Mobitekno – Trend Micro Incorporated, pemimpin global dalam keamanan siber, menggelar Risk to Resilience World Tour 2024 yang akan mengunjungi kota-kota besar di Asia Tenggara. Mengusung tema “Innovation meets Adrenaline”, mereka memiliki agenda untuk memodernisasi postur keamanan siber dan mempercepat penanggulangan ancaman siber melalui strategi keamanan terpadu di lingkungan hybrid yang kompleks.
Tur dunia ini telah dimulai dari Singapura pada 14 Mei 2024, dilanjutkan ke Filipina pada 16 Mei 2024, dan berakhir di Indonesia pada 21 Mei 2024. Event ini hadir pada saat yang tepat, mengingat peningkatan ancaman siber yang semakin canggih dan berani—melibatkan kecerdasan buatan (AI)—serta kebutuhan perusahaan untuk memperkuat strategi keamanan mereka.
Laksana Budiwiyono, Country Manager Trend Micro Indonesia, mengingatkan bahwa meskipun ada penurunan ancaman seperti ransomware di Indonesia dan negara-negara lain di Asia Tenggara, perusahaan tidak boleh lengah.
“Penjahat siber terus memperbaiki taktik mereka. Acara ini akan memberikan kesempatan bagi perusahaan di Indonesia untuk memahami strategi dan berbagi praktik terbaik dalam mengelola risiko di seluruh permukaan serangan,” ujarnya dalam konferensi pers yang dilakukan di Jakarta, Selasa (21/5).
Lebih lanjut, tur dunia ini akan menyoroti pentingnya pemahaman strategi musuh sebagai dasar dari pertahanan yang efektif. Masa depan pertahanan digital akan didiskusikan secara mendalam, dengan fokus pada strategi keamanan berbasis AI yang inovatif.
Inovasi dan Teknologi Terbaru Trend Micro
David Ng, Managing Director untuk Singapura, Filipina, dan Indonesia, menambahkan bahwa strategi keamanan siber terpadu semakin penting di era penggunaan AI dan tool digital lainnya. “Pada acara Risk to Resilience World Tour, kami akan menampilkan kemampuan AI terbaru yang membantu perusahaan mengatasi risiko yang terkait dengan penerapan AI,” katanya.
Dalam era digital saat ini, Artificial Intelligence (AI) memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari kita. AI mengumpulkan dan menganalisis kebiasaan kita, membentuk profil digital yang dapat menjadi sangat berharga namun juga rentan terhadap eksploitasi.
Risiko Profil Digital dan Deep Fake
Profil digital yang dihasilkan oleh alat AI dapat mengalami eksploitasi, seperti yang terjadi pada teknologi deep fake. Meskipun beberapa teknologi ini masih dalam tahap pengembangan (roadmap), ancaman yang ditimbulkannya sudah nyata. Deep fake, contohnya, dapat menciptakan video atau audio palsu yang sangat meyakinkan, sehingga berpotensi menipu banyak orang.
Untuk mengatasi tantangan ini, Trend Micro menyediakan berbagai solusi berbasis AI. Salah satunya adalah solusi knowledge base AI yang memudahkan pengiriman email yang lebih aman. Dengan menggunakan AI, Trend Micro mampu mendeteksi, menyaring, dan memblokir berbagai jenis serangan siber. Ini termasuk serangan phishing, malware, dan ancaman lainnya yang sering kali bersembunyi di dalam email.
“Trend Micro telah mengembangkan teknologi canggih yang dapat mendeteksi serangan sejak dini, menyaring konten berbahaya, dan memblokir ancaman sebelum mereka mencapai target. Dengan demikian, perusahaan dan individu dapat merasa lebih aman saat menggunakan alat digital dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap David.
Laporan Ancaman Siber 2023
Menurut laporan terbaru dari Trend Micro, Calibrating Expansion: Annual Cybersecurity Threat Report, ada peningkatan sebesar 10% dalam total ancaman yang diblokir pada tahun 2023. Trend Micro berhasil memblokir 161 miliar ancaman, meningkat signifikan dari 82 miliar ancaman lima tahun lalu. Beberapa temuan penting dari laporan tersebut meliputi:
– Lonjakan 349% dalam deteksi malware email.
– Penurunan 27% dalam deteksi URL phishing berbahaya.
– Peningkatan 16% dalam deteksi business email compromise (BEC).
– Penurunan 14% dalam deteksi ransomware, namun ada peningkatan 35% dalam serangan yang diblokir melalui File Reputation Services (FRS).
Tren di Asia Tenggara
Di Asia Tenggara, terjadi peningkatan deteksi ransomware, dengan Thailand menjadi kontributor utama. Di Indonesia, deteksi ransomware turun 58%, sejalan dengan tren global. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku ancaman kini lebih selektif dalam memilih target dan semakin ahli dalam menembus lapisan deteksi awal.
Risk to Resilience World Tour 2024 oleh Trend Micro bukan hanya ajang berbagi ilmu dan strategi, tetapi juga kesempatan untuk melihat inovasi terbaru dalam keamanan siber. Acara ini diharapkan mampu membantu perusahaan di Asia Tenggara memahami risiko dan memperkuat pertahanan mereka, demi masa depan yang lebih tangguh dan aman dari ancaman siber.
Tags: AI, Cyber Security, Inovasi, keamanan siber, Risk to Resilience World Tour 2024, Trend Micro