Mobitekno – Transfromasi digital di sektor transportasi masih terus berlangsung. Di Indonesia, awal-awal perubahan ‘wajah transportasi’ pertama kali dilakukan oleh Gojek, lalu menyusul yang lainnya hingga sekarang. Tingginya mobilitas masyarakat dan tuntutan transportasi yang cepat, aman dan mudah menjadi alasan transfromasi digital akan terus ada.
Seperti halnya Bistar, aplikasi yang secara murni mempertemukan penumpang dengan pengemudi atau sebaliknya, yang juga ingin turut andil mengubah ‘wajah transportasi’ di Indonesia. Aplikasi ini sebelumnya sudah diuji cobakan di kota Surabaya dengan jumlah pengunduh lebih dari 40.000. Kini, aplikasi yang sarat fitur menarik ini akan diperkenalkan di Jakarta.
Miftachul Amin, selaku Pendiri Bistar menyatakan bahwa perusahaan ini ingin tumbuh secara alami. Aplikasi ini memungkinkan penumpang untuk mencari pengemudi (baik motor maupun mobil) yang ada di sekitarnya, dan bisa memilih baik dari segi merek kendaraan, tipe kendaraan, tahun pembuatan kendaraan hingga biaya pengantaran.
“Disini tidak ada yang namanya mitra, tidak ada bonus, pengguna yang selama ini menjadi penumpang saja, bisa menjadi driver dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi,” jelas Amin saat ditemui tim redaksi Mobitekno di Jakarta, Rabu (9/10).
Soal mekanisme pemesanan (order), Amin menjelaskan, order pelanggan akan disebarkan kepada pengemudi yang ada di radius kurang lebih 3-5 km. Saat orderan ini muncul pada dashboard pengemudi, mereka berhak secara mutlak menerima atau menolaknya. Yang menarik, bila pengemudi tertarik untuk menerima order, mereka diwajibkan memberikan penawaran berupa harga dari order tersebut.
“Sistemnya bidding (lelang). Jadi seorang driver bisa menawarkan 5 variasi harga dengan harga rekomendasi dari system Bistar. Driver bebas memberikan penawaran berapapun. Hal lain yang menarik dari kami adalah tarif kami flat (jauh dekat), untuk potongan motor Rp1.000 dan mobil Rp3.000,” papar Amin.
Pengguna juga diwajibkan mengisi token sebesar Rp100.000, yang akan terpotong bila di kemudian hari bertindak sebagai driver. Token ini bersifat deposito yang tidak mengenal waktu kadaluarsa.
Di saat menerima penawaran dari pengemudi, informasi yang diterima penumpang dari setiap pengemudi adalah: nama, nilai (rating) pengemudi, merek kendaraan, tipe kendaraan, tahun pembuatan kendaraan, biaya untuk order tersebut dan waktu tiba. Dari beberapa informasi ini, penumpang diharapkan bisa menemukan pengemudi yang cocok sesuai dengan kebutuhannya dan disukai.
“Driver lain, yang juga sama-sama mengirimkan penawaran, tidak saling mengetahui mengenai harga maupun waktu tiba yang ditawarkan oleh driver lain kepada penumpang,” urainya.
Di akhir perjalanan –sama seperti ojek online lainnya— Bistar juga menyematkan fitur kolom komentar. Nantinya, baik driver maupun penumpang bisa saling menilai dan memberikan rating. Terkait keluhan-keluhan yang sekiranya bersifat fatal, Bistar berhak untuk membekukan (suspend).
Proses pengembangan aplikasinya, kata Amin sejak tahun 2014. Kehadirannya di Google Play Store pun sudah dari tahun 2018, dan baru bisa dimanfaatkan di Surabaya.
Menyoal proporsi mana yang lebih diminati pengguna antara motor atau mobil, Amin mengatakan bahwa mobil lebih banyak, karena sangat menguntungkan. “Sekarang bisa dibayangkan, kalau antar penumpang dari Jakarta ke Bogor misalnya tarif Rp200.000, sementara potongannya Rp3.000, pengemudi untung tidak?” ujar Amin.
Soal risiko keamanan, Amin mengklaim hingga kini belum ada kejadian yang merugikan baik dari sisi pengemudi maupun penumpang. Dirinya memastikan semua yang diupayakan oleh Bistar dapat memanjakan penggunanya.
Patut ditunggu sepak terjang mereka di Ibu Kota.
Tags: Aplikasi, aplikasi Bistar, bisa antar siapa saja, Bistar, Transportasi online