MOBITEKNO – Lenovo akhirnya membuka tabir dua smartphone Motorola flagship terbarunya yaitu Moto Z dan Moto Z Force. Proses R&D kedua smartphone yang cukup lama tampaknya bisa dimaklumi mengingat beberapa inovasi penting yang diusungnya.
Harapan (expectation) pengguna loyal yang tinggi terhadap kualitas produk flagship Motorola boleh jadi menjadi salah satu faktor pertimbangan penting Lenovo.
Baik Moto Z dan Moto Z Force pada dasarnya memiliki spesifikasi teknis yang tidak jauh berbeda. Kedua smartphone berlayar QHD AMOLED 5.5 inci (1440 x 2560 pixel) ini memiliki casing metal unibody yang tipis (hanya 5.2 mm) dan menjadi salah satu smartphone premium tertipis di dunia saat ini.
Seperti flagship lainnya, Moto Z dan Moto Z Force dengan Android OS v6.0.1 (Marshmallow) ini juga punya performa kelas atas karena diperkuat dengan chip/SoC Qualcomm MSM8996 Snapdragon 820 (CPU Quad-core Kryo 2.2 GHz, GPU Adreno 530) dan RAM berkapasitas 4 GB (LPDDR4).
Adapun perbedaan antara Moto Z dan Moto Z Force terletak pada tiga aspek, antara lain kamera (belakang), kapasitas baterai, dan proteksi layar. Perbedaan ini berdampak pada ukuran/dimensi dan bobot kedua smartphone tersebut. Moto Z berdimensi 153.3 x 75.3 x 5.2 mm dan berat 136 gr, sedangkan Moto Z Force berdimensi 155.9 x 75.8 x 7 mm dengan berat 163 gr.
Moto Z datang dengan baterai 2.600 mAh, sedangkan Moto Z Force dengan baterai 3.500 mAh. Keduanya sudah mendukung teknologi pengisian baterai cepat Turbo Charging. Khusus Moto Z Force, seperti disampaikan Sean Chau (SVP, Software Engineering Motorola), bahkan bisa digunakan selama 15 jam hanya dengan charging selama 15 menit.
Berkaitan dengan perbedaan spesifikasi kamera utama (belakang), Moto Z mengusung kamera 13 MP, sedangkan Moto Z Force mengusung kamera 21 MP. Kamera utama pada kedua smartphone tersebut sudah mendukung fitur OIS (Optical Image Stabilization), Laser Auto Focus, dan PDAF (phase-detect auto focus).
Satu perbedaan utama yang terindikasi dari namanya adalah pada ketahanan layarnya. Moto Z Force sudah dilengkapi dengan teknologi Motorola ShatterShield display yang melindungi layar saat terjatuh (shatterproof) bukan hanya dari ketinggian satu atau dua meter, tapi lebih dari empat meter.
Untuk membuktikannya secara langsung, Dr. Peter Hortensius (SVP & CTO Lenovo) mengundang langsung aktor Ashton Kutcher yang selama ini menjadi brand ambassador Lenovo untuk melepas Moto Z Force yang digenggamnya dari ketinggian sekitar 4 meter.
Selain menjadi smartphone Motorola pertama dengan port USB type-C sebagai pengganti standar Micro USB selama ini, keduanya juga tidak lagi menyediakan headphone jack/port audio 3.5 mm standar.
Inovasi paling menarik dari Moto Z dan Moto Z Force adalah interface jenis baru yang disebut snap-on ‘Moto Mods’. Interface berupa port 16 pin magnetik di sisi belakang smartphone ini dihadirkan Lenovo untuk memasang (menempelkan) beragam modul tambahan di sisi belakang smartphone.
Konsep Lenovo dengan snap-on ‘Moto Mods ini sedikit berbeda dengan konsep smartphone modular Projet Ara dari Google atau LG pada smartphone flagship-nya G5.
Sejauh ini, modul tambahan berstandar snap-on ‘Moto Mods’ yang sudah dihadirkan Lenovo adalah modul proyektor, speaker JBL, power pack module, dan beberapa casing dengan beragam pola menarik.
Agar lebih banyak lagi jenis modul berstandar ‘Moto Mods’ tersedia di pasaran, Lenovo/Motorola (didukung Lenovo Capital and Incubator Group) juga menggelar ‘Moto Mods Developer Program’ untuk mendukung individu, perusahaan, atau developer yang berpartisipasi membuat modul lainnya.
Para peserta yang terpilih (desain prototipe Moto Mods-nya) dalam ‘Moto Mods Developer Program’ akan mendapat sokongan dana yang tidak sedikit, dengan total pendanaan hingga US$ 1 juta.
Tags: Lenovo, Lenovo Tech World 2016, Moto Z, Moto Z Force, Motorola, Motorola ShatterShield display, Smartphone