
Mobitekno – MMA Global Indonesia baru saja meluncurkan Brand Safety & MarTech (BSMT) 2025 Annual Industry Report dalam sebuah acara media gathering yang digelar di Emtek Hall, Gedung SCTV, Jakarta (5/6/2025). Acara ini menjadi tonggak penting bagi lanskap pemasaran dan periklanan digital di Indonesia, menghadirkan para ahli industri, perwakilan media, dan kontributor untuk membahas tren dan strategi yang akan membentuk masa depan ekonomi digital.
Laporan BSMT 2025 menawarkan panduan strategis bagi para pemasar dan pengiklan, khususnya mereka yang berada di posisi kepemimpinan. Laporan ini mengupas pertemuan dinamis antara pola pikir pertumbuhan, kreativitas, teknologi, dan kepercayaan konsumen, memberikan wawasan berbasis data untuk pengambilan keputusan di tengah ekosistem digital yang kian kompleks.

Seperti yang dikatakan Shanti Tolani, Country Head & Board of Director MMA Global Indonesia, “Masa depan pemasaran terletak pada kepercayaan dan transformasi. Laporan ini memberdayakan pemasar untuk bertindak tegas dengan inovasi, tanggung jawab, dan visi yang jelas.”
Peran AI dan media sosial
Salah satu sorotan utama laporan ini adalah peran kecerdasan buatan (AI) dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. AI diproyeksikan menyumbang hingga USD 366 miliar terhadap PDB Indonesia pada 2030.
Sebanyak 92% pimpinan industri mengakui AI sebagai elemen krusial untuk mempertahankan daya saing, dengan 43% industri masih dalam tahap eksplorasi, 22% sebagai early adopters, dan 10% sudah memperluas penggunaan AI. Pasar AI Indonesia sendiri diperkirakan melonjak dari USD 2,2 miliar pada 2022 menjadi USD 9,1 miliar pada 2031, mencatatkan pertumbuhan luar biasa sebesar 306,4%.
Indonesia, dengan lebih dari 143 juta pengguna aktif media sosial, terbesar di Asia Tenggara dan ketiga di Asia-Pasifik, menawarkan peluang besar bagi para pelaku pemasaran. Sekitar 48,8% masyarakat Indonesia menggunakan media sosial untuk mengikuti tren terkini.

Untuk memanfaatkan potensi ini, laporan BSMT 2025 memperkenalkan kerangka “3C” untuk pemasaran sosial: Activating Conversations, Connecting Conversations to Commerce, dan Building Community. Kerangka ini mendorong jenama untuk membangun hubungan autentik dengan audiens, mengubah percakapan menjadi peluang bisnis, dan memperkuat komunitas.
Namun, peluang ini menuntut pendekatan baru dalam pengelolaan data. Jenama harus melihat data sebagai aset yang cepat usang, memprioritaskan sistem ketimbang penyimpanan, menghormati persetujuan konsumen, dan fokus pada aktivasi data untuk menciptakan nilai nyata.
Lanskap ritel dan media digital serta tantangan keamanan jenama
Laporan ini juga menyoroti pertumbuhan pasar ritel nasional, yang diperkirakan bertambah USD 49,9 miliar antara 2025 dan 2029, seiring proyeksi Indonesia menjadi ekonomi terbesar ketujuh dunia berdasarkan PDB (PPP) pada 2025.
Media Over-The-Top (OTT) dan Connected TV (CTV) menjadi kanal yang mendominasi, dengan pasar OTT diproyeksikan mencapai USD 4,45 miliar pada 2027 dan konsumsi CTV tumbuh 12,59% per tahun, didorong oleh perangkat smart streaming. Ini menandakan pergeseran besar dalam keterlibatan audiens, yang mengharuskan jenama mengedepankan presisi, sensitivitas budaya, dan kecerdasan kontekstual.
Meski peluang digital melimpah, tantangan keamanan jenama (brand safety) tetap signifikan. Dengan penetrasi internet di atas 77%, Indonesia memiliki risiko jenama sebesar 8,2%, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata global 4,4%. Untuk mengatasi ini, jenama didorong untuk bersekutu dengan konten tepercaya, mendukung suara beragam, dan terlibat dalam percakapan budaya yang autentik. Pendekatan ini tidak hanya memitigasi risiko, tetapi juga membuka peluang untuk membangun merek yang lebih kuat dan relevan.
Sebagai innformasi, brand safety merupakan praktik untuk melindungi reputasi dan nilai merek dengan memastikan iklan atau konten merek muncul di lingkungan digital yang aman, relevan, dan sesuai dengan nilai-nilai merek. Hal ini termasuk menghindari penempatan iklan di konten yang tidak pantas, seperti ujaran kebencian, kekerasan, atau topik kontroversial, untuk menjaga kepercayaan konsumen dan mencegah risiko reputasi. Menurut laporan MMA Global Indonesia 2025, risiko brand safety mencapai 8,2% di Indonesia atau lebih tinggi dari rata-rata global 4,4%.
Sebagai inisiatif yang dipimpin oleh para CMO dan pemasar senior, MMA Global Indonesia berkomitmen untuk mengkatalisasi inovasi yang menciptakan nilai bagi jenama, konsumen, dan komunitas bisnis. Laporan BSMT 2025 adalah bukti nyata dari komitmen ini, menyediakan peta jalan bagi pemasar untuk menavigasi era ekonomi berbasis AI sambil membangun kepercayaan konsumen dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan.
Tags: AI, brand safety, Brand Safety & MarTech 2025, jenama, Laporan, Marketing, Media Sosial, merek, MMA Global, MMA Gobal Indonesia, Pemasaran