MOBITEKNO – AMD telah mengumumkan arsitektur GPU terbarunya di segmen atas (high-end), yakni Vega di ajang CES 2017. Sekadar menyegarkan kembali ingatan Anda, Vega dirancang AMD Radeon Technologies Group (AMD RTG) berdasarkan konsep bahwa arsitektur GPU konvensional selama ini belumlah optimal untuk mengimbangi peningkatan kapasitas (scale-up) memori (RAM).
Komputasi GPU kian cepat sejalan dengan kebutuhan untuk memproses beban (workload) gaming dan graphics yang terus meningkat. Masalahnya, kapasitas dan alokasi memori yang dibutuhkan tidak selamanya bisa diimbangi sesuai kebutuhan pemrosesan GPU.
Sebagai solusinya, AMD mencoba mengadopsi teknologi HBM (High Bandwidth Memory) generasi kedua, disebut HBM2, yang dianggap lebih ideal ketimbang memori HBM dan GDDR5. Hasilnya, ukuran die GPU Vega berkisar 520-540 mm2 yang ditunjukkan Raja Koduri, Senior VP & Chief Architect, RTG, AMD, di ajang CES 2017 tersebut terlihat hampir seukuran die Radeon sebelumnya, Fiji GPU (596 mm2) atau jauh lebih besar dari ukruan die GPU AMD Polaris 10 (232 mm2).
Ukuran die GPU Vega tersebut bisa dimaklumi mengingat dua memori/RAM HBM2 yang ditumpuk (stack) langsung pada GPU. Konsekuensi positifnya, GPU Vega bisa menyediakan langsung bandwidth memori hingga 16 GB langsung di GPU tanpa perlu mengambil area pada board graphics card.
Penerapan dua memori HMB2 ini diklaim AMD bakal menggenjot bandwidth Vega hingga sebesar 512 GBps, yang berarti lebih tinggi dari bandwidth yang ditawarkan GPU flagship Nvidia berbasis arsitektur Pascal, yaitu Titan X.
Menurut AMD, Vega menyediakan arsitektur memori GPU paling scalable saat ini karena sanggup dialokasikan pada pengalamatan memori hingga 512 TB. Ini semua berkat peranan dua fitur HBM2, yakni High Bandwidth Cache (HBC) dan High Bandwidth Cache Controller (HBCC).
GPU Vega juga menyediakan geometry pipeline yang lebih cepat dan efisien dengan peak throughput per clock-nya hingga dua kali lipat. Tidak ketinggalan pula desain pixel engine dan Compute Unit (NCU/New Compute Unit) terbaru yang lebih optimal.
NCU merupakan jawaban AMD atas ‘kekurangan’ arsitektur dan instruction set GCN (Graohics Core Next) yang lebih memprioritaskan lebar data (width) ketimbang kecepatan (clock speed). Meski AMD tidak mengungkapkan clock speed atau IPC (instructions per cycle) rate-nya, Vega diklaim sudah mengusung peningkatan di dua faktor, yaitu clock lebih tinggi dan IPC yang efisien/tinggi.
Terlepas dari spesfikasi GPU Vega di atas kertas yang menjanjikan, AMD masih belum memberikan data lebih detail terkait TDP, jumlah core, harga, dan tentu saja performanya jika dibandingkan dengan GPU Nvidia dengan arsitektur Pascal.
Yang pasti, arstitektur GPU Vega dirancang AMD bukan hanya sekadar menyasar segmen gaming 3D, karena seperti juga Nvidia, potensi besar masih sangat terbuka di segmen VR, HPC, AI, otomotif, deep learning, dan lain sebagainya.
Tags: AMD, CES 2017, graphics card, HBM2, memori, Polaris GPU, Radeon Technologies Group, Vega GPU