Mobitekno – Seperti tahun 2020, situasi dan kondisi ekonomi tahun 2021akan dipengaruhi oleh perkembangan pandemi COVID-19. Dampak pandemi yang mendisrupsi segala sisi kehidupan memaksa bisnis untuk lebih mempercepat proses transformasi digital yang sedang dijalani agar lebih siap mengantisipasi berbagai ancaman lainnnya, seperti pandemi.
Menurut laporan baru McKinsey, mayoritas bisnis, baik tradisional atau startup, telah melakukan reorientasi model bisnisnya menjadi lebih digital sebagai akibat langsung dari pandemi yang juga telah mengubah perilaku konsumen secara masif. Reorientasi bisnis yang lebih berorientasi digital dan online secara langsung juga mengubah lanskap sistem cybersecurity (keamanan siber) bisnis di berbagai segmen industri.
Menutup tahun 2020, Palo Alto Networks mencoba memaparkan prediksinya tentang situasi keamanan siber yang perlu diantisipasi bisnis di tahun 2021. Berbagai tren menjadi fokus perusahaan cybersecurity global ini, mulai dari privasi data personal, adopsi teknologi 5G yang makin meningkat, fenomena travel bubble, sistem kerja remote atau WFH yang semakin smart, dan aspek keamanan teknologi cloud.
Sean Duca, VP & Regional Chief Security Officer APAC dan Japan Palo Alto Networks, melalui temu media secara virtual (1/12/2020) menyampaikan prediksi pertamanya. Menurutnya, banyak orang mulai melakukan traveling setelah pandemi berlalu. Secara otomatis, banyak negara, hotel, dan tempat wisata, dan lainnya akan meminta data medis mereka, termasuk aktivitas tracking dan checking-in yang menyertai saat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Ini artinya, akan banyak jenis data yang harus dibagikan siapa saja yang bepergian ke nergara tersebut. Mulai dari data nama, alamat pribadi, lokasi, riwayat kontak, dan lainnya. Menurut Sean, siapa saja yang ingin bepergian tentunya harus selalu waspada dan bijaksana dalam membagikan data pribadi mereka dalam berbagai situasi dan kondisi.
Prediksi kedua disebutkan tetnang teknologi 5G yang semakin banyak diadopsi banyak negara, seperti Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, hingga Amerika Serikat. Beberapa negara Asia Tenggara juga secara perlahan mulai mengadopsi mulai 5G. Salah satu katalisator adopsi 5G adalah semakin banyaknya perangkat 5G yang hadir di pasran, seperti iPhone 12 dan berbagai ponsel berbasis Android.
Seperti halnya teknologi jaringan 4G, isu keamanan juga amenjadi ancaman di 5G. Makin kompleksnya konfigurasi teknologi jaringan 5G membuat para operator wajib menerapkan protokol keamanan yang ketat agar potensi keamanan siber baru tidak terjadi.
Prediksi ketiga berkaitan dengan perilaku banyaknya orang yang bekerja secara remote. Menurut Sean, bermodalkan pengalaman selama 8 bulan dengan diterapkannya WFH bagi karyawan, banyak perusahaan mulai menemukan mekanisme yang lebih optimal agar para karywana bisa bekerja lebih aman dan nyaman dari dari rumah.
Sebagai salah satunya solusinya, banyak perusahaan mulai beralih ke infrastruktur cloud agar kebutuhan perangkat mahal bagi karyawan yang bekerja secara remote bisa direduksi. Karyawan pun mulai diarahkan menggunakan perangkat yang lebih simpel dan terhubung ke cloud. Dengan demikian, load komputasi bisa ditangani di cloud tanpa membebani perangkat di sisi client.
“Meski bekerja di rumah, karyawan harus memiliki proteksi sama dengan saat bekerja di kantor. Untuk itu Palo Alto Network menghadirkan solusi SASE (secure acces service edge) yang menjadi norma keamanan siber baru,” ujar Sean.
Ditambahkan oleh Yudi Arijanto, Director & Systems Engineering Palo Alto Networks Indonesia, sebagai layanan yang mengkombinasikan SD-WAN dengan fitur keamanan di cloud, SASE mulai diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk mengamankan para direktur atau pejabat level C perusahaan.
Prediksi terakhir, terkait dengan terjadinya perpindahan ke cloud secara besar-besaran dan bukan hanya sekadar untuk mendukung layanan-layanan standar, seperti email, file server, dan lainnya.
Pada 2021, banyak kegiatan operasional yang divirtualisasikan sehingga perusahaan perlu meninjau kembali sistem keamanan infrastrukturnya saat berada di lingkungan cloud. Strategi keamanan di cloud tentunya berbeda saat infrastruktur perusahaan masih berada di lingkungan on-premise. Begitu pula jika perusahaan mengadopsi hybrid cloud.
Sean mengatakan bahwa kontrol keamanan jaringan tetap jadi komponen penting dalam mendukung keamanan cloud. Perusahaan perlu memperkuatnya dengan pengaturan lapis ekstra, dalam hal ini pengaturan Indentity and Access Management (IAM). Palo Alto mengingatkan, satu kesalahan konfigurasi IAM berpotensi membuat penyerang bisa menyusup dan mengancam seluruh lingkungan infrastruktur.
Tags: Cybersecurity, keamanan siber, Palo Alto Networks, prediksi keamanan siber 2021