Mobitekno – Amerika Serikat dan Indonesia mengumumkan kemitraan strategis untuk mengembangkan program energi bersih nuklir di Indonesia di Forum Bisnis Kamar Dagang dan Industri Indo-Pasifik di Bali, Indonesia.
Seperti diketahui, Indonesia mulai merencanakan penggunaan teknologi reaktor modular kecil (small modular reactor/SMR) untuk mengamankan kebutuhan energi bersi sekaligus mencegah perubahan iklim.
Menurut Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Indonesia juga telah menargetkan realisasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pada tahun 2039 atau 16 tahun dari sekarang. Pembangun PLTN dimungkinkan secara legal karena perizinannya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
Perlu diketahui, Indonesia sebenarnya sudah memiliki PLTN yang berlokasi di Serpong (2 MW) dan Bandung (60 MW). Namun, kedua PLTN tersebut hanya diperuntukan bagi kepentingan penelitian dan bukan untuk memasok energi bagi masyarakat melalui PLN.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Y. Kim, dan Wakil Asisten Utama Menlu AS, Ann Ganzer, dan Badan Perdagangan dan Pembangunan AS (USTDA) secara resmi mengumumkan Memorandum of Agreement dan hibah afiliasi, serta penandatanganan kontrak sebagai hasil akhir di bawah Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global (Partnership for Global Infrastructure and Investment/PGII).
Perjanjian tersebut memajukan tujuan Kemitraan Transisi Energi yang Adil (Just Energy Transition Partnership/JETP) dan akan memperkuat kepemimpinan Indonesia di kawasan ASEAN dalam penggunaan teknologi energi bersih nuklir yang canggih, aman, dan terjamin sehingga mendukung target Net Zero Emissions di Indonesia pada 2060.
Di bawah perjanjian ini, USTDA telah memberikan hibah kepada anak usaha PLN, Indonesia Power untuk membantu menilai kelayakan teknis dan ekonomi pembangkit listrik tenaga nuklir yang diusulkan, yang berlokasi di Kalimantan Barat
Hal ini akan mencakup rencana pemilihan lokasi, rancangan pembangkit listrik dan sistem interkoneksi, penilaian dampak lingkungan dan sosial awal, penilaian risiko, perkiraan biaya, dan tinjauan peraturan.
Selain itu, kerja sama ini akan mencakup pendanaan baru sejumlah satu juta USD untuk pembangunan kapasitas bagi Indonesia berdasarkan kemitraan yang sudah berjalan di bawah Program Infrastruktur Dasar Departemen Luar Negeri AS untuk Penggunaan Teknologi SMR yang Bertanggung Jawab (FIRST). Cakupan bidangnya seperti pengembangan tenaga kerja, keterlibatan pemangku kepentingan, regulasi, dan perizinan.
“Hubungan ekonomi AS-Indonesia berkembang pesat, dan di Bali minggu ini kami melihat beberapa hasil nyata dari kemitraan kita,” kata Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Y. Kim.
Menurut Kim, kemitraan strategis ini akan membantu Indonesia mengembangkan program energi bersih nuklir reaktor modular kecil dan yang menjadi hasil utama di bawah Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global (PGII). Ini menjadi tonggak penting Indonesia dalam mencapai tujuan iklimnya dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Indonesia Power memilih NuScale Power OVS, LLC (NuScale) yang berbasis di Oregon untuk melakukan pendampingan dalam kemitraan dengan anak perusahaan Fluor Corporation yang berbasis di Texas dan JGC Corporation di Jepang. Fasilitas dengan 462 MW yang diusulkan akan memanfaatkan teknologi SMR NuScale dan memajukan transisi energi bersih di Indonesia.
SMR menyediakan daya yang andal selama 24 jam, melengkapi sumber energi bersih lainnya, memiliki lahan yang fleksibel, dan menggunakan tapak tanah yang kecil. SMR menggabungkan fitur keselamatan canggih, termasuk desain untuk menahan cuaca ekstrem dan berbagai peristiwa seismik, dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan spesifik jaringan listrik suatu negara, dengan kemampuan untuk ditingkatkan sesuai kebutuhan.
SMR dapat memainkan peran penting dalam dekarbonisasi sektor yang sulit dikurangi, seperti produksi hidrogen bersih, proses industri berat, dan desalinasi air untuk memenuhi tujuan dekarbonisasi dan keamanan energi, standar kualitas udara, dan kebutuhan akses air bersih.
Proyek ini akan mendorong aksi iklim dan akses energi bersih di berbagai tempat penting di dunia dan memiliki potensi – sebagai bagian dari proyek lanjutan – untuk menciptakan ribuan lapangan kerja, membuka jalan bagi proyek SMR tambahan di Indonesia dan kawasan Indo-Pasifik, dan menerapkan standar tertinggi untuk keselamatan, keamanan, dan nonproliferasi nuklir.
PGII menawarkan model pembiayaan dan pengiriman infrastruktur kepada para mitra seperti Indonesia. Saat KTT Pemimpin G20, Presiden Biden, Presiden Jokowi, dan Presiden Komisi Eropa Von der Leyen menjadi tuan rumah bersama sekelompok pemimpin G20 pada November 2022 untuk memperdalam keterlibatan di bawah PGII dalam mengucurkan US$ 600 miliar untuk investasi infrastruktur global pada 2027.
Kemitraan ini menghasilkan infrastruktur yang berkualitas dan berkelanjutan yang mengubah kehidupan orang-orang di seluruh dunia, memperkuat dan mendiversifikasi rantai pasokan kita, serta memajukan keamanan nasional dan ekonomi kita bersama melalui investasi strategis.
Tags: clean energy, energi nuklir, energy bersih, PGII, PLN, PLTN, reaktor nuklir, small modular reactor, SMR, USTDA