Mobitekno – OpenAI, perusahaan riset dan pengembang teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) terkemuka kembali menghadirkan layanan ChatGPT terbaru, yaitu ChatGPT Edu yang ditargetkan untuk kebutuhan akademis.
ChatGPT Edu dirancang khusus untuk lingkungan universitas/perguruan tinggi ini telah didukung oleh model bahasa GPT-4o, model bahasa besar (large language model/LLM) terbaru dan tercanggih dari OpenAI saat ini. Keunggulan GPT-4o terletak pada kemampuannya dalam memahami teks, pemrograman, analisis data, dan akses informasi di web.
“ChatGPT Edu dirancang untuk sekolah yang ingin menerapkan AI secara lebih luas kepada para pelajar dan komunitas kampus mereka,” tulis OpenAI dalam blognya (1/6/20240.
Chatbot tersebut juga memungkinkan pihak universitas untuk melakukan kustomisasi sendiri dengan melatih ChatGPT dengan data milik mereka dan membagikannya di lingkup universitas.
Pro kontra kehadiran AI generatif di lingkungan kampus
Meski masih menjadi perdebatan, kehadiran teknologi AI generatif (GenAI) seperti ChatGPT diperkirakan cepat atau lambat bakal mulai diterapkan di lingkungan kampus. Pasalnya, ChatGPT Edu menjanjikan peningkatkan pengalaman civitas academica dalam proses belajar mengajar, riset dan penelitian lainnya di universitas.
Mahasiswa misalnya dapat berinteraksi dengan ChatGPT untuk memahami materi, berlatih mengerjakan soal, dan berdiskusi. Ini memfasilitasi pembelajaran mandiri dan identifikasi kesulitan belajar.
Sedangkan dosen dapat menggunakannya untuk mengoreksi tugas awal, memberikan umpan balik, dan menghemat waktu untuk hal lain, seperti diskusi kelas dan bimbingan skripsi atau tesis.
Di sisi lain, GenAI ini dapat membantu peneliti dalam melakukan analisis data, sintesis informasi, hingga membantunya menulis proposal penelitian. Ini dimungkjinkan berkat terobosan kemampuan ChatGPT dalam mengakses dan memproses informasi dalam jumlah besar.
Dampak yang juga tidak kalh pentingnya adalah asksesibilitas pendidikan. ChatGPT Edu bisa menjadi tool pendukung efektif bagi mahasiswa berkebutuhan khusus. Contohnya seorang mahasiswa tunanetra dapat menggunakan ChatGPT Edu untuk membacakan materi kuliah, sementara mahasiswa tunarungu dapat memanfaatkannya untuk menerjemahkan perkuliahan ke dalam bahasa isyarat.
Meski demikian, GenAi seperti ChatGPT Edu juga dapat mebawa dampak dampak negatif, seperti potensi meningkatnya plagiarisme di kalangan akademis dan terjadinya bias data. Model bahasa seperti ChatGPT Edu dilatih menggunakan data dalam jumlah besar yang mungkin saja mengandung bias. Jadi, pihak universitas perlu mengantisipasi kedua dampak ini agar tidak menimbulan kerugian di masa mendatang.
Fitur utama ChatGPT Edu
Mengingat layanan ini lebih dirancang untuk kegiatan pendidikan dan proses belajar mengajar di lingkungan kampus, ChatGPT Edu menawarkan keunggulan khusus dalam menginterpretasikan teks, membuat kode peprograman, dan mengerjakan masalah matematika.
Selain itu ada pula kemampuan tingkat lanjutnya, seperti menganalisis data, mengekplorasi web/Internet, dan mebuat ringkasan berbagai jenis dokumen. ChatGPT Edu juga mengusung GPT (Generative Pre-trained Transformer) yang dapat disesuaikan (dikustomisasi) sesuai kebutuhan akademis. GPT merupakan teknologi inti ChatGPT yang memungkinkan interaksi dengan alami debngan berbagai input data.
Batas pesan tinggi: menawarkan penggunaan yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan versi gratis ChatGPT. Dukungan multibahasa: mendukung lebih dari 50 bahasa dengan peningkatan kualitas dan kecepatan. Keamanan dan privasi yang kuat: mencakup fitur seperti izin grup, sistem masuk tunggal (SSO), SCIM 1, dan manajemen GPT. Percakapan dan data tidak digunakan untuk melatih model OpenAI.
Terinspirasi dari keberhasilan penerapan ChatGPT Enterprise di kampus
Hadirnya ChatGPT Edu disebut oleh OpenAI dilatarbelakangi juga oleh keberhasilan implementasi ChatGPT Enterprise di beberapa universitas ternama, seperti University of Oxford, Wharton School of University of Pennsylvania, University of Texas di Austin, Arizona State University, dan Columbia University di City of New York.
Institusi-institusi ini telah memanfaatkan AI untuk meningkatkan pengalaman pendidikan dan efisiensi operasional, sehingga membuka jalan bagi adopsi AI yang lebih luas di dunia akademis.
Misalnya proyek di Universitas Columbia yang mengintegrasikan AI untul menerapkan strategi yang tepat dalam mengurangi kematian akibat overdosis. Tim di Universitas Columbia mengembangkan GPT yang dapat menganalisis dan mensintesis kumpulan data besar secara cepat (dari durasi minggu menjadi detik) sehingga memungkinkan intervensi yang lebih cepat dan efektif.
Contoh lainnya, mahasiswa sarjana dan MBA di Wharton School dalam mata kuliah Profesor Ethan Mollick menggunakan ChatGPT untuk menyelesaikan tugas refleksi akhir. Dengan melibatkan GPT yang dilatih mengenai materi kursus dalam diskusi, siswa melaporkan wawasan yang lebih mendalam tentang pembelajaran mereka.
Penerapan lainnya dilakuak Christiane Reves, asisten profesor di Arizona State University, yang menggarap GPT “Language Buddies” khusus untuk membantu siswanya berlatih bahasa Jerman. Dengan GPT khusus ini, keterampilan bahasanay lebih cepat meningkat dan waktu pengajaran juga menjadi lebih singkat.
Tags: AI, ChatGPT Edu, GenAI, generative AI, GPT-4o, LLM, OpenAI, Universitas