Mobitekno – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menerima kunjungan dari PT. PLN Indonesia Power (PLN IP) di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) B.J. Habibie, Serpong (22/5/2024). Kunjungan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tim PT. PLN IP terkait teknologi reaktor nuklir khususnya untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Kalimantan Barat sebagi salah satu alternatif pembangkit EBT (Energi Baru Terbarukan).
Dewan Energi Nasional (DEN) telah menyampaikan bahwa pemerintah telah menyelesaikan draf pembentukan Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO) untuk mempercepat pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Ini menjadi bukti keseriusan pemerintah Indonesia dalam mengembangkan tenaga nuklir sebagai salah satu sumber energi alternatif di masa depan yang tergolong bersih dan berkelanjutan serta ramah lingkungan (rendah emisi).
Meski demikian, ada banyak pekerjaan rumah yang perlu dikerjakan untuk mengadopsi tenaga nuklir, seperti pemilihan lokasi yang tepat, teknologi PLTN yang digunakan, sumber pendanaan, regulasi terkait keamanan dan keselamata, serta sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang energi nuklir.
“Tujuan kami disini adalah transfer knowledge untuk teman-teman dan untuk peningkatan pengetahuan. Kerja sama dengan BRIN ini sudah berjalan di tahun kedua yang konteksnya untuk pengembangan PLTN di Kalimantan Barat,” ujar Sugeng Triyono, Perwakilan dari PT. PLN IP.
Sementara itu, Perekayasa Ahli Utama, Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir (PRTRN) – BRIN, M. Dhadhang Purwadi mengungkapkan PRTRN mempunyai tugas melakukan riset dan pengembangan teknologi reaktor nuklir.
“Salah satunya yaitu dengan menjalin kerja sama dengan PLN IP dan NuScale untuk kajian teknoekonomi assesment pembangunan PLTN di Kalimantan Barat,” ungkapnya.
Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy sudah beroperasi sejak 37 tahun lalu
Selain itu, Dhandhang menerangkan salah satu reaktor yang dimiliki oleh BRIN yaitu Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy (RSG-GAS) yang sudah mulai beroperasi sejak tahun 1987 dan masih beroperasi hingga sekarang.
Dhandhang menjelaskan bahwa reaktor BRIN ini dinamakan serba guna karena digunakan untuk trainer, produksi radioisotop, dan juga untuk testing material. Jadi jika ingin menemukan material baru, kemudian dengan menggunakan metalurgi dipanaskan, karakterisasinya dilakukan di sana, karena dengan neutron reaktor, pemahaman struktur lewis bisa lebih tajam sehingga kisi-kisi dari suatu material akan jauh lebih baik daripada dengan menggunakan sinar X.
“Jadi itulah yang digunakan untuk meng-karakterisasi material. Seiring dengan perkembangan jaman, untuk menemukan material-material baru, reaktornya harus dinaikkan dayanya,” tambahnya.
Lebih lanjut, Dhandhang menjelaskan bahwa RSG-GAS memiliki daya 30 MW. Dayanya tidak digunakan untuk listrik, karena panasnya dibuang ke lingkungan.
“Karena temperatur di reaktor dibatasi hanya 45 derajat celcius, kenapa didesain seperti itu karena yang kami butuhkan di sini bukan panasnya tetapi neutronnya. Reaktor bentuknya kolam di bawahnya ada inti reaktor atau disebutnya teras reaktor,” jelas Dhadhang.
Salah satu peserta kunjungan, Guwowijoyo mengungkapkan harapannya terkait pengembangan PLTN di Indonesia dan adopsi teknologi spesifik yang akan digunakan nantinya.
“Kami belum terlalu familiar dengan nuklir, kami familiarnya dengan pembangkitan jadi kami berharap kerja sama hubungan baik ini terus meningkat, terutama terkait pengembangan kerja sama PLTN terutama teknologi Small Modular Reactor (SMR) lainnya,” harapnya.
“Karena kita melihat ke depannya untuk PLTN terutama pada teknologi SMR itu banyak yang masuk ke kita, adanya inisiasi kerja sama antara BRIN, PLN IP dan NuScale dalam pengembangan kajian teknoekonomi assesment. Teknologi SMR sangat banyak di seluruh dunia, dari Korea dan China juga mau menjalin kerja sama,” pungkasnya.
Selain memprioritaskan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) sebagai pembangkit EBT dalam rangka membangun kapasitas listrik energi baru terbarukan (EBT) dengan kapasitas target sebesar 1.055 Megawatt, PLN IP juga tengah menjajaki pengembangan sumber EBT lainnya seperti hidro, panas bumi, cofiring amonia dan juga nuklir.
Namun, alternatif sumber EBT tersebut belum dapat digunakan sekarang karena beberapa pertimbangan. PLN IP masih menunggu kematangan teknologi untuk selanjutnya digunakan dalam misi menekan emisi karbon sesuai target NZE di 2060.
Tags: BRIN, EBT, nuklir, PLN, PLN IP, reaktor nuklir, Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy