya, solusi yang dihasilkan tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga praktis dan dapat diimplementasikan secara nyata.
Dari PANDI Meeting ke Indonesia Digital Forum 2025
Forum strategis ini berakar dari temuan PANDI tentang interdependensi nama domain .id dengan infrastruktur digital nasional. Catatan pendaftaran domain .id yang mencapai 1,2 juta di akhir 2024 menjadi penanda vital bahwa literasi digital masyarakat tumbuh, tetapi juga menyiratkan kebutuhan akan fondasi yang kokoh.
“Domain bukan sekadar alamat virtual, melainkan cerminan kedewasaan ekosistem digital,” ucap John Sihar Simanjuntak, selaku Ketua PANDI. Dari sini, PANDI Meeting ke-15 berevolusi menjadi bagian integral Indonesia Digital Forum 2025, mengusung pembahasan kebijakan domain tingkat dua, penyelesaian sengketa nama domain, hingga inovasi aksara non-Latin.
Tak hanya PANDI, APJII dan ATSI turut menegaskan urgensi forum ini. Di satu sisi, 352 juta pelanggan seluler dan ribuan penyedia ISP menyisakan tantangan tata kelola. Di sisi lain, konsolidasi operator telekomunikasi yang menyisakan tiga pemain besar menghadirkan paradigma baru, yakni bagaimana menjaga keseimbangan antara kompetisi dan kolaborasi.
Mengusung tema“Kolaborasi dan Sinergi Membangun Ekosistem Digital Indonesia”, forum ini dirancang sebagai ruang dialog multidisiplin. Rangkaian seminar nasional dan FGD akan mengupas tuntas enam pilar kunci:
1. Infrastruktur Digital (konektivitas, data center, cloud computing),
2. Platform Digital (ekosistem aplikasi dan teknologi),
3. Keamanan Data (proteksi siber dan privasi),
4. Ekonomi Digital (startup, UMKM go digital),
5. Regulasi (payung hukum inovatif),
6. SDM dan Literasi (peningkatan kompetensi generasi muda).
Pembicara dari kementerian, pelaku industri, akademisi, hingga komunitas akan bersatu dalam satu panggung, membahas tidak hanya kebijakan makro tetapi juga implementasi teknis. “Ini bukan tentang siapa yang paling cepat, tapi bagaimana kita bersama-sama memastikan tidak ada yang tertinggal,” tegas perwakilan APJII.
Peluncuran Survei Internet APJII 2025
Bertepatan dengan HUT ke-29 APJII, forum ini akan menjadi panggung peluncuran Survei Internet APJII 2025—sebuah kompas digital yang memetakan perilaku pengguna internet di Tanah Air. Sejak 2006, survei ini menjadi rujukan utama pemangku kebijakan untuk memahami dinamika penetrasi internet, dari perkotaan hingga pelosok desa. Hasilnya diharapkan menjadi landasan kebijakan yang lebih responsif, sekaligus mencerminkan progres Indonesia menuju visi “Digital Indonesia 2025”.
Meski optimisme mengemuka, jalan menuju ekosistem digital ideal masih berbatu. Konsolidasi operator telekomunikasi dan maraknya penyedia ISP “abal-abal” menjadi pekerjaan rumah bersama. “Kami tak ingin internet hanya dinikmati segelintir orang, atau dikuasai oleh pemain yang tak bertanggung jawab,” ungkap perwakilan ATSI. Di sinilah kolaborasi lintas sektor diuji: bagaimana merumuskan regulasi yang ketat tanpa mematikan inovasi, sekaligus menjamin akses merata bagi 274 juta jiwa penduduk.
Indonesia Digital Forum 2025 bukan sekadar event, melainkan sebuah gerakan. Untuk itu, para inisiator membuka undangan bagi profesional, akademisi, komunitas digital, dan masyarakat umum untuk berpartisipasi.
“Setiap gagasan, setiap suara, adalah benang yang memperkuat tenun digital kita,” ajak panitia penyelenggara.
Acara yang terbuka untuk umum ini akan digelar di Jakarta pada 15-16 Mei 2025, dengan pendaftaran dapat dilakukan melalui situs resmi forum. Sebagai nation dengan populasi digital terbesar ke-4 di dunia, Indonesia memiliki modal sosial yang tak ternilai. Indonesia Digital Forum 2025 menjadi medium untuk memastikan bahwa setiap langkah digital kita tertata, inklusif, dan berkeadilan.
Tags: APJII, ATSI, ekosistem digital, Indonesia Digital Forum 2025, Internet, PANDI