Mobitekno – Kredibilitas iklan online masih menjadi masalah global dan industri. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa click fraud menghasilkan laba lebih dari USD 20 juta per bulan untuk mereka yang terlibat, dan para bot ini dapat mencapai hingga 90% dari jumlah click pada kampanye periklanan.
Melihat urgensinya, Mobile Marketing Association (MMA) di Indonesia, belum lama ini mengumumkan peluncuran Ad-Fraud Brand Safety & Viewability Whitepaper yang diikuti oleh acara industri tentang penipuan iklan di Jakarta. Tujuannya adalah untuk membantu pemasar menilai pengertian mereka terhadap penipuan.
Tak hanya itu, peluncuran laporan ini juga dapat membantu pemasar meningkatkan keamanan brand brand, meningkatkan kinerja pemasaran untuk platform periklanan dan mendorong akuntabilitas dalam mobile advertising.
Shanti Tolani, Country Manager Mobile Marketing Association (MMA) Indonesia mengatakan bahwa berdasarkan survei internal pada Q1 2019, di Indonesia 33% pemasar masih rendah pengertiannya terhadap tingkat penipuan periklanan untuk pembelanjaan iklan mereka. Pengetahuan tentang sistem monitoring dari cara brand mereka ditayangkan di media dan bagaimana penayangan tersebut diukur masih rendah.
“Dengan demikian, ada kebutuhan untuk meningkatkan transparansi dari mitra media mereka. Hal ini menjadi penting bagi masing-masing pemangku kepentingan pada ekosistem ini untuk mengedukasi dan terus berusaha mengatasi isu tersebut, di situlah MMA memberikan kontribusi pada industri periklanan. Terkait penipuan iklan dan brand safety, Indonesia baru saja memulai perjalanannya,” kata Shanti.
Indonesia menduduki peringkat dua di Asia Pasifik sebagai negara dengan target para penipu periklanan, karena skala dan volume pembelanjaan iklan yang signifikan. Industri yang menjadi target adalah para pengguna terbesar dalam pemasaran digital dan seluler. Industri-industri yang ditargetkan termasuk eCommerce, Teknologi Finansial, FMCG, dan Sektor Game.
Penipuan iklan mobile menjadi semakin canggih dan sulit dideteksi. Miliaran dolar dipertaruhkan dan hal ini membuat pelaku industri menjadi waspada. Melalui acara dan whitepaper ini, MMA akan menyatukan pemangku kepentingan utama dalam industri periklanan untuk dapat mengedukasi dan membantu mereka menilai, mendiagnosa diri sendiri dan memahami pengertian mereka terhadap penipuan online.
Laura Quigley, Managing Director Southeast Asia Integral Ad Science (IAS), mengatakan, “Peran kami adalah untuk memberikan kejelasan pada transaksi digital yang tidak jelas, memastikan bahwa pembeli tahu apa yang mereka bayar dan penjual berada pada posisi terbaik untuk menawarkannya,”
Setiap hari, IAS mengukur metrik kualitas media, yang menjangkau secara global di seluruh perangkat, saluran, lingkungan, format, dan metode pembelian. Melalui inovasi, kemitraan utama, dan hubungan pelanggan yang kuat, IAS mendorong industri untuk mewujudkan potensi penuh dari iklan digital dengan menghilangkan pemborosan yang disebabkan oleh penipuan, penempatan yang tidak aman, dan inventaris yang tidak dapat dilihat.
“IAS secara aktif bekerja dengan mitra industri untuk memastikan bahwa digital tetap menjadi tempat yang cerdas dan aman untuk berinvestasi, pada akhirnya memajukan industri,” kata Laura.
Sesi acara ini akan menampilkan pemangku kepentingan industri dari Unilever, Nestle, Tokopedia, GoJek, Kompas Gramedia, Kapanlagi Youniverse, Mindshare, dll. Para pembicara akan berbagi mengenai pengetahuan dan pengalaman mereka pada acara ini, didukung oleh Integral Ad Science dan mFilterit sebagai pakar utama yang akan memaparkan beberapa tantangan utama seperti brand safety, viewability, penipuan iklan, serta pengukuran yang tidak konsisten yang pada industri mobile advertising.
Tags: Ad-Fraud, iklan penipuan, industri eCommerce, Integral Ad Science, Mobile Marketing Association, Penipuan iklan mobile