MOBITEKNO – Tak dapat dipungkiri, tren digital yang semakin masif di Indonesia menjadi bukti bahwa kebutuhan akan internet cepat semakin dibutuhkan. Konten digital yang menjamur dan semakin tumbuh membuat kebutuhan data juga semakin meningkat.
Tren seperti ini yang pada akhirnya mendorong banyak pengguna perangkat telekomunikasi untuk beralih dari jaringan 2G ke 3G ataupun 4G. Namun kenyataannya, hingga saat ini sekitar 30 persen hingga 40 persen masyarakat di Indonesia masih menggunakan layanan 2G.
Hal ini terungkap dalam acara forum "Obrolan Telko" yang digelar di Jakarta, (14/9) dengan mengangkat tema besar Memaksimalkan Utilisasi 4G Melalui Keterjangakauan Perangkat.
Hadir sebagai pembicara, Nonot Harsono selaku Pengamat Telekomunikasi; Hartadi Novianto selaku Head of Device Sourcing & Managemen PT Smartfren Telecom; dan Djatmiko Wardoyo, Director of Marketing & Communication PT Erajaya Swasembada.
Menurut Nonot, untuk memuluskan proses migrasi pengguna 2G dan 4G memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Sungguh bijak jika dimulai dengan melihat permasalahan yang dihadapi di lapangan.
"Apakah masyarakat memang harus didorong agar menggunakan teknologi 4G? Jika memang perlu, pemerintah dan pelaku usaha harus berupaya menciptakan kebutuhan sehingga masyarakat perlu menggunakan 4G," jelas Nonot.
Ditambahkan Nonot, ada dua penyebab mengapa masyarakat masih enggan beralih dari 2G ke 4G. Pertama, supply layanan 4G penetrasinya masih kecil, baik coverage maupun kepemilikan handset. Kedua karena kebutuhan masyarakat akan layanan 4G memang belum tumbuh.
"Jangan-jangan, masyarakat Indonesia sebagian besar belum butuh layanan 4G. Yang paling penting, mereka bisa komunikasi secara verbal alias voice atau kirim pesan via SMS," tambah Nonot.
Hal senada juga dijabarkan oleh Djatmiko Wardoyo yang menegaskan bahwa perangkat 4G dengan harga terjangkau memang sangat dibutuhkan untuk memuluskan rencana migrasi pengguna dari 2G ke 4G.
"Handset 4G murah di Indonesia bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan. Mengapa? Karena beberapa vendor dan pabrikan handset telah berlomba-lomba memproduksi perangkat 4G dikisaran harga Rp1 hingga Rp2 jutaan yang bisa dijangkau masyarakat," ucap Djatmiko.
Ditambahkan oleh Djatmiko atau yang biasa disapa Koko, memang pengguna handset 2G juga masih banyak dan paling besar ada di luar pulau Jawa. Hal itu pun dirasakan oleh Erafone sebagai toko ritel yang hadir di banyak kota di Indonesia.
Terkait dengan penyedia layanan atau operator, Hartadi Novianto dari Smartfren pun ikut angkat bicara. Ia menuturkan bahwa edukasi kepada masyarakat untuk beralih dari 2G ke 4G juga tak kalah penting untuk dilakukan.
"Kami di Smartfren juga terus berupaya keras mengedukasi konsumen dengan menghadirkan beragam layanan terkait dengan 4G. Tentu saja, kemudahan proses upgrade ini juga tak kami lupakan," jelas Hartadi.
Bahkan, Hartadi juga mencontohkan salah satu kemudahan yang diberikan, yakni dengan menggelar program "Ayo Upgrade ke ANDROMAX 4G LTE Sekarang Juga". Untuk diketahui bersama, layanan 4G Smartfren sudah menjangkau 200 Kota & Kabupaten di Indonesia.
Tak hanya menyajikan layanan 4G, Hartadi menambahkan bahwa Smartfren juga memasarkan perangkat 4G, seperti Modem WiFi dengan harga terjangkau. Bahkan dalam waktu dekat, Smartfren berencana merilis feature phone dengan kemampuan 4G.
Dari seluruh hasil pembicaraan, dapat disimpulkan bahwa ketersedian perangkat murah atau terjangkau di mata masyarakat Indonesia bisa dikatakan menjadi salah satu solusi untuk mempercepat migrasi dari 2G ke 4G. Bagaimana menurut Anda?
Tags: Erafone, Layanan 4G LTE, Migrasi 2G ke 4G, Obrolan Telko, Smartfren, Smartphone 4G