Mobitekno – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat ini diketahui sedang mengembangkan aplikasi bahan smart magnetic yang digunakan sebagai pigmen cat anti radar, untuk mendukung peralatan militer atau alutsista (alat utama sistem senjataa).
Peneliti atau periset dari Pusat Riset Material Maju (PRMM) BRIN, Wisnu Ari Adi mengatakan bahwa cat anti radar adalah sebuah teknologi yang mampu mengacaukan pendeteksian atau pantauan radar terhadap sebuah obyek, yang lazim digunakan pada sistem pertahanan dan keamanan.
Alutsista, seperti kapal atau pesawat umumnya menggunakan bahan logam, seperti besi dan aluminium. Oleh karena itu, aplikasi lapisan pigmen cat anti radar dianggap cocok untuk alusista karena mengusung karakter smart magnetic.
Dalam paparannya di hadapan peserta Susjemen Litbang Pertahanan Tingkat Muda Angkatan XXII Tahun 2023, Kementerian Pertahanan RI, yang berkunjung ke Kawasan Sains dan Teknologi B.J Habibie, Kamis, (20/7), Wisnu mengungkapkan cadangan material smart magnetic tersedia melimpah di Indonesia. Meski demikian, Wisnu mengakui masih diperlukan beberapa komponen impor untuk dapat memproduksi cat anti raar tersebut.
Riset panjang cat anti radar
Berdasarkan informasi yang diketahui dari website BATAN yang kini beranuang di bawah BRIN, Wisnu Ari Adi dan tim telah pengembangan bahan ini sejak 2015 lalu dengan memanfaatkan kemampuan lembag tersebut mengolah pasir monasit menjadi logam tanah jarang (LTJ) sebagai salah satu material dari smart magnetic.
Kemudian, pada tahun 2017, Wisnu berhasil membuat prototipe skala pilot berupa cat anti deteksi radar yang telah diaplikasikan pada potongan pelat kapal logam dari alumunium dan besi yang tidak dapat dideteksi oleh radar pada frekuensi X-band (8-12 GHz).
Ia menambahkan, teknologi ini merupakan teknologi terkini dan hanya dimiliki oleh negara-negara maju. “Ini merupakan teknologi milenial yang mampu menyerap gelombang radar pada frekuensi tertentu. Teknologi ini hanya dimiliki oleh negara-negara maju dan tidak bersifat komersial karena merupakan bahan yang sangat strategis untuk pertahanan nasional suatu negara,” ujarnya.
Saat itu, Wisnu menyebut bahwa bahan smart magnetic untuk cat anti deteksi radar ini memiliki sifat seperti gelombang elektromagnetik yang tersusun dari kombinasi unsur LTJ dan unsur logam transisi yang struktur magnetiknya hanya bisa diuji dengan menggunakan teknologi nuklir.
“Di kawasan Asia Tenggara, hanya BATAN yang mampu melakukan pengujian bahan dengan menggunakan teknologi berkas neutron. Teknik pengujian ini mampu menjelaskan berbagai interaksi magnetik dan elektrik yang terjadi di dalam bahan,” jelasnya.
Pernah diuji pada kapal pada tahun 2019 dan 2021
Sebelum sampai pada tahapan pengembangan di BRIN, Wisnu dan tim pernah melakukan uji coba cat anti radar ini dengan menggunakan fasilitas radar uji KRI Amboina-503. Kapal perang milik TNI-AL itu biasanya digunakan untuk mengangkut tank amfibi.
Hasilnya, dari yang seharusnya mendeteksi tiga kapal yang ada saat itu ( kapal pemandu dan dua kapal besi), ternyata yang terdeteksi radar hanya dua objek (kapal). Kapal besi yang dilumuri cat anti radar berhasil lolos dari pemantauan objek radar.
Hasil pengujian tersebut memperkuat pengujian sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2019 lalu. Saat itu satu unit kapal patroli keamanan laut (patkamla) berukuran 15 meter dilapisi dengan cat anti radar. Dalam pengembangan risetnya, Wisnu berupaya menghasilkan kemampuan menyerap gelombang radar yang maksimal dengan lapisan cat setipis-tipisnya agar aplikasi dapat lebih efisien.
BRIN gandeng beberapa stakeholder untuk masuk skala industri
Proyek yang sudah memasuki tahap skala industri ini, bekerja sama dengan dengan berbagai stakeholder, seperti akademisi (universitas), Kementerian Pertahanan, Kementerian Perindustrian, PT Pindad, dan PT Sigma Paint.
Periset atau peneliti yang sebelumnya berkarir di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) ini menjelaskan bahwa cat anti radar telah melewati berbagai pengujian, baik prototipe skala laboratorium, uji radar obyek di lapangan, prototipe skala pilot, uji radar dengan kapal di dermaga Kolinlamil, uji fungsi kapal bergerak, uji fungsi kapal siluman, dan uji fungsi obyek siluman.
“Pengujian juga dilakukan dengan sasaran prototipe kendaraan tempur dan obyek-obyek siluman lainnya, dengan hasil sasaran tidak terlihat pada sistem radar,” terangnya.
BRIN dengan Kementerian Pertahanan juga telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) tentang Riset dan Inovasi serta Pemanfaatan dalam Mendukung Pertahanan Negara.
“Kita berharap, riset cat anti radar yang telah memasuki skala industri ini, dapat berkontribusi dalam sistem pertahanan keamanan negara,” harapnya.
Efektif tapi tidak mutlak anti radar
Perlu diketahui, cat anti radar yang dikembangkab BRIN memang efektif untuk diaplikasikan untuk berbagai jenis objek, termasuk pesawat terbang, kapal, dan kendaraan darat. Cat jenis ini dapat digunakan untuk melindungi bangunan dan infrastruktur penting dari serangan radar.
Cat ini dirancang untuk menyerap dan memantulkan gelombang radar, sehingga membuat objek yang dicat lebih sulit dideteksi oleh radar. Cat anti radar biasanya mengandung bahan-bahan seperti logam tanah jarang, karbon hitam, dan grafit.
Namun, cat anti radar tidak sepenuhnya efektif khususnya untuk jenis radar yang canggih terbaru yang masih dikembangkan dengan kemampuan untuk mendeteksi objek yang dicat dengan materail cat anti radar. Ada pula yang beranggapan pengaplikasiannya juga membutuhkan bujet yang tidak sedikit dan sulit diaplikasikan.
Terlepas dari pro kontra tersebut, pemakaian cat anti radar untuk melindungi suatu objek, seperti pesawat dianggap cukup efektif untuk mengurangi visibilitas radar objek. Namun, ini bukan solusi sempurna dan tidak memberikan jaminan mutlak bahwa suatu objek akan tidak terlihat oleh radar sama sekali.
Tags: alutsista, anti radar, bahan, BRIN, CAT, Kemenham, material, Teknologi