MOBITEKNO – KUDO, startup teknologi dan pelopor model bisnis online to offline (O2O) selalu berupaya terus untuk memperlihatkan inovasinya untuk kemajuan teknologi di Indonesia.
Salah satu inovasi terbaru yang direalisasikan KUDO adalah proses migrasi dari arsitektur monolitik ke microservice. Arsitektur ini memiliki keunggulan utama yang berdampak positif bagi perkembangan dalam sistem teknologi, yaitu language agnostic.
Trio Purnomo, Technology Evangelist KUDO menegaskan bahwa migrasi ini memberikan kemudahan untuk membangun sistem tanpa bergantung kepada satu bahasa pemrograman yang memiliki dampak positif dalam mengadopsi teknologi baru tanpa mengubah keseluruhan sistem.
"Proses migrasi ke microservice secara tidak langsung dapat mengembangkan kultur KUDO yang dinamis di dalam bidang teknologi dan selalu siap dengan perubahan teknologi," ujar Trio.
Trio menambahkan, dengan migrasi ini KUDO juga akan lebih mudah dalam mencari talenta-talenta programmer baru. Jika sebelumnya sebuah sistem dibuat menggunakan satu bahasa pemrograman, dengan microservice dapat di pecah-pecah ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil.
Selanjutnya, bagian-bagian kecil ini bisa dibangun dengan beragam bahasa pemrograman. Oleh karena itu, talenta programmer dengan
berbagai macam latar belakang bahasa pemrograman dapat bekerja sama membangun KUDO menjadi lebih baik.
"Melihat manfaat yang dapat diberikan oleh arsitektur microservice ini, membuat KUDO semakin optimis dalam mengembangkan teknologi dan bisnisnya untuk mencapai misinya memberdayakan 1.000.000 pengusaha digital pada 2018," pungkas Trio.
Tags: KUDO, Microservice, Programmer, Startup