June 7, 2024

Hingga 2024 Model Bisnis Crowdsourcing Masih Menguntungkan, Namun Tidak Semua Usaha Bisa Cocok

Penulis: Desmal Andi
Hingga 2024 Model Bisnis Crowdsourcing Masih Menguntungkan, Namun Tidak Semua Usaha Bisa Cocok 

Mobitekno – GDP Venture kembali menggelar acara bincang-bincang bisnis bertajuk Power Lunch dengan tema “Maximizing Business Growth with an Effective Crowdsourcing Model”. Acara rutin yang selalu digelar setiap bulan ini memang rajin mengangkat tema tentang bagaimana meningkatkan bisnis bagi perusahaan, mulai dari strategi hingga pemasaram.

Untuk itu, di bulan Juni ini, GDP Venture menghadirkan tiga narasumber utama dari tiga perusahaan yang sudah dikenal baik oleh banyak orang. Ketiganya adalah David Soong, CEO SweetEscape; Dimas Harry Priawan, Co-founder & CEO Dekoruma; dan Ardyanto Alam, CEO Garasi.id. Ketiga perusahaan ini merupakan portfolio GDP Venture yang berhasil menerapkan model crowdsourcing dalam bisnis mereka.

Crowdsourcing adalah konsep bisnis dimana layanan, ide, atau konten diperoleh dengan meminta kontribusi dari banyak orang secara daring. Jadi, para pelaku bisnis dengan platform Crowdsourcing ini berusaha untuk meminimalkan biaya operasional dengan memanfaatkan keahlian banyak orang, tanpa perlu terikat penuh ke perusahaan. Airbnb adalah salah satu contoh sukses global yang menerapkan konsep ini. SweetEscape, Dekoruma, dan Garasi.id adalah tiga perusahaan lokal yang juga berhasil dengan model ini.

SweetEscape: Fotografi Global dengan Sentuhan Lokal

SweetEscape, platform layanan fotografi oleh fotografer lokal, kini hadir di lebih dari 500 kota di lima benua dengan lebih dari 1,000 partner fotografer. Bisnis ini melayani klien retail untuk berbagai keperluan seperti ulang tahun, pertunangan, liburan, dan acara penting lainnya. SweetEscape juga merambah pasar B2B dengan menyediakan layanan foto produk, foto jajaran direksi & manajemen, serta video perusahaan.

David Soong, CEO SweetEscape, menjelaskan, “Selain menghasilkan foto yang bagus, partner fotografer kami harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Mereka harus bisa berkomunikasi dengan anak-anak maupun klien dalam kelompok besar. Di luar negeri, fotografer kami sering kali juga berperan sebagai pemandu lokal dengan memberikan informasi tentang tempat-tempat menarik, tempat makan, dan aktivitas lokal. Oleh karena itu, mereka diwajibkan mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Dengan soft skills seperti ini, klien kami menjadi lebih puas dengan layanan yang kami berikan.”

Crowdsourcing
Bincang-bincang Crowdsourcing yang dipandu Ossy Indra Wardhani dari GDP Venture

Garasi.id: Standar Tinggi dalam Layanan Otomotif

Garasi.id yang bibitnya sudah ada sejak zaman Kaskus masih ada ini menawarkan berbagai layanan di bidang otomotif. Layanan tersebut misalnya seperti Warranty, Jasa Inspeksi, Jasa Servis, dan Asisten Darurat. Layanan ini mencakup garansi mobil bekas, inspeksi kendaraan, servis mobil di rumah atau di bengkel mitra, serta bantuan darurat 24 jam. Model crowdsourcing yang diterapkan Garasi.id memungkinkan perusahaan untuk menyediakan layanan berkualitas tinggi dengan efisiensi biaya operasional yang tinggi.

Ardyanto Alam, CEO Garasi.id, menekankan pentingnya standar operasional yang jelas untuk mendapatkan kualitas layanan yang konsisten dari mitra bengkel. “Kami di Garasi.id bekerjasama dengan bengkel-bengkel pilihan untuk memastikan layanan yang diberikan kepada pelanggan kami mempunyai kualitas yang sama. Kami menerapkan standar operasional yang jelas dan bisa diadopsi dengan standar operasional yang telah ada di bengkel tersebut. Tentunya supaya standar operasional kami bisa diterima dengan baik, kami memilih mitra bengkel yang memang kualitasnya tidak diragukan, seperti salah satunya selalu menggunakan komponen asli.”

Dekoruma: Inovasi di Bidang Desain Interior dan Furnitur

Siapa yang tidak kenal dengan nama ini. Buat yang baru punya rumah dan ingin mengisi di dalamnya dengan perabotan-perabotan unik yang sesuai dengan ukuran ruangan, biasanya akan melirik perusahaan ini. Dekoruma didirikan pada tahun 2015 sebagai marketplace furniture. Namun kini, Dekoruma menawarkan jasa desain interior hingga penjualan rumah. Dekoruma bekerjasama dengan desainer interior yang mampu mengerjakan desain dengan gaya Japandi, gaya interior khas Dekoruma.

Dimas Harry Priawan, Co-founder & CEO Dekoruma, menjelaskan mengenai hak cipta, “Kami selalu mencantumkan nama desainer interior kami di setiap karyanya, karena hak cipta adalah milik mereka. Ada salah satu desainer kami yang menjadi mandiri dari hasil kerja dengan kami dan membuka usahanya sendiri. Kami tidak merasa tersaingi dan sangat bangga, bahkan seringkali kami masih tetap bekerjasama dengan baik.”

Dekoruma juga mengembangkan teknologi Thudio by Dekoruma yang memungkinkan desainer untuk mengetahui estimasi biaya dari desain mereka, sehingga bisa menyesuaikan dengan anggaran konsumen.

Crowdsourcing
Ardyanto Alam – CEO Garasi.id, David Soong – CEO SweetEscape, Dimas Harry Priawan – CEO Dekoruma.

Keuntungan dan Tantangan Model Crowdsourcing

Crowdsourcing sendiri merupakan model bisnis yang tidak hanya menguntungkan perusahaan dengan efisiensi waktu dan biaya operasional, tetapi juga memberikan keuntungan bagi para mitranya. Model seperti ini biasanya akan memanfaatkan tenaga kerja dengan modal yang tidak besar, tetapi mendapat kompensasi yang adil sesuai hasil kerja mereka.

Di SweetEscape, bahkan pekerjaan editing foto dilakukan oleh tim kami dibantu oleh Machine Learning untuk mempercepat waktu editing, sehingga fotografer hanya perlu fokus memotret tanpa merasa terbebani untuk melakukan editing yang menghabiskan waktu sangat banyak.

Ardyanto Alam dari Garasi.id menambahkan, “Model crowdsourcing sebenarnya bisa menguntungkan kedua belah pihak. Saya ingin menekankan bahwa tidak semua perusahaan dapat menerapkan model crowdsourcing. Model crowdsourcing sangat cocok untuk perusahaan yang membutuhkan keahlian khusus. Jika diterapkan dengan hati-hati dan strategis, model bisnis ini bisa sangat ampuh untuk meningkatkan skalabilitas, inovasi, dan efisiensi.”

Meskipun menawarkan potensi pertumbuhan yang besar, model crowdsourcing memerlukan pendekatan yang hati-hati dan strategis. Perusahaan perlu melakukan riset yang menyeluruh dan memahami perilaku konsumen untuk memastikan kesuksesan. Dekoruma, misalnya, membuka 29 toko offline di berbagai lokasi untuk mempelajari perilaku pembeli di setiap kota dan menyesuaikan strategi pemasaran mereka. Sebaliknya, SweetEscape mengadopsi pendekatan yang lebih fleksibel dengan membuka di beberapa kota sebelum melanjutkan ke lokasi lain.

Acara Power Lunch GDP Venture menunjukkan bagaimana model crowdsourcing dapat diterapkan secara efektif dalam berbagai industri. Dengan membangun jaringan mitra yang luas, menerapkan standar yang jelas, memanfaatkan teknologi, dan berfokus pada kualitas serta kepuasan pelanggan, perusahaan seperti SweetEscape, Dekoruma, dan Garasi.id mampu mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan sukses.



COMMENTS