Mobitekno – Setelah merampungkan akuisisi perusahaan open source kenamaan Red Hat pada bulan Juli lalu, IBM mulai mengumumkan beberapa strateginya di bisnis cloud yang pasarnya terus bertumbuh dari tahun ke tahun. Tentunya dalam rangka persaingannya dengan pemain cloud kakap lainnya, seperti Amazon, Alphabet, dan Microsoft.
Salah satunya diumumkan IBM Indonesia dalam ajang sehari “Digital Transformasi Summit 2019” di Jakarta bersama para mitra IBM. Ajang ini membawa misi utama untuk berbagi wawasan dalam meningkatkan bisnis para pelanggan dengan menggunakan AI dan Cloud.
Salah satu poin menarik berkaitan dengan dampak akuisisi Red Hat diungkapkan oleh Lianna Susanto selaku Country Manager Cloud and Solution IBM Indonesia. Lianna menyebutkan adanya transformasi portofolio software IBM Cloud Paks untuk menjadi cloud-native dan dapat dioptimalkan dengan memanfaatkan solusi Red Hat OpenShift (open source container application platform). Solusi ini diklaim dapat membantu perusahaan dalam membangun dan menjalankan aplikasi nya di public cloud.
Paket IBM Cloud Paks sendiri mencakup data management, business process automation, dan integration. Ide dasarnya adalah IBM ingin menawarkan paket aplikasi komplit yang dapat dioperasikan dalam berbagai jenis cloud (multi-cloud environment).
IBM Cloud Paks memungkinkan perushaan menjalankan aplikasinya di public cloud, terlepas dari penyedianya, seperti Amazon Web Service (AWS), Microsoft Azure, Google Cloud Platform, Alibaba, IBM Cloud, hingga private cloud.
Lianna menyebutkan bahwa meski memiliki solusi cloud tersendiri, IBM menawarkan piliha fleksibel bagi pengguna (perusahaan) untuk menentukan pilihannya, apakah ingin menempatkan aplikasi dari public ke private cloud atau sebaliknya.
“IBM telah membangun platform multicloud hybrid dan sarana yang dibutuhkan pelanggan kami untuk melakukan perjalanan jangka panjang mereka menuju cloud dengan standar terbuka dan umum yang menjangkau lintas cloud, lintas aplikasi, dan lintas vendor dengan Red Hat,” tambah Lianna Susanto.
Salah satu pengguna solusi cloud IBM adalah startup layanan streaming/cloud gaming lokal, yaitu Skyegrid. Menurut Rolly Edward, CEO Skyegrid, solusi cloud IBM dipilih oleh mereka karena solusi cloud IBM mampu menjawab kebutuhan Skyegrid sebagai penyedia layanan streaming/cloud gaming yang mememungkinkan pengguna memainkan berbagai game PC, Mac, dan Androdi secara langsung di perangkat mobil (mobil, smartphone) tanpa perlu melakukan instalasi.
Dengan berlangganan di layanan Skyegrid, pengguna laptop Windows, MacBook, iMac, hingga smartphone Android misalanya dapat menjalankan game-game triple A via platform Skyegrid. Ini mirip dengan layanan yang baru diumumkan Google, yaitu Stadia. belum lama ini, Skyegrid juga baru mengumumkan paket cloud gaming terjangkaunya, yaitu Skyegrid Lite yang memasang tarif Rp 69 ribu untuk penggunaan selama satu minggu.
Dukungan kepada penyedia layanan cloud Skyegrid merupakan salah satu bentuk komitmen IBM untuk tidak hanya melayani kebutuhan cloud enterprise besar, tapi juga area komersil dan startup. langkah ini merupakan salah satu awal yang baik bagi perusahaan berjulukan ‘Raksasa Biru’ ini, mengingat saat ini pelanggannya masih didominasi segemen enterprise (sekitar 80 persen). Seperti apa kiprah IBM di Tanah Air selanjutnya, menarik untuk ditunggu.
Tags: Cloud, Cloud Gaming, IBM, Private Cloud, Public Cloud, Red Hat, Red Hat Openshift, SkyeGrid, Solusi Cloud