
Mobitekno – Pada bulan Maret 2025, OpenAI meluncurkan peningkatan signifikan model AI GPT-4o dalam kemampuannya untuk membuat gambar atau foto. Pembaruan ini memungkinkan pengguna untuk membuat gambar yang sangat realistis, lengkap dengan teks yang terbaca dan cukup akurat dan kontekstual sesuai gamabr yang diinginkan.
Meskipun fitur tersebut diharapkan dapat memicu kreativitas, misalnya fitur mengkonversi foto menjadi gambar dengan gaya anima Studio Ghibli hingga infografis yang rumit, fitur tersebut juga telah membuka risiko baru yang berpotensi disalahgunakan. Satu tren yang cukup menjadi perhatian adalah penggunaan kemapuan GPT-4o untuk membuat struk restoran palsu, yang menimbulkan kekhawatiran serius tentang perannya sebagai tool AI baru yang dapat dimanfaatkan bagi pelaku penipuan deepfake.
Kemampuan untuk membuat struk yang meyakinkan mungkin terdengar seperti trik sulap yang unik, bayangkan menyulap tagihan dari restoran fiktif dengan tepi kusut dan noda kopi, tetapi implikasinya cukup luas. Struk yang dibuat dengan AI ini sangat mirip dengan aslinya sehingga dapat dengan mudah dianggap sebagai bukti pembelian dalam skenario yang verifikasinya lemah.
Penipu dapat memanfaatkannya untuk mengklaim penggantian biaya (reimbursement) yang sebenarnya tidak ada, mengajukan pengurangan pajak palsu, atau bahkan melakukan penipuan di platform e-commerce dengan riwayat pembelian yang sebenarnya tidak ada. Cukup beberapa perintah (prompt) yang disusun dengan baik, lalu diiukti dengan satu atau dua perubahan, dan seketika struk palsu berpotensi menipu orang awam yang melihatnya.
GPT-4o semakin mahir dalam membuat teks pada gambar
GPT-4o disebut telah mendapatkan peningkatan dalam rendering teks dan kesadaran kontekstualnya. Tidak seperti pendahulunya, model baru ini dapat menghasilkan struk dengan daftar terperinci, harga yang realistis, hingga detail halus seperti tarif pajak. Meskipun kemampuan baru GPT-4o ini masih perlu dibuktikan dengan struk di berbagai negara lainnya, termasuk Indonesia.
Posting media sosial di X telah memperlihatkan beberapa contoh struk, seperti struk restoran steak di San Francisco, lengkap dengan latar belakang meja kayu dan tekstur kertas yang kusut. Meskipun beberapa kekurangan masih ditemui, misalnya penggunaan koma dan bukan titik desimal atau total yang tidak sesuai, dengan beberapa koreksi dan penyempurnaan lanjutan, pengguna dengan cepat dapat mebuat struk palsu yang cukup realistis.
Perlu diketahui, kemampaun GPT-4o yang semakin mumpuni dalam membuat gambar bisa berdampak negatif ke berbagai domain. Misalnya bagi bisnis berskala kecil atau UKM, ini berarti ada risiko lonjakan klaim pengeluaran yang tidak seharusnya ada dan dapat merusak kredibilitas atau kepercayaan konsumen.
Ambil contoh, seorang pekerja yang curang menyerahkan setumpuk struk yang dibuat AI untuk makanan yang tidak pernah dimakan oleh konsumen, setiap struk plasu dapat membuat kebocoran dalam keuangan bisnis/perusahaan.
Seiring waktu, kerugian dapat meningkat, terutama bagi organisasi tanpa sistem audit yang kuat. Pengecer dan restoran mungkin juga menghadapi kerusakan reputasi jika struk palsu dijadikan senjata untuk mencoreng nama baik mereka, mungkin dengan menuduh layanan yang buruk atau harga yang dinaikkan dalam kampanye daring yang dirancang untuk menyesatkan konsumen atau pesaing.
Risiko sosial dan respons OpenAI
Di luar risiko kerugian finansial, ada juga risiko sosial yakni terkikisnya kepercayaan pada bukti struk visual. Tanda terima, seperti foto atau video, telah lama diterima sebagai bukti nyata dalam transaksi sehari-hari. Namun, seiring hadirnya AI yang semakin jago membuat gambar, batas antara struk asli dan palsu semakin kabur.
Proses verifikasi yang dulunya mengandalkan pandangan sekilas pada “gambar asli” kini sudah usang, yang memaksa bisnis dan individu untuk mengadopsi metode yang lebih canggih—dan mahal—untuk mendeteksi penipuan. Pergeseran ini dapat membebani entitas yang lebih kecil secara tidak proporsional, memperlebar kesenjangan antara mereka yang mampu membeli pertahanan berteknologi tinggi dan mereka yang tidak mampu.
OpenAI mengakui adanya risiko ini. Juru bicara OpenAI, Taya Christianson, mengatakan bahwa semua gambar yang dibuat oleh ChatGPT berisi metadata yang menunjukkan asal gambar tersebut. Ia juga menambahkan bahwa OpenAI akan mengambil tindakan jika terjadi pelanggaran aturan penggunaan dan terus belajar berdasarkan penggunaan nyata dan masukan pengguna.
Fitur OpenAI memang membuka potensi kreatif yang kuas. Meskipun penggunaannya memiliki manfaat, namun dampak negatifnya juga tidak boleh dianggap remeh, terutama mengingat ekosistem deepfake yang telah mengganggu ruang maya/digital dan membuat kegaduhan netizen dengan semakin banyaknya video, suara, dan identitas palsu yang beredar di Internet.
Seiring meluasnya kemampuan GPT-4o, batas antara inovasi dan eksploitasi semakin menipis. Ini bukan hanya soal struk atau kuitansi palsu tapi berkaitan dengan dampak AI pada berbagai aspek kehidupan manusia . Tanpa aturan dan batasan yang jelas, AI dapat disalahgunakan oleh pelaku kriminal yang dapat mengakibatkan kerugian bagi bisnis, konsumen, dan kepercayaan itu sendiri.
Tags: ChatGPT, deep fake, image generator, OpenAI, struk palsu