May 7, 2025

Riset Salesforce: 4 dari 5 Developer di Tanah Air Anggap Agen AI Sepenting Tools Konvensional dalam Pengembangan Aplikasi

Penulis: Iwan RS
Riset Salesforce: 4 dari 5 Developer di Tanah Air Anggap Agen AI Sepenting Tools Konvensional dalam Pengembangan Aplikasi 

Mobitekno – Ekosistem teknologi Indonesia sedang berkembang pesat, didorong oleh populasi muda yang melek digital dan permintaan yang terus meningkat akan solusi digital. Dengan lebih dari 270 juta penduduk dan kebutuhan akan 9 juta talenta digital pada tahun 2035, Indonesia berada pada titik penting dalam evolusi teknologinya.

Para developer atau pengembang di Indonesia menjadi garda terdepan dalam transformasi ini, menavigasi lanskap yang dipenuhi inovasi, kesenjangan keterampilan, dan teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI). Survei terbaru Salesforce, State of IT, mengungkap bagaimana pengembang Indonesia merangkul agen AI, sistem cerdas yang mampu membuat keputusan secara mandiri, dan potensinya untuk mengubah pengembangan perangkat lunak. Temuan ini menunjukkan kombinasi optimisme, kesiapan, dan tantangan saat pengembang mengintegrasikan agen AI ke dalam alur kerja mereka.

Agen AI: Game Changer bagi pengembang Indonesia

Survei Salesforce, yang dilakukan antara Desember 2024 dan Februari 2025, melibatkan lebih dari 2.000 pemimpin pengembangan perangkat lunak di seluruh dunia, termasuk 75 dari Indonesia. Sebanyak 80% responden Indonesia percaya bahwa agen AI sama pentingnya dengan alat konvensional dalam pengembangan aplikasi. Antusiasme ini mencerminkan pergeseran global di industri teknologi, di mana AI bukan lagi konsep futuristik, melainkan alat praktis untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Di Indonesia, pengembang melihat agen AI sebagai cara untuk mempercepat pengembangan aplikasi, menyederhanakan proses, dan membuka tingkat inovasi baru.

Riset Salesforce 01

Berbeda dengan alat tradisional, agen AI dapat melakukan tugas secara mandiri, menganalisis data, dan beradaptasi dengan kebutuhan yang berubah. Kemampuan ini sangat berharga di Indonesia, di mana sektor teknologi berada di bawah tekanan untuk memenuhi permintaan yang meningkat dengan sumber daya terbatas. Survei menunjukkan bahwa 80% pengembang yakin agen AI akan meningkatkan produktivitas, memungkinkan mereka menghasilkan solusi lebih cepat dan efektif.

Low-Code dan No-Code: Mendemokratisasi Pengembangan AI

Salah satu aspek paling transformatif dari agen AI adalah integrasinya dengan platform low-code dan no-code. Alat-alat ini memungkinkan pengembang, terlepas dari keahlian pengkodean, untuk membangun dan meluncurkan agen AI dengan usaha minimal.

Di Indonesia, 71% pengembang yang menggunakan AI telah memanfaatkan alat low-code atau no-code, dan 84% percaya bahwa platform ini mendemokratisasi pengembangan AI. Selain itu, 87% menyatakan bahwa alat-alat ini dapat meningkatkan skala pengembangan AI, membuatnya dapat diakses oleh lebih banyak profesional.

Tren ini sangat penting bagi Indonesia, di mana kesenjangan talenta digital masih menjadi tantangan besar. Platform low-code dan no-code memberdayakan pengembang non-tradisional, seperti analis bisnis atau pakar domain, untuk berkontribusi dalam pengembangan aplikasi, mengurangi ketergantungan pada pengembang spesialis. Dengan menurunkan hambatan masuk, alat-alat ini membantu Indonesia mendekati tujuannya untuk membangun tenaga kerja digital yang kuat.

Tantangan dalam infrastruktur, pengujian, dan keterampilan

Meski optimistis, pengembang Indonesia masih menghadapi hambatan dalam mengadopsi agen AI sepenuhnya. Salah satunya adalah masalah Infrastruktur, dengan 83% responden menyatakan bahwa organisasi mereka perlu memperbarui sistem untuk mendukung pengembangan dan peluncuran AI. Hampir setengah (47%) juga melaporkan bahwa kualitas dan akurasi data mereka tidak memadai untuk membangun agen AI yang andal. Ini menegaskan perlunya organisasi berinvestasi dalam infrastruktur data modern untuk memaksimalkan potensi AI.

Kapabilitas pengujian menjadi kendala lain. Sekitar 48% pengembang mengatakan bahwa proses pengujian mereka belum sepenuhnya siap untuk menangani pengembangan agen AI. Pengujian yang kuat sangat penting untuk memastikan sistem AI akurat, aman, dan dapat diskalakan, dan organisasi harus memprioritaskan area ini untuk tetap berinovasi.

Riset Salesforce 02

Pengembangan keterampilan adalah tantangan yang paling mendesak. Meskipun lebih dari 90% pengembang percaya bahwa pengetahuan AI akan segera menjadi kebutuhan dasar pekerjaan, 57% merasa keterampilan mereka saat ini belum siap untuk era agen AI. Responden menekankan perlunya pelatihan teknis AI dan penyesuaian peran untuk menjembatani kesenjangan ini.

Gavin Barfield, Wakil Presiden & Chief Technology Officer ASEAN Salesforce menyatakan bahwa meskipun kebutuhan infrastruktur dan pengembangan keterampilan masih ada, antusiasme dan pola pikir berorientasi masa depan pengembang Indonesia akan terus mendorong inovasi.

Antusias tapi perlu dukungan infrastruktur

Survei State of IT Salesforce menggambarkan komunitas pengembang di Indonesia yang antusias merangkul AI namun membutuhkan dukungan untuk mengatasi tantangan struktural dan keterampilan. Laporan ini juga menggarisbawahi bahwa AI tidak lagi dilihat sebagai ancaman terhadap pekerjaan, tetapi lebih sebagai alat yang membantu pengembang melakukan pekerjaan. Platform low-code/no-code semakin mempercepat evolusi ini, sehingga pengembangan AI tingkat lanjut terlepas dari latar belakang teknis seseorang.

Solusi seperti platform Agentforce Salesforce, yang mengintegrasikan agen AI dengan alat low-code, memberdayakan pengembang untuk membuat aplikasi dengan cepat dan efisien. Namun, organisasi harus berinvestasi dalam peningkatan infrastruktur, kerangka pengujian yang kuat, dan program pelatihan komprehensif untuk memanfaatkan agen AI sepenuhnya.

Pengembang Indonesia tidak hanya beradaptasi dengan perubahan, mereka membentuknya. Optimisme dan kesiapan mereka untuk mengadopsi agen AI menandakan masa depan cerah bagi ekosistem teknologi negara ini. Dengan mengatasi kesenjangan dalam infrastruktur, kualitas data, dan keterampilan, Indonesia dapat memposisikan diri sebagai pemimpin global dalam inovasi berbasis AI, memenuhi tuntutan dunia yang mengutamakan digital.

Tags: , , , , , , , , ,


COMMENTS