Mobitekno – Sejak tahun 2015, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan (Kemenristekdikti) Republik Indonesia telah melaksanakan program pengembangan wirausaha rintisan berbasis teknologi (startup) serta mengenalkan hasil penelitian Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Lemlitbang) yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku industri.
Harapannya, hasil inovasi dari para inovator ini benar-benar terasa manfaatnya bagi masyarakat dan menumbuhkan sektor industri, khususnya menjawab tantangan serta peluang di era revolusi industri 4.0. Oleh karena itulah Kemenristekdikti kembali menggelar pameran I3E pada tanggal 3-6 Oktober 2019 lalu di Jakarta Convention Center yang bertujuan mempromosikan produk-produk inovasi teknologi hasil karya anak bangsa kepada masyarakat luas.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir, mengatakan bahwa hilirisasi hasil produk penelitian dan pengembangan menuju komersialisasi akan meningkatkan produktivitas industri. Dengan adanya hilirisasi hasil inovasi teknologi menuju komersialisasi, maka akan menghasilkan banyak manfaat seperti munculnya produk-produk baru.
“Kemenristekdikti sejak tahun 2015 telah melaksanakan program pengembangan wirausaha rintisan berbasis teknologi dan hasil Lemlitbang yang dimanfaatkan industri. Lima tahun terakhir ini, Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti sudah melakukan pembinaan dan pengembangan startup teknologi yang berasal dari perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, industri, serta masyarakat umum,” ujar Mohamad Nasir, baru-baru ini.
Pameran I3E tahun ini merupakan yang kelima berturut-turut sejak diselenggarakan pertama kali pada tahun 2015. Pameran tersebut menghadirkan inovasi teknologi dari perusahaan rintisan maupun hasil penelitian dari Lemlitbang yang diyakini akan mampu menarik perhatian calon konsumen maupun investor.
Pameran I3E yang diselenggarakan Kemenristekdikti diikuti ratusan startup dari berbagai bidang. Tahun ini terdapat 13 Produk unggulan yang dipamerkan dengan bidang fokus bahan baku, energi, kesehatan, transportasi, hingga teknologi informasi di antaranya: Cheessin, Bulung Bali, Cancimen Food, Gold Meg, Hi Meg, P Meg, Hakko Kombuca, IO-PORI, King Worm, Koktail Nanas Madu, La Helist (Lampu Hemat Listrik), Probiotik Mikrobakter “FUGHA” Fusarium Gaharu, ROBRIES Recycle 3D Filament, Sabun Kelle dan Trolls.
Selain memamerkan hasil-hasil inovasi, ajang I3E tahun ini juga melakukan kegiatan lainnya seperti Seminar Binis dan Teknologi, Speed Dating, Talkshow Bisnis, Bisnis Coaching, dan Kompetisi Ide Teknologi.
Pameran I3E yang diadakan Kemenristekdikti setiap tahun ini selalu menarik perhatian para pelaku startup. Dari catatan Kemenristekdikti, peserta pameran ini selalu meningkat setiap tahunnya sejak diadakan pertama kali pada 2015.
Menurut Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi Kemenristekdikti, Retno Sumekar, pada tahun 2015 peserta pameran I3E hanya berjumlah 54 peserta. Pada 2016, peserta pameran meningkat menjadi 130-an peserta, 2017 menjadi 158 peserta, 2018 sebanyak 300 peserta, dan pada 2019 menembus 400 peserta.
“Peserta pameran I3E 2019 semakin meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pengunjung juga semakin banyak, dan semakin banyak investor yang tertarik. Ada produk-produk dari startup yang sudah laku dijual. Tahun ini saya semakin bahagia karena inovasi tersebut memang diminati. Di sini kami menampilkan startup yang inovasi dan produknya mampu menjawab kebutuhan masyarakat,” ujar Retno.
Lebih lanjut Retno menjelaskan pameran I3E yang rutin diadakan Kemenristekdikti setiap tahunnya ini bukan sekedar pameran yang menampilkan inovasi dari berbagai startup yang menjadi peserta. Pameran ini juga sebagai ajang edukasi pada masyarakat agar memahami bahwa inovasi yang ditawarkan oleh para startup ini bisa membantu menyelesaikan masalah yang biasa dihadapi masyarakat.
“Itu sebabnya kami membuat cluster pada pameran ini. Misalnya, cluster pangan, obat, energi. Tujuannya agar mengetahui di mana kekuatan Indonesia. Dari lima tahun perjalanan dan dari startup yang kami danai, paling kuat ada di bidang IT. Disusul dari bidang pangan, kesehatan, obat, material dan bahan baku, lalu energi dan transportasi,” tuturnya.
Melalui pameran ini, starup dapat mengembangkan bisnisnya dengan dampingan dan peran Kemenristekdikti. Retno mencontohkan dukungan yang diberikan Kemenristekdikti pada startup di bidang pangan. Di bidang pangan, startup tersebut harus melengkapi berbagai persyaratan seperti mengantungi izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sertifikasi halal, mengurus legalitas, hingga mengurus paten, desain, dan merek.
“Kami menyediakan konsultasi pada mereka. Misalnya saat ini ada yang memproduksi air mineral. Ternyata tidak harus industri besar, skala kecil juga bisa dan itu perizinannya sudah terpenuhi. Ini menunjukkan Kemenristekdikti mendukung semuanya sehingga layak disebut industri kecil menengah,” jelasnya.
Tags: Kemenristekdikti, Pameran I3E 2019, produktivitas industri, Startup