MOBITEKNO – Busi (spark plug) merupakan komponen vital dalam mobil. Komponen ini dipasangkan di ruang mesin untuk pembakaran bahan bakar dengan ujung elektrodenya mengarah ke ruang bakar.
Busi berperanan mendukung performa mesin mobil karena fungsinya dalam sistem pengapian saat terjadi pembakaran di ruang silinder (mesin). Sistem pengapian yang besar (optimal) dari busi mampu menghasilkan pembakaran yang sempurna, yang artinya juga meningkatkan performa mesin kendaraan.
Busi yang tergolong komponen yang harus diganti secara rutin, membuat penematannya di mesin mobil pun realtif mudah diakses oleh pemilik mobil. Peranannya yang vital bagi performa mesin membuat komponen tersebut juga menjadi sasaran modifikator. Misalnya dengan menganti jenis busi atau ‘mengoprek’ langsung busi tersebut.
Beberapa contoh bentuk elektrode pada busi.
NGK (NGK Indonesia), sebagai salah satu produsen busi mencoba merespon fenomena mengganti atau mengoprek busi dengan dalih untuk mendongkrak kinerja mesin. Menurut NGK, salah satu metode modifikasi busi yang cukup populer adalah metode memotong elektrode busi.
Dalam rilis yang diterima Mobitekno, NGK menjelaskan bahwa prinsip utama sebuah busi yaitu meredam efek inti api tidak cepat padam saat proses pengapian (efek quenching). Berdasarkan pemahaman bahwa bentuk elektrode dapat menghalangi pertumbuhan inti api pada saat busi bekerja, maka para modifikator pun melakukan trik memotong elektrode ground agar proses penyebaran api berlangsung lebih cepat.
Efek positif yang diharapkan dari pemotongan elektrode adalah agar api dapat bersentuhan langsung tanpa hambatan dengan bahan bakar (bensin) dan udara yang terkompresi. Ini berarti juga menekan efek quenching yang terjadi pada elektrode busi.
Modifikasi dengan metode pemotongan elektrode agar api bisa bersentuhan langsung (tanpa hambatan) dengan bahan bakar dan udara yang terkompresi.
Pemotongan elektrode ground ini dianggap Diko Oktaviano, Technical Support PT NGK Busi Indonesia, boleh-boleh saja dilakukan agar efektivitas pengapian lebih optimal dan performa mesin pun terongkrak. Namun, dibalik efek positifnya ada pula efek negatifnya.
Kestabilan besarnya api dari busi yang membakar bahan bakar pun asumsinya dapat terjaga sehingga berdampak pada pembakaran yang lebih sempurna. Menurut NGK, metode ini memang dapat membuat akselerasi mesin meningkat. Tapi ini bukan tanpa efek negatif.
Pemakaian busi standar (nikel) akan berdampak pada tingkat keausan yang tidak merata.
Dampak negatif terjadi karena pergeseran titik pengapian. Percikan listrik ke elektrode akan mengalami pergeseran sehingga elektrode yang terkena percikan listrik tidak merata ke permukaaannya. Akibatnya keausan kedua elektroda pun menjadi tidak merata, sehingga risiko penumpukan karbon pun meningkat (lebih cepat).
Dengan kata lain, umur pakai busi pun menjadi sukar diprediksi. Perlu diketahui, busi standar biasanya berbahan nikel yang lebih cepat aus dibandingkan busi berbahan logam mulia.
Dapat disimpulkan, modifikasi pemotongan busi standar selain berdampak positif (perfoma mesin meningkat) juga membawa dampak negatif, yaitu busi akan lebih cepat aus karena nikel yang tidak sekuat bahan logam mulia pada busi jenis non-standar.
Oleh karena itu, Diko punya saran bagi pemilik mobil yang ingin mendapatkan efek pengapian yang lebih baik, yaitu mengganti busi standarnya dengan busi berbahan logam mulia, seperti busi NGK G-Power atau Iridium IX.
Tags: busi, efek quenching, G-Power, Iridium IX, Mobil, NGK, tips otomotif