April 10, 2025

Kebijakan Tarif Trump Malah Jadi Bumerang Buat Mobil-mobil Amerika Sendiri, Lihat Datanya!

Penulis: Rizki R
Kebijakan Tarif Trump Malah Jadi Bumerang Buat Mobil-mobil Amerika Sendiri, Lihat Datanya! 

Mobitekno – Tatkala Presiden Donald Trump memperkenalkan tarif baru untuk mobil impor, tujuannya nampak sederhana, yaitu melindungi produsen otomotif domestik dan mengamankan lapangan kerja rakyat Amerika. Namun, dari balik kacamata industri otomotif global yang kompleks, kebijakan ini justru berisiko menjadi bumerang bagi pabrikan yang seharusnya dilindungi.

Trump ingin menciptakan sebuah ekosistem otomotif yang lebih mandiri: mobil untuk rakyat Amerika, dibuat oleh tenaga kerja Amerika, di tanah Amerika. Sebuah cita-cita nasionalistik yang sejalan dengan semboyan Make America Great Again

Akan tetapi, kenyataannya jauh lebih rumit. Tiga raksasa otomotif AS—General Motors, Ford, dan Stellantis, yang sering dijuluki Detroit Big Three—masih sangat bergantung pada mobil impor untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik. Pada tahun lalu saja, ketiganya menjual sekitar 1,85 juta unit kendaraan ringan impor, yang mencakup 13% dari total penjualan global mereka.

Tarif

Sebagai pembanding, trio raksasa asal Jepang—Toyota, Honda, dan Nissan—menjual 1,53 juta unit kendaraan di AS, hanya 9% dari total penjualan global mereka. Sementara produsen Jerman seperti Volkswagen Group, BMW, dan Mercedes-Benz, hanya mengandalkan pasar AS untuk sekitar 7% dari total penjualan global mereka, menurut data JATO Dynamics.

Dengan kata lain, merek-merek Amerika justru lebih tergantung pada mobil impor dibandingkan kompetitor asing mereka. Ironis, bukan?

 

Dari semua produsen, General Motors mungkin akan paling merasakan efek tajam dari tarif ini. Tahun 2024 mencatatkan GM sebagai salah satu importir kendaraan terbesar di AS, tepat di belakang Hyundai-Kia dan Toyota. Sekitar 18% dari penjualan globalnya bergantung pada mobil impor, tertinggi di antara lima produsen mobil terbesar dunia.

Masalah kian rumit karena GM tak lagi punya pijakan kuat di pasar Eropa dan hanya bertahan di Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Tiongkok. Namun, pasar Tiongkok kini semakin berpaling ke merek domestik, membuat AS menjadi medan pertempuran utama bagi GM. Sayangnya, tarif baru ini justru mengancam benteng terakhir itu sendiri.

“Penerapan tarif ini merupakan masalah baru yang harus dihadapi industri. AS adalah pasar kendaraan terbesar kedua di dunia, dan kini akan lebih sulit dari sebelumnya bagi sebagian besar produsen mobil non-Tiongkok untuk bersaing di dalamnya,” ujar Felipe Munoz, Analis Global di JATO Dynamics.

Dampak kebijakan ini tak berhenti pada merek Amerika saja. Mazda, yang mengekspor sekitar 343.000 dari total 1,28 juta kendaraan ke pasar AS tahun lalu, juga terancam. Subaru bahkan lebih bergantung—71% dari penjualannya berasal dari Amerika.

Imported cars in USA as of global sales. By groups

Imported cars in USA as of global sales. Foreign mainstream brands

Menurut Munoz, 14 dari 18 produsen otomotif global non-Tiongkok sangat tergantung pada pasar Amerika. Termasuk di antaranya Volkswagen, Volvo, Hyundai-Kia, Mercedes, BMW, Toyota, dan tentu saja GM sendiri. Meski kontribusi AS terhadap pendapatan global Volkswagen relatif kecil, kehadiran di sana tetap penting untuk mempertahankan status sebagai merek global.

Kebijakan Tarif, Ancaman atau Pemicu Transformasi? 

Jelas, kebijakan tarif ini akan memaksa banyak produsen untuk berbenah. Mereka harus meningkatkan kapasitas produksi lokal di Amerika Serikat jika ingin tetap kompetitif. Jika tidak, harga jual akan melonjak karena beban tarif, dan konsumen tentu akan memilih alternatif yang lebih terjangkau yaitu, kendaraan rakitan lokal.

“AS adalah pasar yang tidak bisa ditinggalkan. Produsen seperti Toyota, Nissan, BMW, hingga Stellantis harus segera memperkuat jejak produksi mereka di sana,” tegas Munoz.

Meski tampak kontroversial, kebijakan tarif ini bisa jadi mendorong transformasi besar dalam industri otomotif global, di mana mewujudkan kembali impian lama bahwa mobil Amerika harus dibuat di Amerika. Namun, proses menuju tujuan itu akan menyakitkan, bahkan bagi mereka yang disebut sebagai “anak kandung” kebijakan ini. Bisa jadi ada cara dalam kebijakan kontroversi ini, tetapi sebelum semuanya tertata rapi, bahkan merek domestik pun harus siap menanggung rugi. Dan seperti setiap revolusi, jalan menuju perubahan tidak selalu mulus.

Tags: , , , , , , , , ,


COMMENTS