Mobitekno – Israel telah menghentikan sebagian tindakan pelacakan pasien COVID-19 melalui smartphone. Hal ini dipilih oleh komite pengawas parlemen yang betujuan untuk menegakkan aturan karantina, setelah masalah privasi di daerah mencuat. Mereka menilai pelanggaran privasi lebih besar kerugiannya daripada manfaatnya.
Anggota komite Ayalet Shaked mengatakan, “Teknologi pemantauan smartphone tidak banyak membantu saat polisi sudah melakukan kunjungan ke pasien COVID-19 untuk memastikan mereka mengikuti aturan,” tukasnya seperti dikutip dari laman Engadget.
החלטנו בוועדת חוץ ובטחון להקפיא את חקיקת החוק שמאפשר איכון סלולרי לאכיפת הבידוד.
המשטרה מבצעת גם ככה אלפי ביקורי בית לחייבים בבידוד, לכן התועלת שתעלה ממנו נמוכה מהפגיעה הגדולה בפרטיות. אזרחי ישראל ברובם הגדול מקיימים את חובת הבידוד וטוב שכך.— איילת שקד ayelet shaked (@Ayelet__Shaked) April 22, 2020
Sebaliknya, pihak kepolisian di daerah tersebut berpendapat bahwa pemantauan pasien COVID-19 via smartphone efektif setelah menemukan 203 orang dengan bantuan info lokasi. Meski begitu, penegakkan hukum terus dilakukan hingga 500 pemeriksaan lokasi acak per hari.
Israel masih menggunakan teknologi pelacakan smartphone dari badan keamanan nasional Shin Bet untuk pelacakan kontak. Keduanya dapat memetakan pergerakan orang yang sebelumnya terinfeksi dan menunjukkan dengan tepat orang lain yang mungkin terlalu dekat.
Teknologi itu tampak relatif aman, karena sebagian tim menghapus semua info setelah sepekan berikutnya. Namun, terbukti bahwa upaya anti-coronavirus pemerintah Israel ada batasnya. Seperti di negara-negara lain, Israel mungkin harus mencapai keseimbangan antara wawasan total tentang virus dan menghormati keinginan untuk mempertahankan kehidupan pribadi.
Tags: Coronavirus, Israel, phone tracking, privasi, shin bet, Smartphone, Surveillance