MOBITEKNO – Sudah tidak terbantahkan lagi jika di era mobile kurang lebih satu dekade ini, Qualcomm telah menjelma menjadi perusahaan teknologi raksasa berkat chipset/SoC/prosesor yang laris manis di industri smartphone.
Namun, beberapa tahun belakangan ini kita melihat usaha dari beberapa vendor, seperti Huawei atau Xiaomi yang mulai mengikuti jejak Apple dengan membuat chipset smartphone/tablet yang didesain sendiri.
Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah chip Qualcomm dinilai dinilai terlalu mahal meski punya performa mumpuni ataukah ada sebab lainnya? Jawaban pastinya hanya bisa dijawab oleh masing-masing vendor smartphone yang 'bernego' secara langsung dengan perusahaan semikonduktor asal AS tersebut.
Salah satu perkembangan menarik terkait bisnis Qualcomm dengan produsen smartphone belum lama ini diangkat oleh media Korea Selatan. Kali ini mengenai raksasa Samsung yang selama ini diketahui juga sudah membuat chip sendiri, yakni Exynos, untuk berbagai seri Galaxy, termasuk flagship Galaxy S8 yang bakal dirilis April ini.
Berdasarkan rekam jejak benchmark, chip Exynos tidak kalah performanya jika dibandingkan prosesor Snapdragon atau kini di-rebranding Qualcomm sebagai Snapdragon Mobile Platform.
Mengingat performa Exynos yang 'sebelas dua belas' dengan Snapdragon ini, tentu menarik diketahui apa alasan Samsung untuk tidak mengkomersilkan chipnya tersebut lebih jauh, misalnya dengan menjualnya ke vendor besar lainnnya, seperti Huawei, LG, Xiaomi, atau Oppo. Sedikit pengecualian untuk Meizu yang sempat menggunakan chip Exynos 7420 pada Meizu Pro 5.
Alasan yang dipercaya selama ini adalah Samsung lebih memilih menahan diri menawarkan chip Exynos untuk melindungi teknologi chipset agar bisnis smartphone mereka lebih kompetitif dari vendor lain.
Benarkah demikian? Berdasarkan perkembangan terbaru, alasan tersebut tidak sepenuhnya benar. Menurut laporan berikut ini, Komisi Persaingan Usaha di Korea Selatan (The South Korean Fair Trade Commission) baru-baru ini menuduh Qualcomm telah menghalangi Samsung untuk menjual chip Exynos ke produsen smartphone lain, seperti LG, Huawei, atau Xiaomi.
Menurut komisi ini, Qualcomm memanfaatkan lisensi paten esensial standar (standard essential patent license) untuk mencegah Samsung menjual modul modem dan chipset dalam jangka waktu hingga 25 tahun.
Masih menurut komisi ini, Samsung Electronics sudah 'diblokir' untuk menjual chip modemnya ke produsen smartphone lain karena sebelumnya telah melakukan kesepekatan lisensi dengan Qualcomm.
Qualcomm sudah pasti akan mengajukan banding akan tuduhan ini dengan alasan ada tidak konsistennya tuduhan dengan fakta dan aturan yang berlaku saat ini. Sebagai perusahaan yang memiliki banyak paten di bidang mobile dan komunikasi, Qualcomm pernah dituding beberapa perusahaan teknologi terkait lisensi. Salah satunya Apple yang menggangap Qualcomm terlalu tinggi meminta royalti atas paten yang dimilikinya.
Tags: chipset samrtphone, Exynos, lisensi, Paten, persaingan usaha, prosesor smartphone, Qualcomm, Samsung, Snapdragon