Mobitekno – Laporan studi berjudul “The Total Economic Impact of SHIELD’s Device-First Risk AI Platform For inDrive” dari Forrester Consulting mengungkapkan adanya potensi imbal hasil investasi atau ROI (Return on investment) yang signifikan bagi perusahaan yang mengadopsi solusi anti-fraud berbasis perangkat (device) dari SHIELD.
SHIELD adalah perusahaan teknologi yang fokus pada keamanan siber dan pencegahan penipuan (fraud) online/digital. Mereka menawarkan solusi berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk melindungi bisnis dari ancaman, seperti penyalahgunaan akun, penipuan pembayaran, dan aktivitas berbahaya lainnya. SHIELD menggunakan teknologi canggih, termasuk identifikasi perangkat, analisis data, dan pembelajaran mesin, untuk mendeteksi dan memitigasi risiko keamanan dalam ekosistem digital, terutama di sektor-sektor seperti e-commerce, fintech, dan layanan online lainnya.
Berdasarkan laporan Total Economic Impact (TEI) tersebut, ditemukan bahwa inDrive, platform transportasi online (ride-hailing) global, berhasil mencapai ROI sebesar 1.377% dalam kurun waktu tiga tahun.
Temuan studi juga menunjukkan bahwa inDrive mampu menghasilkan manfaat senilai US$104,6 juta selama tiga tahun, dengan periode pengembalian modal kurang dari enam bulan. Adapun nilai bersih saat ini (net present value) dari investasi tersebut mencapai US$97,5 juta di 63 pasar geografis yang dioperasikan inDrive.
Studi Forrester tentang dampak ekonomi total dari solusi anti-fraud SHIELD ini menunjukkan potensi ROI yang signifikan bagi perusahaan yang mengadopsinya. Bagi perusahaan/startup teknologi, termasuk transportasi online di Indonesia, temuan ini menjadi insight (wawasan) berharga tentang bagaimana investasi dalam keamanan platform dapat menghasilkan manfaat finansial dan operasional yang substansial.
Efektif tangkal fraud tanpa mengorbankan privasi data
Dengan tantangan keamanan yang terus berkembang di era digital, adopsi solusi keamanan anti-fraud dapat menjadi faktor pembeda bagi perusahaan teknologi seperti inDrive di Indonesia. Bukan hanya dalam hal mencegah kerugian finansial, tetapi juga dalam membangun kepercayaan konsumen, mendorong inovasi, dan mendukung pertumbuhan berkelanjutan di sektor yang sangat kompetitif ini.
Menariknya, penerapan solusi anti-fraud SHIELD ini tidak mengharuskan pengumpulan data pribadi, sehingga inDrive bisa tetap mematuhi peraturan perlindungan data di berbagai negara dunia, termasuk di Indonesia yang bersiap menyambut pelaksanaan UU No.27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP).
Hal ini juga mengindikasikan bahwa inDrive atau layanan online lainnya, seperti e-commerce, marketplace, fintech, perbankan digital, streaming media, hingga kencan online dapat meningkatkan keamanan dan mencegah penipuan tanpa harus mengorbankan privasi pengguna.
SHIELD menggunakan beberapa strategi dalam menangkal fraud pada layanan inDrive sambil tetap menjaga privasi data pengguna. Pendekatan utama meliputi analisis perilaku berbasis AI tanpa menggunakan identitas personal, enkripsi end-to-end, tokenisasi data, penggunaan federated learning, prinsip data minimization, transparansi dan kontrol pengguna, serta kepatuhan terhadap regulasi privasi data.
Dengan metode-metode ini, SHIELD dapat mendeteksi dan mencegah aktivitas fraud tanpa perlu mengakses atau menyimpan data pribadi sensitif pengguna. Sistem ini fokus pada pola perilaku dan anomali, bukan pada identitas individu.
Director SHIELD, Imanuel Handjaja Ong, hasil studi TEI ini membuktikan bahwa dengan memanfaatkan teknologi SHIELD, inDrive telah mendaptakan keuntungan karena memilki platform yang kuat dalam menghadapi aktivitas fraud, meningkatkan tingkat kepercayaan, dan transparansi bagi pihak penumpang sekaligus driver (pengemudi).
Dijelaskan lebih lanjut, modus penipuan (fraud), seperti akun palsu yang kerap terjadi pada platform ride hailing menggunakan tool app cloner dapat mencuri identitas atau mengambilalih akun lain untuk memanipulasi rating, melakukan ghost rides (perjalanan palsu), dan memonopoli perjalanan.
Seperti diketahui, salah satu modus fraud yang umum dilakukan oknum adalah kombinasi akun palsu dengan GPS spoofing (memanipulasi lokasi GPS) untuk mensimulasikan permintaan tinggi di suatu area, menyebabkan lonjakan tarif yang menguntungkan penipu. Namun, SHIELD ID mampu mendeteksi multiple akun yang dioperasikan dari satu perangkat, serta memiliki Risk Indicators untuk mengidentifikasi tools atau teknik berbahaya di platform seperti inDrive.
Senada dengan Imanuel, Head of Fraud Prevention at inDrive, Simon Revich menyatakan bahwa mereka selama ini telah menguji berbagai solusi anti-fraud di platform mereka dan SHIELD dianggap yang paling cocok jika ditinjau dalam beberapa aspek, seperti biaya, pendapatan, kelayakan, dan lingkungan teknis inDrive.
“Ada banyak faktor yang dianalisis dengan saksama dan kami memilih solusi yang paling cocok. Selain itu, seperti yang saya katakan sebelumnya, setiap jenis amplifier akan dipalsukan dan kami harus menggunakan alat yang tahan terhadap penyalahgunaan dan SHIELD adalah salah satu yang paling cocok bagi kami dalam hal ketahanan tersebut dan memungkinkan untuk mencapai hasil yang menurut saya cukup bagus,” pungkas Simon.
Imanuel juga menyingung model bisnis inDrive yang terbilang unik karena berbeda dengan perusahaan ride-hailing lainnya. Karena itu, inDrive juga rentan terhadap potensi ancaman berbagai modus fraud.
Misalnya, inDrive membuat mesin pencari tumpangan. Ada banyak manipulasi disini, seperti seseorang dapat menaikkan harga dengan membuat banyak akun, seolah-olah sangat diminati, jadi mereka menaikkan harga, dan itu menciptakan persaingan yang tidak adil, bukan? Jadi, jika seseorang yang merupakan pengguna asli ingin menggunakannya, harganya sudah dinaikkan oleh akun tersebut.
“Saya kira, dengan cara tertentu, kami melakukan pencarian dan bekerja sama dengan baik karena kami membantu mencegah semua orang dengan semua masalah, dengan semua penipuan, dan inDrive mampu memberikan harga yang sebenarnya, harga yang wajar kepada pengguna asli, ujar Imanuel menjelaskan.
Aktivitas fraud jadi ancaman bisnis digital di berbagai sektor
Penangan modus fraud di platform inDrive bukanlah hal yang mudah dan terkadang sensisitif jika diterapkan tidak transparan. Pasalnya, platform inDrive, e-commerce atau layanan online lainnya berkaitan dengan ke banyak pihak. Bukan hanya pengguna tapi juga beberapa mitra platform sekaligus. Kehilangan GMV (Gross Merchandise Value) yang besar akan memunculkan reaksi bahkan protes.
Dengan semakin berkembangnya model bisnis sharing economy, aksi fraud, seperti inDrive, e-Commerce atau lainnya bukan hanya melibatkan interaksi dua atau tiga pihak tapi dapat melibatkan banyak pihak. Terlebih di tengah pesaingan yang ketat antara platfom kompetitor.
Salah satu survei global fraud mengungkapkan bahwa satu dari enam konsumen Indonesia akan pergi ke pesaing jika mereka tidak puas dengan respons pengelola platform saat bermasalah.
Imanuel mengingatkan fakta bahwa ada 60 persen UMKM bisnis gulung tikar dalam waktu enam bulan setelah terkena serangan penipuan. Karenanya, penting untuk melakukan fraud intercepts. Mengekstraksi value bisnis lokal dan memberi mereka kemampuan untuk tumbuh. Harapnnnya banyak perusahaan menyadari bahwa kepercayaan dengan pengguna, mitra, dan pemangku kepentingan dapat menjadi salah satu pembeda terkuat yang mengarah pada pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
“Misi kami untuk adalah ingin membantu perusahaan lokal mendorong pertumbuhan, menghilangkan ketidakadilan, dan memastikan kesempatan yang sama bagi pengguna asli dengan meningkatkan strategi kepercayaan dan keamanan mereka,” tutup Imanuel.
Tags: anti fraud, Forrester Consulting, inDrive, Layanan, platform, SHIELD, studi