MOBITEKNO – Salah satu aspek krusial dari suatu smartphone di era koneksi broadband mobile 4G LTE saat ini adalah kemampuan atau performanya dalam menerima sinyal operator yang ditransmisikan melalui berbagai BTS (base transceiver station) yang tersebar di berbagai lokasi.
Kemampuan smartphone dalam menerima (menangkap) sinyal operator secara stabil dalam berbagai situasi dan kondisi menjadi vital artinya bagi kepuasan konsumen atau pengguna. Berkaitan dengan itu, Huawei P9 mencoba menjawabnya dengan menghadirkan fitur andalannya, yaitu Virtual Triple Antenna (Signal+ 2.0).
Dengan fitur ini, Huawei menerapkan implementasi tiga buah antena untuk menjamin adanya penerimaan sinyal secara optimal tanpa harus terganggu dengan posisi tangan pengguna saat memegang P9.
Huawei P9 merupakan smartphone pertama dengan inovasi konfigurasi tiga antena, dimana satu antena pertama berlokasi di bagian atas dan dua antena lainnya di bagian bawah. Huawei telah mendesain mekanisme P9 agar secara otomatis berpindah dan memakai salah satu antena tersebut berdasarkan sinyal 4G LTE terbaik yang diterimanya.
Desin tiga antena (Triple Antenna) ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari metode dua antena yang umumnya masih diterapkan pada smartphone modern. Desain tiga antena dari Huawei P9 ini juga merupakan bentuk kompromi (solusi) untuk menerapkan desain bodi metal di sisi belakangan tanpa harus mengurangi kemampuan smartphone dalam menerima sinyal.
Perlu dipahami disini adalah nyaris mustahil menerapkan smartpone dengan bodi yang sepenuhnya metal di sisi belakang. Itulah sebabnya beberapa smartphone dengan bodi mtal di sisi belakang selalu menyertakan garis vertikal non-metal untuk memberi 'ruang' bagi antena dalam menerima dan mentrasmisikan sinyal ke BTS.
Untuk melihat seberapa efektif Huawei menerapkan tiga antena (Virtual Triple Antenna) pada P9, dibutuhkan metodologi pengujian yang komprehensif agar dapat mengukur kemampuan P9 dalam menerima sinyal dalam berbagai situasi dan kondisi. Misalnya saja saat P9 dipegang dengan tangan kanan dan kiri atau seberapa baik P9 menerima sinyal di lokasi dengan sinyal yang lemah.
Universitasi Aalborgs melakukan pengujian performa smartphone dalam menerima sinyal lemah dalam berbagai aspek. Misalnya saat dipegang dengan tangan kanan/kiri serta saat melakukan voice call atau data service (koneksi data).
Untungnya studi komprehensif tentang seberapa baik kemampuan berbagai smartphone dalam menerima sinyal dari BTS (operator) sudah pernah dilakukan sebelumnya (September 2016). Studi ini dilakukan oleh Universitasi Aalborgs di Denmark yang didukung oleh operator dari negara Skandinavia (Swedia, Denmark, Finlandia dan Norwegia).
Meskipun tidak sepenuhnya menggambarkan situasi yang sama, beberapa hasil pengujian Universitasi Aalborgs masih relevan dengan kondisi infrastruktur telkomunikasi di Indonesia. Misalnya saja, infrastruktur telekomunikasi yang mengadopsi standar frekuensi FDD LTE 180 MHz (band 3) juga digunakan oleh empat operator di Indonesia (Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, dan Tri Indonesia).
Berdasarkan hal tersebut, komparasi performa Huawei P9 dalam menerima sinyal pun bisa diketahui. Di sini, Huawei P9 akan coba dibandingkan dengan berbagai smartphone Apple, seperti iPhone 6, iPhone 6S, iPhone 6S Plus, atau 'Si Mungil iPhone SE.
Seri iPhone dipilih selain karena populer di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, juga karena smartphone Apple ini juga diketahui diperkuat dengan bodi belangan dari aluminium yang berarti punya kendala yang sama dengan Huawei P9 dalam penerimaan sinyal.
Dari hasil pengujian yang melibatkan setidaknya 26 jenis smartphone dan 6 tablet ini (hasil selengkapnya bisa dilihat disini), dapat diketahui sepeti apa performa smartphone saat penerimaan sinyal panggilan suara (voice service) di berbagai standar GSM/UMTS (GSM900, UMTS900, GSM1800, UMTS2100) serta performanya saat melakukan koneksi data (data service) di berbagai standar jaringan (LTE800 , LTE1800, LTE2600, UMTS900, UMTS2100).
Hasil pengujian yang difokuskan di sini adalah melihat sejauh mana performa penerimaan sinyal antara Huawei P9 dan beberapa seri iPhone saat melakukan koneksi data (data service) pada standar jaringan LTE1800. Argumennya adalah fakta saat ini yang menujukkan mayoritas pengguna smartphone lebih banyak melakukan aktivitas koneksi data ketimbang melakukan panggilan suara (voice call) standar.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa performa penerimaan sinyal data service Huawei P9 (dengan nilai TIS -91,0 dBm) masih lebih baik dari iPhone 6 (-90,4 dBm) dan iPhone SE (koneksi terputus) dan masih di bawah iPhone 6S Plus (-92,7 dBm) dan iPhone 6S (-91,4dBm). Huawei P9 bahkan jauh lebih unggul dalam penerimaan sinyal jika dibandingkan dengan flagship LG G5 (-88,1 dBm).
Berkaitan dengan hasil penerimaan sinyal Huawei P9 yang masih di bawah iPhone 6S Plus, lebih disebabkan karena ukuran dimensi iPhone 6S Plus yang lebih besar (antena lebih panjang). Adapun di bawah iPhone 6S lebih disebabkan faktor desain antena dua garis horizontal yang terlihat di sisi belakangnya.
Di sini performa penerimaan sinyal diukur berdasarkan besar TIS atau Total Isotropic Sensitivity (TIS) untuk setiap frequency band yang dinyatakan dalam satuan angka negatif decibel-milliwatts (dBm).
Hasil studi atau pengujian Universitasi Aalborgs ini juga memperkuat argumen Huawei bahwa inovasi Virtual Triple Antenna (Signal+ 2.0) pada Huawei P9 berhasil mengkompromikan antara faktor desain (garis antena yang tidak mencolok) dan kemampuannya dalam penerimaan sinyal.
(ADV)
Tags: FDD LTE, Huawei, Huawei P9, Signal+ 2.0, sinyal lemah, Smartphone 4G LTE, standar 4G LTE, TDD LTE, Virtual Triple Antenna