Mobitekno – DoubleVerify (DV), platform perangkat lunak terkemuka untuk pengukuran, data, dan analisis media digital, telah merilis laporan hasil kerja sama dengan WARC yang berjudul “Raising the Bar in APAC: How Media Quality and Performance Drive Outcomes”.
Laporan ini mengeksplorasi hubungan antara kualitas media, pengukuran perhatian, dan kinerja pengiklan di wilayah Asia-Pasifik (APAC). Temuan ini memberikan wawasan yang dapat ditindaklanjuti bagi merek-merek India yang ingin memberikan pengaruh di pasar digital.
Asia-Pasifik (APAC) kini menjadi kawasan penting periklanan digital, dengan Indonesia menjadi salah satu negara penting target pasar. Namun bagi pemilik brand yang ingin menavigasi ekosistem yang kompleks dan berkembang pesat ini memerlukan lebih dari sekadar menghabiskan anggaran untuk tayangan.
Para marketer di Indonesia, seperti halnya negara lain di kawasan APAC, harus menyadari pentingnya kualitas media dalam mendorong keberhasilan kampanye suatu iklan. Salah menyasar target justru akan membuat beberapa konsekuensi yang berdampak langsung pada efektivitas kampanye iklan, termasuk meningkatkan visibilitas, engagement, reputasi brand, hingga ROI bagi brand.
Beberapa studi sudah menunjukkan pentingnya hal ini. Sebuah studi Nielsen menemukan bahwa iklan yang ditampilkan di media berkualitas tinggi memiliki tingkat viewability yang 20% lebih tinggi daripada iklan yang ditampilkan di media berkualitas rendah.
Ada pula studi oleh MediaMath yang melaporkan bahwa iklan yang ditampilkan di media berkualitas tinggi memiliki tingkat engagement yang 30% lebih tinggi daripada iklan yang ditampilkan di media berkualitas rendah.
Mulai beralih pada kualitas daripada kuantitas
Menurut Conrad Tallariti, Managing Director, APAC, DoubleVerify, belanja iklan digital di APAC telah meningkat selama beberapa tahun terakhir dan diperkirakan mencapai 156,4 miliar USD pada tahun 2024, berkat evolusi teknologi yang pesat dalam ekosistem iklan digital global.
“Meskipun potensi pertumbuhan belanja iklan digital di kawasan Asia Pasifik sangat besar, pengiklan harus tetap melindungi investasi mereka dengan melakukan verifikasi berkala terhadap semua saluran digital, agar tidak berisiko membuang-buang investasi mereka. Kualitas media harus menjadi dasar dari setiap kampanye periklanan, dan pemasar membutuhkan edukasi lebih tentang verifikasi,” tambah Conrad.
Laporan DV mengungkapkan adanya kesenjangan signifikan antara kesadaran akan pentingnya kualitas media dan implementasinya secara nyata. Meskipun 84% pemasar di APAC menyadari dampaknya terhadap hasil kampanye, hanya 59% yang secara aktif mengukurnya. Kesenjangan ini menyoroti perlunya wawasan yang bisa ditindaklanjuti dan tools untuk mengukur yang andal.
Di Indonesia, hal ini berarti perlunya tools yang dapat mengukur dan melakukan verifikasi seperti yang ditawarkan pada DoubleVerify. Dengan tools yang ditawarkan DV, pengiklan bukan hanya dapat melakukan analisis metrik dasar, seperti ‘click’ dan ‘impression’, tapi juga wawasan detail tentang viewability (keterlihatan), ad fraud (penipuan iklan), kesesuaian brand, dan relevansinya terhadap yang ditargetkan.
Dengan memahami di mana iklan mereka muncul dan siapa yang melihatnya, pengiklan di Indonesia dapat mengoptimalkan kampanye untuk mendapatkan keterlibatan dan dampak nyata.
Muhammad Arif Bijaksana, Business Director Indonesia DoubleVerify juga menjelaskan bahwa kondisi kesenjangan ini cukup disayangkan karena brand tidak mengukur key performance indicator (KPI) dari iklan yang ditayangkan. Padahal, nilai belanja iklan digital di Indonesia mencapai Rp 40 triliun pada tahun lalu dan diprediksi meningkat Rp 48 triliun di tahun ini.
“Sebagian besar pemasar gagal mengevaluasi keputusan pembelian media digital, dengan hanya 17% di antara mereka yang mengevaluasi efektivitas berdasarkan indikator penting seperti brand suitability, viewability, fraud, serta intended geography,” ujar Arif dalam acara di Jakarta (30/1/2024).
Bangkitnya jaringan media ritel
Laporan DV juga mengidentifikasi adanya tren jaringan media ritel (retail media network/RMN) di kawasan APAC. Platform yang dimiliki dan dioperasikan oleh pengecer menawarkan akses ke audiens yang terlibat dalam aktivitas belanja. Indonesia, dengan sektor e-commerce yang berkembang bisa menjadi target menarik bagi RMN, seperti iklan Shopee dan Tokopedia.
Namun, memanfaatkan RMN secara efektif memerlukan prioritas pada kualitas media. Pemasar di Indonesia harus memastikan iklan mereka ditampilkan di lingkungan yang aman bagi merek, sehingga menjangkau pembeli yang relevan dalam ekosistem e-commerce. Solusi DoubleVerify dapat membantu menavigasi ruang ini, menyediakan deteksi penipuan, pengukuran keterlihatan, dan analisis kesesuaian merek yang dirancang khusus untuk RMN.
Atensi konsumen menjadi prioritas
Ketika konsumen dibombardir dengan pesan-pesan digital, termasuk iklan digital, faktor atensi menajdi fookus utama bagi pengiklan. Laporan ini menggarisbawahi pentingnya metrik atensi, seperti time-in-view (waktu tayang) dan audible impressions (tayangan yang terdengar) dalam mengukur efektivitas suatu kampanye iklan.
Pengiklan di Indonesia sangat menyadari lanskap media yang terfragmentasi, dapat memanfaatkan metrik atensi tersebut untuk memahami bagaimana iklan suatu brand-benar diterima oleh audiens.
Dengan mengukur waktu aktual yang dihabiskan audiens untuk berinteraksi dengan materi iklannya, mereka dapat mengoptimalkan format, penempatan, dan pesan untuk mendapatkan dampak maksimal.
Laporan ini menekankan perlunya beralih dari pengukuran pasif menuju optimalisasi aktif. Memahami kualitas media saja tidak cukup. Pengiklan juga harus memanfaatkan wawasan ini untuk menyempurnakan kampanye secara real-time.
Platform DoubleVerify dapat memberdayakan pengiklan di Indonesia untuk melakukan hal tersebut. Solusi terprogramnya memungkinkan penyesuaian otomatis berdasarkan parameter kualitas yang telah ditentukan sebelumnya, memastikan kampanye tetap berjalan pada jalurnya dan memberikan hasil yang optimal.
Transformasi periklanan di era AI
Fenomena super-app juga berdampak pada lanskap iklan/media digital. Bisa terlihat bagaimana e-commerce, seperti Grab, Lazada dan Tokopedia mulai menjadi fokus pencarian, bahkan menyaingi media sosial dan pencarian melalui Google search engine.
Namun, yang tidak kalah menarik adalah terjadinya transformasi periklanan dengan hadirnya teknologi AI. AI memungkinkan iklan digital untuk ditargetkan dengan sangat spesifik berdasarkan data pengguna seperti demografi, minat, perilaku browsing, dan riwayat pembelian. Iklan menjadi lebih relevan bagi pengguna.
Algoritma AI dapat menentukan kapan dan berapa kali menampilkan iklan kepada pengguna tertentu untuk meningkatkan peluang klik atau konversi. Bahkan AI dapat menganalisis tanggapan emosional pengguna terhadap iklan untuk menentukan strategi kreatif yang lebih efektif.
AI dapat mempelajari konteks halaman web untuk menampilkan iklan yang relevan dengan konten halaman hingga melakukan analisis data secara otomatis untuk memahami kinerja iklan dan memberikan insight untuk optimasi berkelanjutan.
Jadi, hadirnya AI telah membuat iklan digital menjadi lebih cerdas dan efektif dalam menjangkau audiens yang tepat. Namun tantangannya adalah bagaimana menjaga privasi dan etika penggunaan data pengguna.
Tags: Ads, APAC, digital ads, DoubleVerify, DV, iklan, media digital