April 9, 2025

Mirip Konsep Film Jurrasic Park, Colossal Biosciences ‘Bangkitkan’ Hewan Purba 10 Ribu Tahun Lalu dengan Rekayasa Genetika

Penulis: Iwan RS
Mirip Konsep Film Jurrasic Park, Colossal Biosciences ‘Bangkitkan’ Hewan Purba 10 Ribu Tahun Lalu dengan Rekayasa Genetika 

Mobitekno – Colossal Biosciences, perusahaan bioteknologi asal Dallas, Texas, Amerika Serikat menarik perhatian dunia sains dan paleontologi dengan klaim mereka terkait rekayasa genetika pada binatang. Meskipun Colossal Biosciences bukan kali ini saja melakukan terobosan dalam mengedit gen binatang.

Sebelumnya, mereka telah melakukan rekayasa untuk membangkitan mammoth berbulu purba (Colossal Woolly Mouse) sebagai proof of-concept untuk menunjukkan kemampuan memanipulasi beberapa gen kompleks secara simultan untuk menghasilkan ciri-ciri yang diinginkan pada mamalia hidup.

Direwolf 03
Sampul majalah Time (edisi 12 Mei 2025) menampilkan Remus, serigala rekayasa genetika yang menyerupai dire wolf dengan judul “This is Remus. He’s a dire wolf. The first to exist in over 10,000 years. Endangered species could be changed forever.”

Kini, Colossal Biosciences kembali mengklaim telah berhasil menghadirkan tiga anak serigala hasil rekayasa genetika yang mewariskan ciri khas serigala purba atau dire wolf (Aenocyon dirus) yang merupakan predator yang hidup sekitar 10 ribu tahun lalu dan telah punah.

Pengumuman Colossal Biosciences pada 7 April 2025 tersebut langsung menimbulkan reaksi antusiasme dan kontroversi karena dampaknya yang siginifikan pada makhluk hidup umumnya. Apakah ini menjadi langkah awal menuju era bangkitnya hewan purba di zaman modern atau justru akan membawa dampak buruk karena bertentangan dengan hukum alam?

Dire Wolf: Serigala purba yang muncul di serial Game of Thrones

Bagi Anda yang pernah menonton serial “Game of Thrones” dari HBO atau pernah membaca novel fantasi “A Song of Ice and Fire” dari George R.R. Martin, mungkin mengetahui seperti apa serigala jenis dire wolf yang menjadi maskot keluarga Stark yang menjadi salah satu tokoh sentra dalam serial tersebut. Dire wolf juga muncul dalam video game seperti Final Fantasy dan World of Warcraft, hingga Dungeons & Dragons.

Dire wolf digambarkan sebagai serigala yang besar dan menakutkan. Tidak seperti serigala modern, dire wolf dianggap sebagai salah satu predator hewan purba. Fosil-fosil yang ditemukan memperlihatkan tubuh yang lebih kekar dengan tulang tebal, rahang yang kuat, dan berkaki pendek. Ciri ini mengindikasikan dire wolf sebagai hewan pemangsa megaherbivora seperti kuda purba atau bison raksasa di zaman Pleistosen.

Namun, penemuan dari analisis DNA purba mengungkap fakta bahwa dire wolf tidak memiliki hubungan dekat dengan serigala abu-abu (Canis lupus) atau spesies canid lainnya yang masih eksis (anjing, serigala, anjing hutan, rubah, jakal, dingo). Dire wolf berasal dari garis evolusi terpisah di Amerika Utara sehingga lebih jauh secara genetik dari serigala modern ketimbang serigala modern dengan coyote. Kepunahannya diprediksi berkaitan dengan hilangnya mangsa mereka besar di akhir zaman Pleistosen.

‘Membangkitkan’ Dire Wolf melalui rekayasa genetika serigala modern

Perlu dipahami, Colossal Biosciences tidak mebangkitkan dire wolf yang persis sama seperti aslinya dahulu kala. Mereka melakukannya dengan memanfaatkan teknologi rekayasa canggih dengan menyisipkan ciri-ciri dire wolf ke dalam DNA serigala abu-abu modern.

Prosesnya dimulai dengan mengekstrak DNA dari fosil dire wolf berusia ribuan tahun, untuk selanjutnya melakukan teknik pengeditan gen canggih untuk memasukkan varian gen kunci ke dalam sel serigala modern.

Anak-anak serigala tersebut lahir melalui proses rekayasa genetika dan menggunakan anjing domestik sebagai induk pengganti (surrogate). Hasilnya, dua anak jantan, Romulus dan Remus, lahir pada Oktober 2024, dan seekor betina, Khaleesi, lahir pada Januari 2025.

Direwolf 01
Anak serigala dire wolf, Romulus dan Remus, yang berusia satu bulan hasil rekayasa genetika (Sumber: Colossal Biosciences).

Menurut Colossal Biosciences, ketiga anak serigala ini sudah menunjukkan tanda-tanda fisik sepeti dire wolf. Tubuh mereka 20% lebih besar dari serigala abu-abu pada usia yang sama, bulunya tebal dan berwarna putih mencolok, berbeda dari abu-abu khas serigala modern, serta berekor lebat dan bulu lebat di leher. Meski masih dalam tahap pertumbuhan, ciri-ciri ini dianggap sebagai bukti awal bahwa rekayasa genetika telah berhasil mendekati gambaran dire wolf.

Antara euforia dan dilema

Kelahiran “dire wolf” versi modern memicu beragam reaksi. Ada yang melihatnya sebagai harapan untuk mengembalikan keanekaragaman hayati yang telah punah. Colossal Biosciences menyebut proyeknya sebagai basis teknologi konservasi yang dapat menyelamatkan beberapa spesies di bumi yang terancam punah saat ini. Namun, ada pula yang mengkhawatirkan interfensi manusia dalam proses evolusi makhluk hidup. Apa dampaknya jika makhluk ‘jadi-jadian’ ini hidup di alam liar?

Direwolf 02

Pertanyaan lainnya, bagaimana mereka akan bertahan di lingkungan modern yang jauh berbeda dari zama purba, seperti Pleistosen? Akankah mereka bersaing dengan spesies asli atau malah membawa maslaah baru? Ada pula yang mempertanyakan definisi ‘kebangkitan’. Apakah menciptakan serigala dengan ciri dire wolf akan identik sama dengan menghidupkan kembali spesies yang hilang, lengkap dengan perilaku dan peran ekologisnya?

Satu hal yang pasti, terobosan Colossal Biosciences ini mengaburkan batas antara impian dan kenyataan. Terobosan ini akan mempertanyakan kembali peran manusia di alam. Apakah manusia akan menjadi penyelamat biodiversitas atau justru pengganggu keseimbangan yang telah ada? Hanya waktu yang bisa menjawab.



COMMENTS