Mobitekno – FBI (Federal Bureau of Investigation) atau Biro Investigasi Federal di Amerika Serikat belum lama ini (14/11/2024) menggeledah apartemen Shayne Coplan, CEO situs taruhan berbasis blockchain yang sedang populer saat ini, yaitu Polymarket.
Berbeda dari pasar taruhan umumnya, platform Polymarket bekerja dengan menggunakan teknologi kripto dan blockchain pada jaringan Polygon (proof-of-stake layer two blockchain yang dibangun di atas Ethereum). Oleh karena berbasis blockchain, sifat platfor ini pun transparan karena semua transaksi dicatat secara publik. Adapun semua transaksinya didenominasi dalam USDC, stablecoin yang dipatok berdasarkan mata uang dolar AS.
Menurut sumber New York Post, FBI berhasil menyita ponsel dan perangkat elektronik lainnya di apartemen Shayne di New York City. pada hari Rabu lalu. Tindakan tegas FBI ini memicu spekulasi dan pertanyaan seputar legalitas dan dampak platform Polymarket, terutama terhadap sektor politik di era digital.
Aksi penggeledahan dilakukan delapan hari setelah pasar taruhan populer yang masih membatasi akses bagi pengguna di AS tersebut, dengan tepat memprediksi mantan Presiden Donald Trump akan memenangkan pemilihan presiden tahun ini. Pada tanggal 6 November, Polymarket menyelesaikan pasar pemilihan presiden AS setelah beberapa media, seperti Associated Press (AP), Fox, dan NBC mengumumkan kemenangan Trump.
Pada awal 2022 lalu, Polymarket sebenarnya telah mencapai kesepakatan dengan CFTC (Commodity Futures Trading Commission), badan regulator pemerintah terkait perdagangan komoditas berjangka di AS. Dalam kesepakatan tersebut, Polymarket setuju membayar denda US$1.4 juta dan menghentikan penawaran yang melibatkan produk pasar prediksi tertentu bagi pengguna di AS karena masih kurangnya regulasi terkait hal ini.
Berdasarkan regulasi ini, Polymarket membatasi akses pengguna dari AS untuk berpartisipasi dalam beberapa pasar prediksi yang mereka tawarkan. Meski beberapa pasar informasi mungkin masih diizinkan, mereka tetap tunduk pada ketentuan ketat untuk memastikan platform tersebut tidak digunakan sebagai ajang taruhan atau investasi spekulatif yang tidak sah.
Sang CEO ungkap rasa kecewa di platform X
Coplan menunjukkan kekecewaannya dengan menyatakan bahwa pemerintahan saat ini seperti ingin mencari upaya terakhir untuk ‘mengejar’ perusahaan yang dianggap berkaitan dengan lawan politik mereka. Denga kata lain, Coplan sepertinya menuduh Polymarket hanya dijadikan kambing hitang karena kekalahan kubu Demokrat dalam Pilpres kali.
“Kami sangat berkomitmen untuk bersikap non-partisan, dan hari ini juga tidak berbeda, tetapi para petahana (incumbent) harus melakukan refleksi diri dan menyadari bahwa mengambil pendekatan yang lebih pro-bisnis dan pro-startup bisa saja akan mengubah nasib mereka dalam pemilihan ini,” tulis Coplan yang bakal menghadapi penyelidikan dari Department of Justice di AS.
Dikutip dari The New York Post, Coplan “dibangunkan pada pukul 6:00 pagi di tempat tinggalnya oleh petugas FBI yang memintanay menyerahkan ponsel dan perangkat elektroniknya. Sejauh ini FBI belum menangkap Coplan dan meolah untuk berkomentar atau menanggapi permintaan dari media atas aksi tersebut.
Taruhan pemilihan presiden AS di Polymarket tercatat mencapai nilai lebih dari US$ 3 miliar dalam volume perdagangan menjelang pemilihan. Tingginya nilai perdagangandi pasar taruhan ini menimbulkan kecurigaan bahwa banyak pengguna AS yang me-bypasss larangan mengakses platform ini dengan menggunakan layanan VPN.
Lembaga CFTC memang bukan pertama kali berurusan dengan masalah perizinan pasar taruhan terkait pemilihan, dengan alasan dampak atau pengaruhnya ke politik. Pasar taruhan berbasis di AS, Kalshi, misalnya, pernah menggugat lembaga tersebut ke pengadilan untuk mendapatkan hak mencantumkan kontrak yang memungkinkan warga Amerika bertaruh pada hasil pemilihan.
Pembalasan politik?
Penyitaan oleh FBI terhadap bos Polymarket ini mendapat serangkaian respons anonim yang umumnya mengkritisi langkah lembaga penegak hukum tersebut. “Ini adalah drama politik besar yang terburuk,'” ujar salah satu responsnya. The New York Post juga mengutip sumber lainnya yang mengatakan bahwa pemerintah kemungkinan mencoba menuduh Polymarket melakukan manipulasi pasar dan memanipulasi jajak pendapatnya untuk menguntungkan Trump.
“Ini merupakan pembalasan politik yang nyata dari pemerintahan yang akan segera berakhir terhadap Polymarket karena menyediakan pasar (platform) yang akurat memprediksi pemilihan presiden 2024,” tulis sumber tersebut.
Menjelang pemilihan, para petaruh mendukung Trump untuk memenangkan pemilihan dengan hasil yang jauh lebih besar daripada mayoritas survei (pollster) yang dianggap kredibel, yang tampaknya umumnya menunjukkan Trump sebagai kandidat Partai republik bersaing ketat dengan kandidat Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris.
Seperti halnya lembaga-lembaga survei, platform taruhan politik kerap dianggap sebagai bentuk prediksi kolektif mengenai hasil suatu peristiwa. Namun, para pengamat dan kritikus berpendapat bahwa taruhan politik dapat dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu untuk mempengaruhi opini publik atau bahkan hasil pemilihan.
Penggerebekan terhadap CEO Polymarket menandai babak baru dalam perdebatan seputar taruhan politik online. Masa depan industri ini akan sangat bergantung pada bagaimana pemerintah merespons fenomena ini dan bagaimana platform taruhan politik dapat mengatasi tantangan regulasi dan etika.
Tags: blockchain, digital, FBI, platform, politik, Polygon, Polymarket