July 10, 2023

Dukung Kenyamanan Mobilitas dan Komunikasi Masyarakat, Sinyal 4G XL Axiata Tersedia di Seluruh Jalur LRT

Penulis: Iwan RS
Dukung Kenyamanan Mobilitas dan Komunikasi Masyarakat, Sinyal 4G XL Axiata Tersedia di Seluruh Jalur LRT  

Mobitekno – Seluruh jalur LRT Jabodebek termasuk semua stasiun baik yang berada di lintas Cibubur dan lintas Bekasi semuanya sudah terlayani oleh jaringan 4G XL Axiata. Saat ini, kedua rute LRT telah terlayani oleh lebih dari 2.300 BTS 4G.

LRT Jabodebek adalah lintas rel terpadu yang berada di daerah Jabodebek. Sesuai namanya, lintas rel terpadu tersebut akan melayani daerah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi yang mencakup dua provinsi, yaitu DKI Jakarta dan Jawa Barat. Ketersediaan sinyal 4G pun menjadi penting bagi penumpang mengingat frekuensi dan panjang trayek yang dilalui LRT Jabodebek tersebut.

Sinyal 4G XL di LRT 01
Menara BTS 4G dari XL Axiata

LRT Jabodebek mulai dibangun pada 2015 dan bertujuan untuk mengurai kepadatan serta kemacetan di daerah Jakarta Utara dan Jakarta Timur. Pemerintah menargetkan LRT Jabodebek akan dapat beroperasi mulai bulan Juli 2023.

Sebagai salah satu moda transportasi baru, Light Rail Transit atau Lintas Rel Terpadu (LRT) yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota penyangga sekitarnya diharapakan dapat melayani kebutuhan ribuan masyarakat sebagai moda transportasi andalan yang bebas macet.

Kesiapan jaringan Sinyal 4G XL Axiata di jalur LRT

Untuk mengantisipasi tingginya penggunaan moda ini, PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) ingin memastikan juga agar jaringan data atau komunikasi para penumpang seluruh jalur LRT dapat terlayani dengan baik.

Head Network Operations XL Axiata Region Jabodetabek, Okrisimon, mengatakan bahwa mereka telah melakukan pengecekan kualitas jaringan XL Axiata di sepanjang jalur LRT Jabodebek. Sejauh ini bisa kami pastikan bahwa seluruh jalur LRT termasuk semua stasiun baik yang berada di lintas Cibubur maupun lintas Bekasi semuanya sudah terlayani oleh jaringan 4G.

“Dengan demikian saat nanti LRT sudah beroperasi, para pelanggan XL Axiata akan bisa mengakses layanan telekomunikasi dan data dengan kualitas yang baik,” tambahnya.

Okrisimon menambahkan, tim jaringan XL Axiata akan terus memastikan kualitas jaringan serta melihat potensi dan kebutuhan masyarakat atau pelanggan yang akan menggunakan LRT, sehingga secara keseluruhan jaringan XL Axiata siap jika terjadii peningkatan trafik saat nanti LRT telah beroperasi penuh.

LRT 02
LRT dan menara BTS 4G

Saat ini, kedua rute LRT telah terlayani oleh lebih dari 2.300 BTS 4G. Sementara itu, jaringan XL Axiata di seluruh Provinsi DKI Jakarta terdapat lebih dari 10.400 BTS dengan mayoritas merupakan BTS 4G, di Kota Depok didukung oleh lebih dari 1.400 BTS, sedangkan di wilayah Kota dan Kabupaten Bekasi didukung oleh lebih dari 3.600 BTS dimana mayoritas merupakan BTS 4G.

Hingga saat ini, jaringan 4G XL Axiata telah melayani lebih dari 57 juta pelanggan dengan jangkauan layanan di lebih dari 61 ribu desa/kelurahan, 5.700 kecamatan, dan 469 kabupaten di 38 provinsi Indonesia, dengan didukung lebih dari 147 ribu BTS dengan mayoritas BTS 4G, serta jaringan tulang punggung fiber optik yang membentang sepanjang lebih dari 130 ribu km, menopang jaringan data yang tersebar di Kepulauan Indonesia yang sangat luas.

LRT tidak lalui jalur bawah tanah, sinyal 4G lebih mudah

Sekilas pandangan mata, kereta jenis KRL (Kereta Rel Listrik), MRT (Mass Rapid Transit/Moda Raya Terpadu), dan LRT tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Ketiganya menggunakan kereta yang bergerak di atas rel untuk mengangkut banyak penumpang, tidak menggunakan lokomotif, dan memanfaatkan listrik sebagai tenaga penggeraknya. Namun, meski memiliki banyak kesamaan, baik KRL, MRT, dan LRT memiliki beberapa perbedaan atau keunggulannya masing-masing.

Berdasarkan ukuran kereta dan daya angkutnya, KRL memiliki kapasitas yang paling besar disusul oleh MRT dan yang terkecil adalah LRT. Meskipun terkecil, keunggulan LRT terletak pada kemampuannya mengangkut sejumlah penumpang, yang dihitung berdasarkan frekuensi perjalanannya dalam sehari. Frekuensi perjalanan tersebut tergantung pada jarak antar rangkaian kereta atau yang biasa dikenal dengan istilah “headway” dalam Bahasa Inggris.

Dari sisi sumber daya listrik, baik MRT maupun KRL mengambil dayanya dari listrik di atas kereta atau biasa disebut Listrik Aliran Atas (LAA). Sementara LRT Jabodebek nanti akan mengambil listrik dari bawah atau (Listrik Aliran Bawah). Sedangkan dari sisi rel, untuk MRT dan KRL seperti sistem transportasi kereta menggunakan sepasang rel untuk bergerak. LRT Jabodebek karena menggunakan Listrik Aliran Bawah (LAB), memiliki rel ketiga yang berisi aliran listrik atau biasa disebut Third Rail. Sesuatu yang belum pernah ada di Indonesia.

LRT Jabodebek dibuat dengan sepenuhnya menggunakan jalur layang (elevated) alias tidak melewati jalur jalan raya (permukaaan tanah) yang sudah ada atau jalur di bawah tanah (terowongan) seperti MRT. Ketersediaan infrastruktur komunikasi, seperti pengadaan BTS 4G dan sinyal 4G pun menjadi lebih mudah dihadirkan.

Beberapa pertimbangan mengapa jalur LRT Jabodebek dibuat secara melayang adalah faktor kemacetan dan keamanan. Terkait kemacetan, jalur melayang tidak akan menganggu arus lalu lintas yang sudah ada. Misalnya jalur kereta nonlayang bisa berdampak kepada arus lalu lintas adalah kereta api. Saat kereta api melewati perlintasan sebidang, maka semua kendaraan di jalan tersebut harus berhenti sejenak sampai kereta api lewat.

Jalur LRT yang melayang juga bisa meminimalisir potensi kecelakaan. LRT yang jalurnya terpisah membuat resiko tabrakan dengan kendaraan lain dan pejalan kaki menjadi ditekan. Ini menjadi penting mengingat kecelakaan di perlintasan sebidang cukup sering terjadi, terutama disebabkan oleh pengendara yang tidak disiplin.

Tags: , , , , , , , ,


COMMENTS