October 26, 2015

15 Tahun Bergelut di Dunia Pemasaran Ban

Penulis: Syamhudi
Linda Yuselina
15 Tahun Bergelut di Dunia Pemasaran Ban 

MOBITEKNO – Pelemahan ekonomi yang sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu berdampak banyak ke berbagai sektor industri, termasuk otomotif. Bahkan, Gabungan Industri Kendaraan Indonesia (GAIKINDO) pun telah melakukan koreksi terhadap target penjualan tahun 2015.

Imbas pelemahan ekonomi ini tentu saja juga menimpa industri ban, akibat pengaruh adanya penurunan produksi otomotif. Kendati demikian, industri ban masih bisa tertolong dengan pengguna kendaraan yang tetap membutuhkan ban, terutama untuk penggantian ban secara berkala di mobil-mobil lama mereka.

Kondisi seperti ini membuat divisi pemasaran harus menyusun langkah atau strategi dalam menghadapi situasi ditengah persaingan yang begitu ketat. Hal ini merupakan suatu tantangan yang tak bisa terhindarkan dan harus disikapi dengan bijak.

Linda Yuselina selaku Marketing Manager PT Bridgestone Tire Indonesia (BSI) mengakui persaingan sekarang ini bertambah ketat dan kompetitor juga semakin banyak. Kuncinya kita harus percaya diri saja dengan menawarkan keunggulan dari produk dengan kualitas yang baik.

“Kita percaya diri (confidence) saja, karena kita menawarkan produk-produk yang memang aman, kualitasnya bagus, dan boleh dikatakan produknya nomor satu. Jadi kita confidence aja, walaupun banyak kompetitor yang datang,” ujar Linda yang punya hobi jalan-jalan terutama naik gunung.

""

Bagi Linda yang sudah banyak makan asam garam di dunia ban, tentunya tahu betul bagaimana cara mengatasi masalah ini dalam melakukan penjualan ban di saat ekonomi sedang lesu. Menurut Linda, selama prosuk yang dijual memiliki kualitas dan keamanan yang baik, tentu masih banyak orang yang melirik produk tersebut. Hal inilah yang menjadi pemikiran utama saat orang memilih sebuah produk, seperti ban.

“Jadi yang pertama adalah keamanan, reliable product, dan good product. Ditambah kemampuan lain seperti dapat menghemat bahan bakar. Orang juga memilih berbagai ban untuk medan yang berbeda. Hal ini yang membuat kita lebih percaya diri aja karena line-up ban yang kita miliki juga banyak,” kata Linda yang langsung bekerja di PT BSI begitu lulus dari Fakultas Sastra Jepang, sejak 15 tahun lalu.

Dia menjelaskan yang dimaksud “keamanan” disini adalah tidak hanya buat pengendara, tetapi keamanan buat keluarga dan penumpang yang ada di kendaraan. Bagi Bridgestone, tempat dimana Linda bekerja, faktor-faktor inilah yang dapat dipromosikan kepada masyarakat luas. Selain itu juga, keuntungan-keuntungan lain seperti ban yang dapat menghemat bahan bakar juga bisa menjadi pertimbangan konsumennya. Bahkan, perusahaan tempatnya bekerja juga menyediakan kebutuhan ban yang dirancang khusus untuk trek lebih ekstrim seperti di daerah Kalimantan. Berbeda dengan kondisi jalan di pulau Jawa yang hampir semuanya sudah bagus, di Kalimantan atau Sumatra, masih banyak kondisi jalan masih banyak yang berlumpur.

Dalam kesehariannya, Linda yang menggunalan gadget hanya untuk hal-hal penting saja selalu memiliki tantangan tersendiri dalam memasarkan produk jualannya. Menjual ban itu tidak seperti menawarkan makanan atau baju, dimana orang bisa melihat, merasakan, dan langsung membelinya. Karena ban itu bentuknya sama semua, yakni bulat dan hitam, jadi tantangannya adalah dari sisi strategi promosi agar banyak orang tertarik untuk membelinya. Oleh karena itu, untuk menyiasati penjualan, Linda mengerahkan tenaga pemasaran yanng memiliki kreativitas tinggi dan penuh inovasi. Inilah salah satu kunci sukses Linda dalam memasarkan produk-produk Bridgestone ke masyarakat Indonesia.

“Oleh sebab itu, Bridgestone yang memiliki program “Ecopia Go Indonesia” dan sudah memasuki edisi kedua tahun 2015 biasanya selalu menguji ketangguhan bannya dengan menempuh perjalanan selama 12 hari menjelajah lintas Sumatra dan berakhir di Bridgestone Karawang. Hal ini untuk menunjukkan kepada konsumen bahwa bahwa salah satu produknya memiliki keunggulan hemat bahan bakar, bila dibandingkan dengan kompetitor,” ujar Ibu yang mengaku tidak terlalu gadget minded, hanya memanfaatkan iPhone dan Blackberry sebagai alat komunikasi pekerjaannya.

""

 

Tags: ,


COMMENTS