Mobitekno – Semakin banyaknya perusahaan di lintas industri yang mengadopsi otomatisasi dan kecerdasan buatan disebutkan akan mengubah ‘wajah’ dunia kerja. Teknologi ini dapat membawa manfaat yang signifikan bagi perekonomian Indonesia, antara lain peningkatan produktivitas, pertumbuhan, pendapatan, dan lapangan kerja. Agar kemanfaatan ini dapat dirasakan, semua pemangku kepentingan di Indonesia perlu meningkatkan keterampilan tenaga kerja untuk mewujudkan potensi tersebut.
Menurut laporan McKinsey & Company berjudul “Otomasi dan masa depan pekerjaan di Indonesia: Pekerjaan yang hilang, muncul dan berubah” diperkirakan bahwa Indonesia akan melihat keuntungan bersih antara 4 dan 23 juta pekerjaan. Artinya jumlah pekerjaan yang tercipta adalah dua kali lipat dibanding pekerjaan yang diperkirakan akan digantikan oleh otomatisasi. Hal ini sejalan juga dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksikan akan menciptakan 27 hingga 46 juta pekerjaan baru pada tahun 2030, yang didorong oleh meningkatnya pendapatan, anggaran teknologi, pembangunan infrastruktur, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan konsumsi.
Phillia Wibowo, President Director, PT McKinsey Indonesia, mengatakan bahwa perdebatan publik mengenai otomasi di Indonesia, seperti di tempat lain, sering kali terfokus pada risiko masa depan pekerjaan.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa akan lebih banyak pekerjaan baru yang akan diciptakan dibandingkan yang hilang. Hal ini didorong oleh peningkatan pengeluaran konsumen dan infrastruktur,” ungkapnya.
Laporan itu menitikberatkan pada persiapan transisi keterampilan yang akan diperlukan untuk adopsi teknologi, dan khususnya, Indonesia akan perlu berfokus meningkatkan pendidikan dan pelatihan kejuruan untuk mengajarkan keterampilan, memberikan keterampilan baru dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja untuk era kerja yang baru.
Sumber infografik: The ASEAN Post
Perkiraan Dampak pada Pekerjaan dan Sektor Prioritas
McKinsey Global Institute telah menganalisis efek otomasi terhadap 2.000 kegiatan kerja pada 800 pekerjaan berdasarkan teknologi yang sudah ada dan sudah didemonstrasikan serta tren global yang dapat mendorong permintaan tenaga kerja selama dekade berikutnya. Termasuk di dalamnya adalah peningkatan pendapatan dan konsumsi, terutama di negara-negara berkembang, serta pengeluaran yang lebih tinggi untuk infrastruktur, energi, dan teknologi itu sendiri.
Secara umum, penelitian ini menemukan bahwa otomasi berpotensi meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan PDB, serta dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi bagi pekerja Indonesia dan menciptakan peluang pasar bagi perusahaan Indonesia.
Secara keseluruhan tipe pekerjaan akan bergeser ke arah layanan, dan menjauh dari pekerjaan dengan potensi otomasi yang tinggi, seperti pemrosesan data dan pekerjaan fisik yang dapat diprediksi.
Sektor konstruksi, manufaktur, layanan kesehatan, akomodasi, kuliner, pendidikan dan ritel kemungkinan akan cenderung melihat peningkatan permintaan tenaga kerja selama periode ini. Pekerjaan seperti pertambangan, berkebun, kehutanan, instalasi mesin, dan pemadam kebakaran, juga akan lebih sulit untuk diotomasi.
Menurut laporan ini, di samping pekerjaan yang hilang dan muncul, hampir semua pekerjaan akan berubah. Secara global, McKinsey memperkirakan bahwa 60 persen dari semua pekerjaan, memiliki sekitar 30 persen aktivitas pekerjaan yang dapat diotomatisasi. Dengan kata lain, otomasi parsial pekerjaan cenderung menjadi hal yang umum, sedangkan otomasi penuh memiliki kemungkinan yang jauh lebih kecil
Perubahan akan mengubah banyak sifat pekerjaan. Misalnya, self-service checkout akan menggeser peran kasir ke arah membantu pelanggan secara langsung dibandingkan hanya memproses transaksi.
“Keterampilan teknologi jelas akan lebih diminati, tetapi akan ada juga peningkatan kebutuhan atas keterampilan sosial dan emosional, serta keterampilan kognitif yang lebih tinggi seperti kreativitas dan kemampuan untuk memecahkan masalah. Hal ini menjadi prioritas penting untuk ditangani oleh sistem pendidikan di Indonesia,” jelas Phillia yang juga penulis laporan tersebut.
Bagaimanapun, Indonesia tampaknya bergerak ke arah yang benar. Terkait masalah kurangnya talenta berketerampilan tinggi memang masih berlanjut hingga saat ini. Untuk itu, saran yang disampaikan oleh McKinsey patut direnungkan bahwa semua pemangku kepentingan harus melakukan bagian mereka untuk memastikan bahwa semua orang Indonesia memiliki masa depan yang lebih cerah.
Tags: ekonomi digital, Indonesia 4.0, keterampilan adopsi teknologi, laporan McKinsey & Company, masa depan pekerjaan di Indonesia, Phillia Wibowo