April 18, 2018

Minimalisir Limbah Fashion, Yuk Jual Barang-barang Bermerek Anda ke Tinkerlust

Penulis: Rizki R | Editor: Desmal Andi
Minimalisir Limbah Fashion, Yuk Jual Barang-barang Bermerek Anda ke Tinkerlust  

Mobitekno –  Sebagaimana teknologi, industri fashion bergerak begitu dinamis dan bisa dibilang enggak ada matinya. Lalu, apa jadinya bila teknologi berpadu dengan fashion? Yang terjadi adalah seperti Tinkerlust, salah satu platform preloved marketplace yang menawarkan kemudahan aktivitas jual beli barang-barang fashion yang sudah tidak digunakan lagi.

Samira Shihab, CEO Tinkerlust menyatakan bahwa konsep ini bukan yang terbaru di Indonesia, sebab sebelumnya sudah ada platform lain seperti OLX yang memberikan kemudahan dalam menjual barang-barang bekas.

Yang membedakan di Tinkerlust ialah mereka menawarkan servis dari awal hingga akhir untuk para penjual. Mulai dari penjemputan barang yang akan dijual, mengkurasi barang yang akan dijual, melakukan pengecekan keaslian barang yang akan dijual, memberikan penilaian harga barang, melakukan pemotretan barang, hingga memasukkannya ke website Tinkerlust.

“Disamping itu, kami pun menyediakan customer service untuk calon pembeli bertanya dan akhirnya mengirimkan barang tersebut kepada pembeli,” ujar Samira.

Hal lain yang membedakan kala menyambangi situs web Tinkerlust, ialah  Anda akan disambut oleh barang-barang branded kualitas terbaik yang dijual oleh puluhan artis Tanah Air, contohnya seperti Nia Ramadani, Anisa Pohan, Kirana Larasati, Marissa Nasution, dan masih banyak lagi.

“Perkembangan fashion kan cepat banget, dengan terhubung melalui Tinkerlust umur pakaian kita jadi lebih panjang, selain itu pengguna bisa mendapat akses ke brand-brand ternama,” lanjutnya.

Tak melulu soal jual beli barang-barang fashion pre loved, Tinkerlust sendiri sesungguhnya memiliki misi, yakni mengedukasi konsumen agar seimbang dalam mengelola antara pengeluaran dan pendapatan, dan juga investasi. Maka tak heran, Tinkerlust menyebut mereka sebagai Smart Shopper.

Menyinggung soal porsi komisi antara seller dengan Tinkerlust, Samira mengatakan bahwa semakin mahal barangnya, lebih sedikit komisi yang diambil Tinkerlust.

“Misalnya sebuah tas dibanderol seharga Rp10 juta, maka Tinkerlust mengambil komisi hanya 7%. Namun bila harga barangnya berkisar antara Rp100-500 ribu maka Tinkerlust bisa mengambil 25-30 persen,” jelas Samira.

Meski sudah dua tahun di Indonesia, sayangnya Tinkerlust baru memiliki satu warehouse di daerah Sunter. Didalamnya mampu menampung 3000an barang-barang dari 2000 merek fashion ternama.

Hal lain yang patut disayangkan ialah Tinkerlust tak menyediakan sebuah aplikasi hingga akhir tahun. Alasannya, kompetisi didalam mobile apps itu begitu ketat sehingga belum bisa dipastikan kapan Tinkerlust muncul dalam bentuk aplikasi.

Melalui investasi dari GDP Venture, setidaknya ada tiga hal yang secepatnya bakal diselesaikan Tinkerlust, pertama masalah marketing, kedua operasional, dan terakhir teknologi. Dari sisi marketing, Tinkerlust berencana membuka hub warehouse baru di Surabaya untuk memperluas market share. Sementara operasional dan teknologi, Tinkerlust akan membenahi personal dashboard (seller) yang dapat memantau penjualan barang, penjadwalan pengambilan barang, dan berbagai macam data sehingga penjual bisa memantau ketertarikan calon pembeli terhadap barang yang dijualnya.

 

 

Tags: , , , ,


COMMENTS