March 8, 2017

Dari WhatsApp, Smart TV Hingga Mobil. WikiLeaks Ungkap Aksi Spionase CIA di Era Internet

Penulis: Iwan RS
Dari WhatsApp, Smart TV Hingga Mobil. WikiLeaks Ungkap Aksi Spionase CIA di Era Internet 

MOBITEKNO – WikiLeaks kembali beraksi dengan bocoran informasinya yang membuat jengah pemerintah Amerika Serikat. Kali ini lebih dari 8.700 dokumen rahasia yang dinamakan Vault 7 diklaim Wikilekas berisi sejumlah trik hacking dan operasi dinas rahasia AS, CIA, yang dilakukan selama ini.

Informasi ini juga mengungkapkan secara jelas bagaimana CIA (entral Intelligence Agency) melakukan aksi perang dunia maya (cyberwarfare) dan spionase. Termasuk di dalamnya, memanfaatkan celah keamanan yang belum dibenahi atau diketahui (zero-day exploit) yang sepertinya berlawanan dengan instruksi mantan presiden AS, Barack Obama.

Pada waktu masih menjabat, Obama secara jelas menginstruksikan semua institusi AS untuk melaporkan adanya celah kemanan 'zero-days' software atau produk kepada pihak yang bersangkutan (pembuatnya).

Memanfaatkan celah zero-day hanyalah satu dari banyak hal lainnya dari aksi spionase CIA. Informasi WikiLeaks juga menyebutkan bagaimana CIA menggunakan malware yang bisa membuat Samsung Smart TV menjadi alat penyadap yang efektif.

""

Bisa dibayangkan jika tool malware ini bisa diketahui oleh siapa saja, tentunya berjuta-juta pemilik Smart TV di seluruh dunia akan terusik privasinya. Jangankan TV, ratusan juta pengguna smartphone, baik Android dan iOS juga rentan jadi aksi pencurian data oleh CIA.

Meski belum diketahui metode dan tool apa yang digunakan dinas rahasia AS ini, tampaknya mereka punyak resep ampuh untuk menembus sistem proteksi enkripsi pada aplikasi messaging populer, seperti WhatsApp atau Telegram.

Selain perangkat elektronik atau aplikasi, mobil yang kini semakin 'melek' Internet pun juga menjadi lahan potensial bagi CIA untuk melancarkan aksi cyberwarefe-nya. Dinas rahasi ini sedang dikabarkan sedang giat-giatnya mencari cara terampuh menginfeksi sistem kontrol pada mobil penumpang dan truk. WikiLeaks bahan menduga CIA ingin agar tool kontrol ini bisa melakukan hal-hal khussu tertentu, seperti kecelakaan yang disengaja dan nyaris tidak terdeteksi.

Konsulat AS di Frankfurt, Jerman dicurigai sebagai pusat operasi aksi spionase cyber (cyberattacks) dengan target ke negara-negara di Afrika, Eropa, dan Timur Tengah.  Lokasi tersebut dipilih mungkin dikarenakan kategori khususnya sebagai Shengen area, dimana dimana para pelancong bisa dengan bebas keluar masuk antar nagar Eropa.

Menurut WikiLeaks, sebagian besar tool hacking yang digunakan CIA dikembangkan oleh CCI Engineering Development Group (EDG). Namun, CIA bisa saja menggunakan tool lainnya mengingat pemerintah AS belakangan ini mulai membatasi aksi CIA dengan dugaan semakin banyaknya kebocoran dari pihak internal dalam yang salah satunya sampai ke tangan WikiLeaks.

Pertanyaan yang timbul tentu adalah sejauh mana aksi CIA ini masih sepengetahuan pemerintahan AS resmi, termasuk oleh Presiden dan adminsitrasinya. Banyak yang menduga aksi spionase cyber CIA ini sudah terlalu jauh demi alasan keamanan negara. Bagaimana dengan Anda, setuju atau tidak?
 

Tags: , , , , , , , , , ,


COMMENTS