Mobitekno – Revolusi Industri Keempat atau lazim disebut Industri 4.0, dengan cepat mengubah perekonomian Asia Tenggara melalui teknologi yang disruptif seperti otomasi menggunakan robot.
Sebagai negara yang memiliki potensi menjadi ekonomi global terbesar kesepuluh pada tahun 2030 nanti, Indonesia harus segera memanfaatkan peluang otomasi untuk terus meningkatkan daya saing.
Federasi Internasional Robotika menempatkan Indonesia di antara yang terendah dibandingkan negara lain di Asia Tenggara dalam hal penggunaan teknologi otomasi pada tahun 2016, dengan rasio lima robot industri yang dipasang per 10.000 karyawan.
Negara ini juga berada di belakang negara-negara ASEAN lainnya dalam Global Innovation Index 2017. Untuk mendorong pemanfaatan otomasi perlu adanya inisiatif inovasi di sektor publik dan swasta serta peningkatan anggaran belanja pemerintah untuk penelitian dan pengembangan.
Sejalan dengan hal ini, pemerintah meluncurkan roadmap “Making Indonesia 4.0” untuk menyambut era otomasi dan mempersiapkan Indonesia untuk Industri 4.0.
“Untuk Indonesia, Industri 4.0 membawa peluang luar biasa untuk melompati banyak tahap pembangunan, mempercepat jalan menuju terwujudnya negara yang berdaya saing tinggi, ” ungkap Shermine Gotfredsen, General Manager Universal Robots wilayah SEA & Oceania.
Shermine Gotfredsen menyatakan, untuk mewujudkan potensi pertumbuhan ini, bisnis harus memanfaatkan teknologi disruptif contohnya otomasi, sejalan dengan roadmap “Making Indonesia 4.0” yang baru saja dicetuskan oleh pemerintah.
Jika berhasil, Indonesia dapat mewujudkan tingkat pertumbuhan PDB sebesar enam hingga tujuh persen dari 2018 hingga 2030, dengan industri manufaktur menyumbang antara 21 hingga 26 persen PDB pada tahun 2030. Penciptaan lapangan kerja melalui roadmap ini diperkirakan akan mencapai 19 juta pada tahun 2030.
Langkah Memahami dan Menerapkan Otomasi
Otomasi memiliki potensi untuk merevolusi jenis-jenis industri utama di Indonesia, termasuk kuliner, otomotif, tekstil, elektronik dan bahan kimia. Inovasi teknologi saat ini menawarkan peluang bagi bisnis untuk menjadi tetap kompetitif di tengah meningkatnya biaya operasional dan pergeseran tuntutan ekonomi.
Ketika memutuskan untuk melakukan otomasi, bisnis harus mengidentifikasi terlebih dahulu proses mana saja yang akan diuntungkan. Mulailah dengan proyek yang paling sederhana, paling hemat biaya, yang membutuhkan sedikit perubahan pada lini produksi.
Jika diperlukan adanya perubahan, maka biaya tambahan yang dikeluarkan harus sesuai dengan manfaat dan nilai jangka panjang yang didapat.
Solusi dengan fitur keamanan bersertifikat, yang memungkinkan karyawan untuk bekerja bersama teknologi ini dengan aman, harus menjadi prioritas. Pelatihan yang memadai juga harus diberikan kepada para pekerja untuk memastikan mereka menguasai proses-proses otomatis baru ini.
Membuat Otomasi Mudah Dijangkau
Teknologi baru dalam otomasi robotik, khususnya robot kolaboratif (cobots), robot yang mampu bekerja berdampingan dengan manusia, menawarkan manfaat yang tidak terbatas untuk pelaku bisnis.
Cobot memungkinkan bisnis untuk meningkatkan efisiensi biaya, produktivitas, dan hasil kerja yang berkualitas sekaligus meringankan beban tugas yang berat dan berulang bagi karyawan.
Cobot membuat otomasi dapat dijangkau oleh bisnis segala ukuran. Lebih murah daripada robot industri tradisional dan dapat diimplementasikan dengan cepat dan mudah. Biaya pemasangan rendah karena perusahaan tidak perlu mengalami perombakan besar dalam pengaturan produksinya.
Lebih jauh lagi, cobot juga meningkatkan produktivitas, meningkatkan hasil akhir tiap pekerja sebanyak 30 persen di sektor manufaktur.
Tags: Cobot, Industri 4.0, Otomasi, robot kolaboratif, Universal Robots