Mobitekno – Piyush Gupta, CEO Bank DBS (DBS Holdings Group Ltd) yang berbasis di Singapura, belum lama ini menyatakan bahwa cryptocurrency atau aset kripto, seperti Bitcoin akan terus mengalami pertumbuhan sebagai alternatif dari emas yang dianggap sebagai salah satu asset lindung nilai terbaik terhadap inflasi selama ini.
Namun, Gupta juga meyakini bahwa kecil kemungkinan bagi cryptocurrency akan mengambil alih peran mata uang resmi negara (fiat money) yang saat ini digunakan sebagai alat tukar. Salah satu argumen mata uang kripto tidak ideal sebagai alat tukar adalah aspek volatilitasnya yang tinggi.
Berbicara di The Economic Times Global Business Summit, Gupta justru mengatakan keyakinanannya pada mata uang digital dari bank sentral yang dikeluarkan masing-masing negara atau lebih dikenal sebagai CBDC (Central Bank Digital Currency).
Ada tiga syarat agar suatu mata uang digunakan seperti mata uang yang digunakan saat ini, yaitu memiliki atribut sebagai unit hitung, alat tukar, dan penyimpanan nilai. Koin digital (cryptocurrency) yang dibuat oleh pihak swsta (non-negara) susah untuk memenuhi dua syarat pertama karena ketersediannya yang tidak merata (lack of ubiquity), dan ‘penerbit’ mata yang susah dipercaya banyak pihak, dan volatilitas nilai yang besar.
Meskipun teknologi blockchain yang digunakan oleh koin crypto memang unggul karena transparan dan immutable (tidak dapat dimanipulasi), Gupta menganggap koin crypto masih perlu waktu untuk dapat diterima secara universal oleh orang awam secara universal.
Gupta juga mengatakan masa depan mata uang bank sentral (CBDC) sebagai mata uang mendatang dalam waktu dekat masih mengingat ada sekitar 85% bank sentral di dunia sedang mempelajari, mengembangkan, dan mengujinya. Sejauh ini DBS disebutnya turut memperlajari dan bereksperimen teknologi tersebut.
Gupta meminta regulator global untuk membuat rancangan regulasi terkait mata uang CBDC tersebut. Sepert halnya Bank Indonesia yang sedang menggarap Rupiah digital sebagai mata uang CBDC di Indonesia, pemerintah Singapura juga dikabarkan akan menggunakan mata uang digital bank sentral (CBDC) dengan format sendiri.
Bos Bnak DBS tidak lupa memuji teknologi blockchain yang menjadi basis kripto. Gupta percaya blockchain akan dapat merevolusi sistem pembayaran saat ini.
“Blockchain dapat mengubah bagaimana pembiayaan perdagangan diproses, itu dapat mengubah cara pembayaran dan penyelesaian pembayaran bekerja, itu dapat mengubah cara kerja perdagangan,” ujar Gupta.
Sebagai bank terbesar di Asia Tenggara berdasarkan aset (kapitalisasi pasar US$55,4 miliar), DBS juga berperan aktif melakukan eksplorasi teknologi blockchain untuk mendukung bank sentral Singapura mengembangkan CBDC.
Salah satunya adalah Project Ubin sebagai inisiatif CBDC lintas batas bersama Monetary Authority of Singapore dan bank komersial lainnya, seperti Merrill Lynch, Credit Suisse dan JPMorgan.
Tags: aset kripto, Bank DBS, Bitcoin, cryptocurrency, emas