February 10, 2025

Bos Ford: Teknologi Baterai EV Tiongkok Lebih Unggul 10 Tahun dari AS

Penulis: Rizki R
Bos Ford: Teknologi Baterai EV Tiongkok Lebih Unggul 10 Tahun dari AS 

Mobitekno – Ford menghadapi tantangan besar dari industri otomotif Tiongkok. Ironisnya, untuk menandingi para pesaingnya, Ford justru harus bergantung pada teknologi baterai yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok. CEO Ford, Jim Farley, mengungkapkan bahwa keberhasilan Ford dalam menghadapi persaingan ini bergantung pada akses terhadap teknologi dari Negeri Tirai Bambu.

Dalam wawancara dengan The New York Times, Farley menegaskan bahwa Tiongkok telah jauh lebih maju dalam memproduksi teknologi baterai kendaraan listrik (EV). Menurutnya, satu-satunya cara bagi Ford untuk bertahan dan bersaing adalah dengan memanfaatkan inovasi mereka, sebagaimana Tiongkok dulu memanfaatkan teknologi dari Barat.

“Cara kita bersaing dengan mereka adalah dengan mendapatkan akses ke intellectual property (IP) mereka sebagaimana mereka membutuhkan IP kita 20 tahun lalu. Kemudian, menggunakan ekosistem inovatif kita, kecerdikan Amerika, skala besar, serta kedekatan kita dengan pelanggan untuk mengalahkan mereka secara global,” ungkap Farley.

Farley menekankan bahwa ini bukan sekadar wacana untuk masa depan, melainkan strategi yang telah berjalan. Ford tengah membangun BlueOval Battery Park Michigan, pabrik baterai senilai US$3,5 miliar yang dijadwalkan beroperasi pada 2026. Pabrik ini akan memproduksi ribuan baterai lithium iron phosphate (LFP) menggunakan teknologi dari Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL), raksasa baterai asal Tiongkok.

Teknologi Baterai

Teknologi Baterai Tiongkok Berakar dari AS

Sejarah mencatat bahwa keunggulan teknologi baterai yang kini dimiliki Tiongkok sejatinya berakar dari Amerika Serikat. Menurut laporan Bloomberg, teknologi baterai LFP awalnya dikembangkan oleh ilmuwan di University of Texas. Kemudian, inovasi ini dikomersialkan oleh A123 Systems LLC, sebuah startup yang didukung pendanaan besar dari pemerintahan Obama.

Namun, lambannya adopsi kendaraan listrik pada saat itu membuat A123 mengalami kebangkrutan. Akibatnya, hak kekayaan intelektual (IP) atas baterai LFP mereka akhirnya dibeli oleh perusahaan suku cadang mobil terbesar di Tiongkok dengan harga murah.

Kini, Tiongkok menguasai 83% produksi baterai lithium-ion dunia, menjadikannya pemain dominan dalam industri ini.

Ford vs. BYD: Persaingan di Pasar Mobil Listrik Terjangkau

Tiongkok_kendaraan listrik

Sementara Ford berupaya mempercepat transisi ke kendaraan listrik, pesaingnya dari Tiongkok, seperti BYD, terus meluncurkan model EV dengan harga yang lebih terjangkau. Bahkan sebelum mobil-mobil listrik Tiongkok masuk ke pasar Amerika, mereka sudah mulai menguasai wilayah lain di mana Ford juga beroperasi.

Sebagai respons, Ford sedang mengembangkan kendaraan listrik dengan harga di bawah US$30.000 untuk menghadapi persaingan ini. Namun, meski tarif impor AS melindungi Ford dari serbuan EV Tiongkok untuk sementara waktu, kebijakan ini juga berdampak pada lini produk mereka sendiri. Contohnya, Ford harus menghadapi harga yang lebih tinggi untuk model Lincoln Nautilus, yang diproduksi di Tiongkok dan diimpor ke AS.

Dalam upaya untuk memperkuat posisinya di era elektrifikasi, Ford mengamankan kesepakatan dengan pemerintah Michigan untuk membangun pabrik baterai yang akan menciptakan 2.500 lapangan kerja baru. Bill Ford, Ketua Eksekutif Ford, menegaskan bahwa proyek ini adalah langkah penting dalam strategi elektrifikasi perusahaan.

“Kami berkomitmen untuk memimpin revolusi kendaraan listrik di Amerika, dan itu berarti berinvestasi dalam teknologi serta lapangan kerja yang akan membuat kami tetap terdepan dalam transformasi global industri ini,” ujar Bill Ford.

Pabrik BlueOval Battery Park Michigan akan memproduksi baterai LFP yang lebih murah dan lebih tahan lama dibandingkan baterai berbasis nikel. Meskipun teknologi ini berasal dari CATL, Ford menegaskan bahwa mereka tetap memiliki kendali penuh atas operasional pabrik.

images 4

BlueOval Battery Park Michigan, pabrik baterai senilai US$3,5 miliar yang dijadwalkan beroperasi pada 2026.

Lisa Drake, Wakil Presiden Industrialisasi Ford untuk Model e, menyatakan, “Sangat penting untuk memahami bahwa Ford mengendalikan pabrik tersebut,”

Langkah Ford menggandeng Tiongkok dalam pengembangan teknologi baterai adalah strategi pragmatis, tetapi juga sebuah ironi sejarah. Teknologi baterai yang dulu dikembangkan di AS kini harus dibeli kembali dari Tiongkok, yang telah lebih dahulu melihat potensi besar kendaraan listrik.

Persaingan antara produsen mobil Barat dan Tiongkok akan terus berlanjut, dan Ford tidak punya pilihan selain bertindak cepat. Lewat kolaborasi inovasi Amerika dan teknologi Tiongkok, Ford berharap bisa memenangkan perlombaan kendaraan listrik global sebelum terlambat. Namun, waktu yang akan jadi penentu apakah strategi ini akan menjadi penyelamat atau justru memperdalam ketergantungan industri otomotif AS pada Tiongkok.

Tags: , , , , ,


COMMENTS