March 5, 2024

Meski Diminati Konsumen, Mobil Hybrid Bukanlah Solusi Terbaik Jangka Panjang

Penulis: Iwan RS
Meski Diminati Konsumen, Mobil Hybrid Bukanlah Solusi Terbaik Jangka Panjang 

Mobitekno – Kendaraan hibrida atau Hybrid Electric Vehicle (HEV) cukup populer dan ramai diperbincangkan konsumen tanah air belakangan ini. Konsumen mulai tertarik karena dampak positifnya terhadap lingkungan dan efisiensi bahan bakar yang lebih baik dari mobil bertenaga BBM (Bahan Bakar Minyak).

Di Indonesia, penjualan mobil hybrid (HEV) mengalami peningkatan signifikan hingga akhir 2023. Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), kendaraan HEV yang telah didistribusikan dari pabrik ke diler (wholesales) telah mencapai 6.366 unit.

Raihan ini menunjukkan kenaikan 8,3% dari bulan lalu yang mencapai 5.876 unit. Namun, kenaikan tersebut belum kembali ke level tertinggi jika dilihat per kuartal, yang berkisar 7.000 hingga 8.000-an unit.

Innova Zenix HEV

Toyota Kijang Innova Zenix menjadi mobil hybrid terlaris (43,3%) hingga November 2023 dengan raihan 2.758 unit lalu diikuti Suzuki XL7 Hybrid (1.482 unit) serta Toyota Yaris Cross dengan penjualan 553 unit. Adapun Suzuki Ertiga Hybrid dan Honda CR-V e:HEV menempati posisi empat dan lima mobil hybrid terlaris di Indonesia dengan penjualan mencapai 592 unit dan 490 unit.

Harga BBM yang terus naik setiap tahun juga menjadi alasan mobil hybrid mulai dilirik konsumen karena efisiensi konsumsi BBM yang dapat menghemat dompet konsumen dalam jangka panjang. Meskipun demikian, selain harga yang belum menarik, membeli mobil hybrid juga bukan solusi pamungkas untuk mengatasi masalah terhadap lingkungan.

Lebih hemat dengan konsekuensi harga lebih mahal dari mobil BBM

Selama bertahun-tahun, mobil hybrid disebut-sebut menjadi salah satu solusi menarik bagi konsumen mobil yang sadar lingkungan. Dengan kombinasi mesin bensin dan motor listrik, mobil hybrid menjanjikan pengurangan emisi dan penghematan bahan bakar yang lebih baik dibandingkan mobil bertenaga bensin atau BBM lainnya.

Salah satu nilai jual utama mobil hybrid adalah peningkatan efisiensi bahan bakar dibandingkan model non-hybrid. Tidak ada yang meragukan argumen tersebut. Bahkan lembaga independen seperti EPA (Environmental Protection Agency) di Amerika Serikat) EPA mengakui bahwa HEV memang menyediakan jarak tempuh kendaraan yang lebih baik dibandingkan mobil bertenaga BBM.

Namun perkiraan tersebut berasal dari kondisi pengujian standar yang tidak secara akurat mencerminkan situasi mengemudi di dunia nyata. Sejumlah penelitian menemukan bahwa penghematan bahan bakar mobil hybrid dibandingkan non-hybrid seringkali jauh lebih kecil daripada yang diiklankan.

Ada beberapa alasan utama yang menyebabkan perbedaan ini. Mobil hybrid memang lebih hemat dibandingkan mobil berbahan bakar bensin di jalan raya yang macet karena kombinasi anatara sistem pengereman regeneratif, mesin bensin yang mati saat berhenti, penggunaan motor listrik, dan kombinasi mesin bensin dan motor listrik.

Yaris Cross HEV

Saat pengendara melakukan pengereman, energi kinetik mobil diubah menjadi energi listrik dan disimpan dalam baterai. Energi ini kemudian dapat digunakan untuk menggerakkan motor listrik dan membantu mesin bensin.

Dengan kata lain, pada jalan yang macet di perkotaan, mobil sering kali berjalan dengan kecepatan rendah. Di sini, motor listrik lebih efisien daripada mesin bensin. Motor listrik dapat memberikan torsi yang tinggi pada putaran rendah, sehingga mobil dapat berakselerasi dengan mulus tanpa memerlukan banyak bahan bakar.

Perlu diingat juga, mobil hybrid umumnya lebih berat bobotnya karena penambahan baterai dan adanya dua mesin/motor (listrik dan bensin/BBM), sehingga mengurangi efisiensi dan biaya pemerliharaan yang lebih tinggi.

Faktor regulasi pajak juga punya andil tersendiri. Pemerintah sejauh ini telah menggelontorkan subsidi untuk mobil listrik jenis battery electric vehicle (BEV), berupa potongan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi hanya 1%. Kebijakan ini membuat harga BEV turun hingga Rp 60 jutaan, misalnya pada mobil listrik Hyundai Ioniq 5.

Sayangnya regulasi pajak ini baru dinikmati produsen BEV, seperti Hyundai dan Wuling. Adapun pabrikan yang memproduksi mobil hybrid belum mendapat perlakuan serupa sehingga harga mobil hybrid di Indonesia justru menjadi lebih mahal dibandingkan mobil BBM. Masih perlu ditunggu, apakah pemerintah juga akan memberikan insentif pajak yang menarik untuk HEV seperti untuk BEV selama ini.

Dampak lingkungan dalam jangka panjang

Apabila diteliti lebih dekat, terungkap bahwa mobil hybrid mungkin tidak se-‘ramah lingkungan” seperti yang dikampanyekan, dan tentu saja bukan pilihan terbaik bagi semua orang.

Ada dampak lingkungan jangka panjang yang harus dipertimbangkan. Memang benar selama beroperasi, hybrid menghasilkan emisi lebih rendah dibandingkan mobil BBM. Tetapi sejumlah besar emisi juga dihasilkan selama proses manufaktur, terutama untuk baterai.

Beberapa studi menemukan bahwa dibutuhkan bertahun-tahun berkendara agar mobil hybrid bisa mengimbangi emisi manufaktur yang lebih tinggi dibandingkan mobil bermesin bensin/BBM.

Seperti halnya mobil listrik BEV, baterai mobil hybrid juga membuat masalah lingkungan ketika sudah mencapai akhir masa pakai dan membutuhkan pembuangan.

IONIQ 5

Baterai hybrid mengandung bahan beracun seperti timbal dan asam yang membutuhkan penanganan khusus, menambah kompleksitas dan biaya pada proses daur ulang. Masih ada beberapa produsen yang belum menawarkan program penggantian baterai terjangkau seiring bertambahnya usia mobil hybrid-nya.

Kemajuan pesat teknologi mobil listrik murni (BEV) juga membuat pendekatan kompromi atau ‘best of both worlds’ dari mobil hybrid terasa serba tanggung. Jarak tempuh baterai mobil BEV terus meningkat, waktu pengisian juga semakin cepat, dan harga mobil listrik terus turun berkat perbaikan teknologi dan kapasitas manufaktur. Tidak seperti mobil hybrid, mobil listrik BEV tidak menghasilkan emisi karena berbasis motor listrik.

Bagi Anda yang tergolong early adopter dan juga merupakan komuter aktif di berbagai kondisi jalan raya, argumen di atas mungkin kurang berlaku. Namun, bagi pengendara umumnya, ada faktor yang patut dipertimbangkan.

Apabila dipertimbangkan biaya awalnya yang tinggi dan manfaat kepemilikan jangka panjang yang terbatas, mobil hybrid mungkin menjadi kurang menarik dibandingkan mobil listrik (BEV). Meskipun mobil hybrid adalah salah satu inovasi penting bagi efisiensi energi dan lingkungan, masih ada solusi alternatif mobilitas, misalnya mobil BEV atau Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) yang dianggap lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Tags: , , , , , , ,


COMMENTS