
Mobitekno – Pemerintahan Trump tengah menginvestigasi kemungkinan bahwa DeepSeek, perusahaan AI asal Tiongkok, mendapatkan chip canggih Nvidia lewat ‘jalur belakang’ di Singapura. Investigasi ini muncul di tengah kekhawatiran bahwa kontrol ekspor AS—yang seharusnya membatasi akses perusahaan Tiongkok terhadap teknologi canggih—besar kemungkinan memiliki celah yang bisa dimanfaatkan.
Mengutip laporan Bloomberg, pejabat Gedung Putih dan FBI sedang menyelidiki apakah DeepSeek memperoleh chip Nvidia yang dilarang melalui pihak ketiga di Singapura. Dugaan ini mencuat setelah laporan menunjukkan bahwa Singapura berkontribusi hingga 22% dari pendapatan Nvidia, meskipun banyak dari pengiriman tersebut akhirnya berakhir di luar negeri.
Kekhawatiran ini semakin diperkuat oleh surat yang dikirim oleh anggota parlemen dari komite khusus DPR untuk Tiongkok kepada Penasihat Keamanan Nasional Trump, Mike Waltz. Dalam surat tersebut, mereka menegaskan perlunya memperketat pengawasan terhadap ekspor melalui negara ketiga yang berisiko tinggi menjadi jalur pengalihan teknologi.
“Kami meminta Anda mencari cara untuk memperkuat kontrol pada pengiriman melalui negara ketiga yang menimbulkan risiko pengalihan yang tinggi,” demikian isi surat tersebut.
Klaim DeepSeek, AI Canggih Tanpa Chip Nvidia?
Di sisi lain, DeepSeek mengklaim bahwa mereka mampu melatih model AI yang setara dengan teknologi pesaing AS dengan biaya kurang dari US$6 juta—tanpa menggunakan chip Nvidia yang paling canggih. Klaim ini memicu skeptisisme dari berbagai tokoh industri teknologi, termasuk CEO Tesla Elon Musk dan pendiri Anduril, Palmer Luckey.
Alexandr Wang, CEO Scale AI, bahkan menegaskan bahwa DeepSeek kemungkinan memiliki akses ke chip Nvidia secara diam-diam, meskipun mereka tidak dapat mengakuinya secara terbuka karena pembatasan ekspor.
Pernyataan ini berkontribusi pada aksi jual besar-besaran di pasar saham, yang menyebabkan kapitalisasi pasar Nvidia menyusut hingga US$1 triliun. Kekhawatiran investor meningkat bahwa ketergantungan pada chip Nvidia mungkin tidak sebesar yang diperkirakan sebelumnya, sehingga meragukan dominasi perusahaan tersebut dalam perlombaan AI global.
Dalam sebuah pernyataan resmi, Nvidia menegaskan komitmennya terhadap kepatuhan hukum. “Kami bersikeras agar mitra kami mematuhi semua hukum yang berlaku, dan jika kami menerima informasi yang bertentangan, kami akan bertindak sesuai dengan itu.”
Meskipun begitu, Nvidia sebelumnya menyatakan bahwa DeepSeek tidak melanggar kontrol ekspor apa pun. Namun, pernyataan tersebut kini dipertanyakan oleh pejabat AS, termasuk Howard Lutnick, calon Menteri Perdagangan Trump. Dalam sidang konfirmasinya, Lutnick menegaskan bahwa DeepSeek kemungkinan telah menemukan cara untuk mengakali pembatasan ekspor.
“Mereka membeli chip dalam jumlah besar, menemukan cara untuk mengatasinya, dan itu yang menggerakkan model AI mereka. Ini harus diakhiri. Jika mereka ingin bersaing dengan kita, biarkan mereka bersaing dengan teknologi mereka sendiri, bukan dengan teknologi kita.” tukas Lutnick.
Chip H20 Ikut-ikutan Diblokir?
Sebelumnya, Nvidia sempat merancang chip H800 dengan spesifikasi lebih rendah untuk dijual ke pasar Tiongkok setelah pemerintahan Biden melarang ekspor chip yang lebih canggih. Namun, pada Oktober 2023, pemerintahan Biden juga melarang penjualan H800, memaksa Nvidia mengembangkan versi lain, H20.
Kini, pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan apakah akan menerapkan kontrol ekspor terhadap H20, yang bisa semakin memperketat akses perusahaan-perusahaan Tiongkok terhadap teknologi AI mutakhir.
Palmer Luckey, salah satu tokoh industri AI yang paling vokal dalam isu ini, menuduh DeepSeek sebagai alat propaganda Partai Komunis Tiongkok (PKT).
“Banyak orang bodoh yang berguna di media AS yang hanya melaporkan hal itu tanpa berpikir. Baik Tiongkok, media, maupun DeepSeek tidak memiliki insentif untuk mengoreksi catatan tersebut karena banyak perusahaan AS seperti Nvidia kehilangan ratusan miliar dolar akibatnya.” ungkap Luckey.
Sementara itu, perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Meta dan Microsoft tetap berkomitmen untuk berinvestasi ratusan miliar dolar dalam infrastruktur AI dan chip komputer dalam beberapa tahun mendatang.
Kontroversi ini semakin menyoroti persaingan sengit antara AS dan Tiongkok dalam pengembangan kecerdasan buatan. Jika tuduhan terhadap DeepSeek terbukti benar, bukan hanya akan ada implikasi ekonomi bagi Nvidia dan perusahaan semikonduktor AS lainnya, tetapi juga kemungkinan pengetatan lebih lanjut terhadap ekspor teknologi strategis. Pemerintahan Trump memang menerapkan regulasi yang ketat terhadap akses teknologi canggih oleh Tiongkok. Lantas, seberapa efektifkah kebijakan ini dalam menahan laju perkembangan AI Tiongkok?
Tags: AI, Chip Nvidia, DeepSeek, Donald Trump, singapura, US