Mobitekno – Sejak diluncurkan pada 2017 di Asia Pasifik, Red Hat Open Innovation Labs cukup menuai sukses dalam memecahkan tantangan bisnis pelanggan-pelanggan mereka. Red Hat, Inc., mengungkapkan bahwa semakin banyak perusahaan enterprise di Asia Pasifik yang ingin menerapkan inovasi terbuka untuk mempercepat pencapaian hasil bisnis.
“Hal ini ditunjukkan oleh sejumlah perusahaan di Australia, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, dan Singapura yang berpartisipasi dalam program residensi Red Hat Open Innovation Labs di wilayah Asia Pasifik,” kata Sandra Arps, Open Innovation Labs Lead, Red Hat APAC dalam acara media briefing hari Kamis (12/12) di Jakarta.
Red Hat Open Innovation Labs dirancang untuk menghadirkan lingkungan yang mendalam, kolaboratif, dan bersifat menetap yang mempromosikan inovasi dan pengembangan yang cepat.
Sandra menyatakan beberapa perusahaan yang berpartisipasi dalam program ini termasuk: Heritage Bank (Australia), The University of Adelaide (Australia), National Stock Exchange of India (NSE) (India), Fukuoka Financial Group (Jepang), dan ST Engineering (Singapura). Untuk di Indonesia, ada satu instansi perbankan yang tidak bisa disebutkan namanya, juga telah sukses mengikuti program Red Hat Open Innovation Labs.
Sandra mengungkapkan, lingkungan bisnis yang bergerak cepat saat ini menuntut perusahaan untuk terus berinovasi guna mengimbangi lanskap bisnis yang berubah, jika tidak ingin berisiko tertinggal.
Red Hat Open Innovation Labs membantu perusahaan-perusahaan enterprise mencapai hal itu dengan memungkinkan mereka bekerja sama secara erat dengan para ahli dari Red Hat untuk memecahkan tantangan bisnis mereka dengan cara yang dipercepat melalui teknologi open source.
Berlangsung antara satu hingga tiga bulan, program residensi ini dapat dilaksanakan di laboratorium fisik Red Hat atau di lab pop-up atau di lokasi pelanggan. Selama program berlangsung, pelanggan mendapatkan pengalaman langsung tentang cara menerapkan metodologi pengembangan yang lincah (agile methodology) dan praktik DevOps untuk memecahkan masalah turun-temurun atau mengatasi tantangan baru seperti mengembangkan aplikasi cloud-native.
National Stock Exchange of India, misalnya, tidak hanya memodernisasi aplikasi e-IPO selama masa residensinya, tetapi juga mengadopsi strategi DevOps yang membantunya menghadirkan layanan baru ke pasar secara lebih cepat.
Fukuoka Financial Group memanfaatkan keterlibatan Red Hat Innovation Labs untuk mempertajam daya saingnya dengan memperlengkapi staf mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan guna menghadirkan kapabilitas pengembangan in-house dan mempercepat inovasi.
Pelanggan juga dapat menyaksikan bagaimana prinsip terbuka dan budaya terbuka membantu mempercepat inovasi melalui Red Hat Open Innovation Labs. Dalam kasus Heritage Bank, tim TI mereka belajar bagaimana menerapkan prinsip-prinsip open source untuk mengintegrasikan tim lintas fungsi, teknologi, dan proses selama program residensi.
Dengan melakukan hal tersebut, Heritage Bank kini dapat menjawab tuntutan bisnis yang tengah berkembang secara cepat dan memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik.
“Ke depan, di Indonesia kami tidak akan hanya berfokus pada satu atau dua industri saja, tapi semua industri yang butuh percepatan atau transformasi akan menjadi target kami,” pungkas Sandra.
Tags: agile methodology, Asia Pasifik, Red Hat, Red Hat Open innovation labs, Sandra Arps, transformasi digital