September 2, 2016

Studi: Era Digital Ekonomi Butuh Pemimpin yang Melek Digital

Penulis: Iwan Ramos Siallagan
Studi: Era Digital Ekonomi Butuh Pemimpin yang Melek Digital 

MOBITEKNO – Di era ekonomi digital yang terjadi di dunia saat ini, karakteristik yang wajib dimilki seorang pemimpin perusahaan pun mengalami harus perubahan. Menurut studi terbaru Oxford Economics yang disponsori SAP, hanya satu dari lima eksekutif bisnis yang layak disebut sebagai pemimpin digital (Digital Leader).

Sekumpulan pemimpin baru dengan pola berpikir digital dianggap mampu mendorong perkembangan bisnis yang lebih cepat dan kuat. Laporan ini disampaikan di acara SuccessConnect (29-31 Agustus 2016) di Las Vegas.

Studi Leaders 2020 ini didasarkan pada hasil survey pada lebih dari 4,000 eksekutif dan karyawan yang tersebar di 21 negara. Penelitian ini mengidentifikasi karakter organisasi-organisasi yang sukses dalam ekonomi digital. Mayoritas organisasi tentu dapat menggali manfaat dari proses adopsi kepemimpinan digital (Digital Leadership) yang diidentifikasi dalam penelitian tersebut.

Menjawab pertanyaaan, mengapa menjadi pemimpin digital merupakan hal yang penting saat ini, berikut penjelasan berdasarkan studi dari Oxford Economics yang didukung SAP tersebut.

Performa finansial yang lebih kuat

Ada sekitar 76 persen dari para eksekutif yang tergolong Pemimpin Digital berhasil membawa pendapatan yang besar dan pertumbuhan profit dibandingkan 55 persen eksekutif lainnya yang disurvei.

Karyawan puas dan merasa dilibatkan

Pemimpin Digital memiliki karyawan yang 87 persen lebih mungkin merasa bahagia dalam pekerjaan mereka, dibandingkan 63 persen responden lainnya.

Budaya inklusif dan budaya kepemimpinan yang kuat

Pemimpin Digital memiliki karyawan yang lebih mungkin untuk menetap di pekerjaan mereka bahkan jika ada kesempatan untuk keluar. Ini berarti lebih tinggi 21 persen dari semua responden lainnya.

"Sudah jelas bahwa gaya kepemimpinan yang berbeda diperlukan untuk berhasil dalam di ekonomi digital," kata Mike Ettling, presiden SAP SuccessFactors. “Generasi milenial dan generasi sebelumnya, mengharapkan pemimpin yang lebih inklusif dan mudah berbaur, serta kepemimpinan yang lebih beragam (variatif) dan struktur yang lebih dinamis.

Teknologi sangat bermanfaat bagi pemimpin dalam akses informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan dengan cepat. Perusahaan pun harus menciptakan kondisi/iklim yang kondusif agar generasi pemimpin berikutnya juga berkarakter dan berkepemimpinan Digital (Digital Leadership).

Apa saja yang bisa dilakukan perusahaan untuk mengkondisikan lingkungan yang kondiusif bagi pemimpin digital? Berikuit ini :

Menyederhanakan pengambilan keputusan

Empat dari lima (80 persen) Pemimpin Digital membuat keputusan didasarkan pada data, dan hampir dua dari tiga dari mereka (63 persen) melaporkan bahwa organisasi mereka mampu membuat keputusan secara real-time, dibandingkan dengan hanya 55 persen dan 46 persen dari orang lain yang disurvei. Pemimpin Digital lebih cenderung transparan dan mendistribusikan pengambilan keputusan di seluruh organisasi.

Memprioritaskan keberagaman dan inklusi

Organisasi terkemuka dalam ekonomi digital cenderung melihat pentingnya keberagaman dalam angkatan kerja di manajemen tingkat menengah, dan memiliki proporsi karyawan wanita yang lebih tinggi dari perusahaan lain.

Perusahaan-perusahaan ini juga lebih mungkin untuk memiliki program keberagaman (46 persen vs 38 persen dari semua perusahaan). Mereka mengakui dampak positif keanekaragaman pada budaya kerja (66 persen vs 37 persen) dalam peningkatan kinerja keuangan (37 persen vs 29 persen).

Meskipun beberapa organisasi mengalahkan rekan-rekan mereka dalam kategori ini, studi ini menemukan ruang untuk perbaikan pada semua tingkat kepemimpinan. Hanya 39 persen karyawan percaya perusahaan mereka memiliki program keberagaman yang efektif, sementara kurang dari setengah (49 persen) eksekutif percaya bahwa kepemimpinan mengakui pentingnya keanekaragaman, dan telah mengadopsinya.

Mendengarkan eksekutif muda

Studi ini menemukan bahwa milenial dengan cepat menduduki posisi kepemimpinan perusahaan, 17 persen dari eksekutif senior dalam studi tersebut diklasifikasikan sebagai milenial. Pemimpin milenial lebih pesimis dibandingkan eksekutif lainnya tentang kesiapan digital organisasi mereka.

Para eksekutif muda ini menilai keterampilan kepemimpinan organisasi mereka antara 15 dan 23 persen lebih rendah dari eksekutif non-millennial dari berbagai atribut, termasuk memfasilitasi kolaborasi, mengelola keberagaman, memberikan umpan balik dan mengurangi kesulitan birokrasi.

Generasi milenial yang merupakan 50 persen dari angkatan kerja akan sangat berperan dalam mentransformasikan budaya perusahaan ke depan. Apa yang mereka katakan amat penting dan patut diperhatikan. Generasi ini umumnya menginkan adanya perubahan kepeimpina di era digital.

"Penemuan ini harus menjadi peringatan bagi para pemimpin bisnis," kata Edward Cone, wakil direktur Thought Leadership di Oxford Economics. "Karyawan, eksekutif muda dan hasil laporan keuangan memberikan pesan pesan jelas pentingnya pembaharuan dan peningkatkan keterampilan kepemimpinan di era digital.

 

Tags: , , , , , ,


COMMENTS