February 26, 2017

Kenapa LG G6 Masih Gunakan Snapdragon 821, Bukan 835? Ini Penjelasannya

Penulis: Iwan RS
Kenapa LG G6 Masih Gunakan Snapdragon 821, Bukan 835? Ini Penjelasannya  

MOBITEKNO – Waktu yang ditunggu telah tiba. LG akhirnya mengumumkan smartphone flagship awal tahun, LG G6 yang bukan hanya tahan debu, air, dan benturan standar IP68), tapi juga dirancang untuk mudah digunakan dengan satu tangan meski berlayar relatif besar (5,7 inci).

Selain keungulan di atas, LG juga patut dipuji karena berhasil mengemas layar 5,7 inci pada G6 tanpa harus membuat dimensinya lebih besar. Padahal LG melakukannya tanpa mengadopsi desain layar bezel-less seperti yang ditempuh Xiaomi pada smartphone unik Mi Mix.

Meski berlayar 5,7 inci, dimensi (terutama tinggi dan lebar) G6 masih lebih kecil (148.9 x 71.9 x 7.9 mm) dari smartphone premium lainnya yang berlayar 5,5 seperti Samsung Galaxy S7 edge (150.9 x 72.6 x 7.7 mm) atau Huawei P9 Plus (152.3 x 75.3 x 7 mm).

Menurut LG, G6 dengan layar 5,7 inci (format 18:9, 2.880 x 1.440 pixel, 565 ppi) masih sanggup memiliki ‘Body to screen ratio’ hingga 80 persen. Salah satu ‘trik’ LG untuk mencapai persentase ‘Body to screen ratio’ yang tinggi tersebut adalah dengan memperpendek area bagian atas dan bawah layar untuk memberi ruang bagi layar yang disebut FullVision display.

""

Superioritasnya di layar semakin dipertegas dengan klaim LG bahwa G6 merupakan smartphone pertama yang mengusung teknologi Dolby Vision untuk menampilkan video dengan dukungan high dynamic range.

Di samping mengandalkan teknologi layar, G6 juga datang dengan modul dual kamera di belakang. Masing-masing  kamera 13 MP dengan aperture F2.4 dan bidang pandang/FOV 125 derajat dan kamera 13 MP dengan aperture F1.8 dan FOV 71 derajat (OIS 2.0). Kamera depannya sendiri ‘hanya’ berkualitas 5 MP Wide (F2.2, FOV 100 derajat) dengan fitur Gesture Shot dan Auto Shot.

Namun, seperti peribahasa ‘Tak Ada Gading Yang Tak Retak’. Bagi pengguna yang ingin performa terbaik tentu akan mempertanyakan alasan LG G6 untuk menggunakan prosesor tahun lalu (Snapdragon 821) di saat banyak vendor lain sedang bersiap meluncurkan samrtphone dengan prosesor terbaru Snapdragon 835, semisal Samsung dengan Galaxy S8 dan S8+.

Apa pertimbangan LG tetap percaya diri dengan chipset tahun lalu (Snapdragon 821) untuk G6 padahal chip Snapdragon 835 dengan teknologi pabrikasi baru 10 nm diklaim 20% lebih cepat dan 25% lebih efisien dari chipset Snapdragon 820.

Terlepas dari alasan LG yang menyatakan bahwa perlombaan smartphone dengan spesifikasi hardware tertinggi (dalam hal ini chip atau prosesor) sudah kurang relevan lagi, sebenarnya ada dua alasan utama yang lebih masuk akal kenap hal ini bisa terjadi.

Alasan pertama adalah masalah jadwal rilis LG G6 dan ketersediaan Snapdragon 835 dalam jumlah besar. Seperti kita ketahui dari informasi yang beredar, Samsung sudah memesan Snapdragon 835 selama satu kuartal untuk digunakan pada Galaxy S8.

Eksklusivitas Samsung bisa dipahami karena selain merupakan salah satu klien terbesar Qualcomm, proses manufaktur chip Snapdragon 835 juga menggunakan fasilitas pabrik Samsung Semiconductor.

LG dan juga produsen lain yang jumlah produksi smartphone-nya masih kalah jauh dari Samsung dan juga memakai chip Snapdragon otomatis harus mengalah untuk mendapat giliran produksi batch chip Sanpdragon 835 berikutnya.

Alasan kedua berkaitan dengan kesiapan para ahli dan teknisi LG (dan juga Qualcomm) dalam mengekstrak kemampuan chip Snapdragon 821 untuk diterapkan pada G6. Rentang waktu yang lebih lama dalam mengoptimalkan berbagai aspek kemampuan Snapdragon 821 dianggap masih lebih menguntungkan bagi LG ketimbang harus terburu-buru mengadopsi Snapdragon 835 yang masih relatif baru.

""

Prinsip ‘We Are Not the First but the Best’ tampaknya telah menjadi pedoman LG dalam mengadopsi chipset untuk smartphone flagship-nya ke depan. Prinsip ini ada benarnya karena berlomba menjadi vendor yang pertama mengadopsi chip baru belum mutlak menjamin produknya akan sukses di pasar.

Terburu-buru merilis produk tanpa diikuti pengawasan mutu (quality control) yang baik bisa berbalik merugikan produk itu sendir. Contohnya sudah sama-sama kita ketahui dengan insiden Galaxy Note 7 yang bermasalah pada baterai yang berujung product recall besar-besaran.

LG punya alasan logis untuk tidak hanya berfokus merilis G6 dengan chip paling canggih (Snapdragon 835). Selain faktor performa, masih ada faktor-faktor lain yang tidak kalah penting agar dipilih (dibeli) konsumen. Salah satunya adalah faktor usability bagi penggunanya.

Faktor inilah yang ingin dimaksimalkan LG pada smartphone G6 terbaru yang baru saja diluncurkan pada ajang MWC 2017 di Barcelona. Akankah LG bisa kembali sukses dengan G6 di pasaran nanti setelah kurang sukses dengan G5 tahun lalu? Kita tunggu saja beberapa bulan mendatang.

Tags: , , , , , , , , , ,


COMMENTS