Mobitekno – 5G merupakan kekuatan transformasional yang penting dalam mendukung agenda pemerintah menuju transformasi digital. Bagi pengguna personal, 5G sangat mampu menunjang penerapan enhanced video, dengan kualitas 4K, 8K, dan format 360 derajat. Pengguna akan dapat menikmati live sports streaming, music, hingga game. Sementara, Augmented dan Virtual reality (AR/VR), layanan Internet of Things (IoT), hiburan, konektivitas dalam mobil, dan digital advertising juga sangat bisa diwujudkan.
Selain itu, 5G juga bisa memberikan dampak luas karena mampu menjalankan proses apapun dari jarak jauh. Termasuk, memiliki kontrol realtime aktual dari setiap proses bisnis, pengoperasian yang telah sepenuhnya otomatis.
Lantas apakah teknologi 5G sudah benar-benar dibutuhkan di Indonesia? VP Technology Strategy Telkomsel, Indra Mardiatna punya jawabannya. Untuk membuka perspektif lain dari keunggulan 5G, Indra menguraikan bahwa beberapa Negara tetangga seperti Singapura, Filipina, Thailand, dan Australia sudah merilis 5G. Teknologi tersebut membawa tiga kapabilitas utama, yakni enhanced mobile broadband dengan speed ideal bisa 1Gbps ke atas, lalu latensi yang sangat kecil di bawah 5 ms, dan kapasitas yang lebih besar terutama untuk serving ke IoT atau machine to machine communication. Yang tadinya 100.000 per km2 menjadi 1.000.000 per km2.
“Tahun ini adalah tahun yang tepat untuk 5G, karena kompetisinya bukan hanya di connectivity tapi di whole ecosystem 5G. Dari tiga kapabilitas tersebut, banyak peluang yang bisa diciptakan secara vertikal berupa application atau use case-nya,” ujar Indra kepada redaksi Mobitekno, baru-baru ini.
Lebih lanjut, kata Indra, bila Indonesia terlambat mengimplementasikan teknologi 5G, maka akan banyak use-case mature yang dikembangkan oleh Negara lain. Dengan implementasi 5G di Indonesia tahun ini, menurut Indra, ekosistem yang ada akan bisa langsung memaksimalkan capability 5G bersama-sama. Pengembangan vertikal menjadi lebih banyak, yang tumbuh lewat kestabilan connectivity 4G sehingga muncul use case on top of 4G.
“Untuk 5G dengan tiga kapabilitas tadi, kita harapkan lebih lagi terutama di manufaktur dan industri, di layanan, dan pendidikan. Ada use case VR, robotic, dan automation yang bisa dikembangkan. Telkomsel meluncurkan 5G dan mendorong hand in hand teknologi ini menjadi satu kekuatan ekosistem,” paparnya.
Tak lupa, agar ekosistem ini semakin erat, Indra mengungkap kolaborasi yang ditonjolkan melalui Penta Helix Collaboration, yaitu dukungan dari Pemerintah; Industri termasuk industri telekomunikasi, manufaktur, industri pabrik, industri 4.0; Akademik, misalnya akademisi yang melakukan riset; Community termasuk masyarakat itu sendiri; Media, memberikan masukkan, sosialisasi yang membuat orang create use case on top of 5G
Kepopuleran 5G di Indonesia tidak bisa dicapai secara precisely dalam beberapa tahun, namun Telkomsel terus optimis adopsi 5G di Indonesia akan cepat. Bisa dibilang, adopsi 5G di Indonesia tidak secepat Korea, namun tipicaly mirip-mirip dengan Filipina dan Thailand.
Sebagai gambaran, kita pasti ingat waktu 5G muncul tahun 2019 dimana harga handset masih sangat mahal (dua digit). Semakin lama harganya semakin turun. Hal ini akan memicu adopsi ekosistem yang lebih cepat dari sisi konsumen. Kemudian, dari sisi industri kebutuhan untuk produktivitas dan efisiensi. Seperti diketahui, Telkomsel bekerjasama dengan Schneider untuk pemanfaatan 5G. Agar berdaya guna, Telkomsel terus melaksanakan percepatan digital transformasi tidak hanya menggunakan 5G, namun bekerjasama dengan teknologi-teknologi lain.
Teknologi 5G Lebih Banyak Menciptakan Efisiensi untuk Enterprise, Termasuk UMKM
Meski tak semua UMKM, beberapa membutuhkan teknologi IoT terutama mereka yang bergerak di bidang agriculture. Misalnya, kebutuhan mereka naik, lalu dengan 4G IoT device-nya mampu menangani 100.000km2. Use case tambak misalnya, ketika melakukan otomatisasi untuk pemberian pakan membuat penghematan dan produktivitasnya naik.
SVP Enterprise Account Management Telkomsel, Dharma Simorangkir, mengungkapkan dalam hal ini, Telkomsel sangat fleksibel. Di saat industri membutuhkan 4G, Telkomsel akan memberikan layanan terbaik. Ketika industri butuh 5G, Telkomsel juga siap support. Penggunaan 5G untuk industri kebanyakan di sisi otomatisasi robotik terutama di manufaktur, Di pertambangan, misalnya untuk remote heavy machinery untuk area yang sulit, karena latency untuk remote cukup handal.
Lain lagi untuk consumer. Telkomsel sudah menggelar fixed wireless access yang dapat meningkatkan kebutuhan bandwith konsumen. Misalnya, jika untuk kebutuhan internet keluarga dengan kecepatan di atas 100 Mbps, maka membutuhkan Telkomsel Orbit 5G. Dan juga kebutuhan untuk menikmati tayangan video 4K, bila kecepatan 4G dirasa masih kurang. Sebagai informasi tambahan, penambahan titik 5G Telkomsel berdasarkan on demand.
Selain itu, gaming juga membutuhkan latensi yang sangat rendah. Dengan jaringan 5G, tentu akan lebih kompetitif. Jika lag, sudah bisa dipastikan akan kalah.
Tags: AR, Dharma Simorangkir, industri, Internet of Things, jaringan 5G Telkomsel, Teknologi 5G, UMKM, use case 5G technology, VR