Mobitekno – Berbeda dari ajang sebelumnya yang digelar di Las Vegas, Amerika Serikat, untuk pertama kalinya AWS (Amazon Web Services) menggelar ajang AWS re:Invent 2020 secara virtual/online. Ada segudang informasi baru disampaikan pada ajang ini, seperti yang terlihat dari presentasi atau keynote dari Andy Jassy, CEO AWS, yang hampir tiga jam lamanya.
Khusus untuk kawasan ASEAN, sesi virtual dengan media di Indonesia (3/12/2020) diwakili oleh Paul Chen, Head of Solutions Architect, ASEAN, AWS, untuk menyampaikan poin-poin penting yang disampikan dalam keynote Andy Jassy di AWS re:Invent 2020.
Paul Chen juga menginformasikan kiprah AWS di Tanah Air tahun ini. Seperti diketahui, Indonesia menjadi salah satu target pasar penting bagi AWS di kawasan Asia Pasifik. Ini dibuktikannya dengan rencana untuk membuka data center di Indonesia tahun depan (2021). Beberapa provder cloud lainnya, seperti Alibaba Cloud dan Google sudah lebih dulu mendirikan data center di sini.
Meski belum memiliki data center di Indonesia, beberapa perusahaan dan startup lokal diketahui sudah memanfaatkan berbagai layanan cloud yang disediakan oleh AWS. Beberapa diantaranya adalah Halodoc, HappyFresh, Ralali, Vivere (furnitur), dan Trakindo.
Dijelaskan oleh Paul, salah satu kiprah AWS di Indonesia ada di dunia pendidikan yang terdampak signifikan karena pandemi COVID-19. Salah satu pelanggannya, startup Simak Online ((Sistem Informasi Akademik Sekolah Online) telah merasakan bagaimana layanan AWS dapat mendukung kebutuhan operasionalnya dalam menghadirkan solusi administrasi digital terpadu untuk sekolah secara online.
Platform yang juga menyediakan modul terintegrasi yang bisa diakses oleh multiuser, baik murid, guru, dan orangtua/wali murid sangat dibutuhkan selama masa pandemi karenan penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Dalam menghadirkan platform pendidikan ini, Simak Online mengandalkan setidaknya tiga layanan AWS, antara lain layanan komputasi Cloud EC2, database AWS Aurora, dan storage AWS S3. Dengan mengandalkan layanan cloud dari AWS, platform Simak Online tidak lagi terkendala dengan isu skalabilitas dan fleksibilitas yang biasanya dijumpai pada server fisik.
Sebagai gambaran, Paul Chen menyebutkan bahwa Simak Online sanggup melakukan scaling up dengan cepat dan melayani hingga 45 ribu pengguna secara bersamaan per jamnya. Sejak awal Maret 2020, palform Simak Online sanggup melayani 100 sekolah baru, menyediakan 2,3 juta ujian baru, 600 ribu soal ujian, dan 1,5 juta pekerjaan rumah yang telah diselesaikan.
Selain sederet layanan dan update baru dari layanan AWS (komputasi, penyimpanan/storage, jaringan, AI/ML, developer tools, software, dll), poin penting dari keynote Andy Jassy, yang ditekankan oleh Paul Chen adalah bagaimana perusahaan harus tetap melakukan proses transformasi secara terus-menerus atau kontinyu. Istilah yang digunakan AWS disini adalah terus melakukan proses reinvent.
Tahun 2020 yang penuh tantangan telah memberikan banyak pelajaran berharga bagi banyak pihak, termasuk pelaku bisnis. Bisnis diharuskan untuk memiliki komitmen kuat untuk terus-menerus bertransformasi ulang (reinvent) agar tetap bertahan dalam menghadapi bukan hanya pandemi COVID-19, tapi juga berbagai disrupsi yang mungkin terjadi di masa mendatang. Semangat ini pula yang ingin diangkat dari ajang AWS re:Invent tahun ini.
Terdapat 3 (tiga) aspek yang dapat menjadi tolok ukur reinvent bagi bisnis, yakni:
1. Memfasilitasi cara-cara bekerja baru bagi setiap karyawan,
2. Menerapkan cara-cara baru untuk melayani pelanggan, dan
3. Mencari sumber pemasukan baru di saat sumber-sumber konvensional sedang terdisrupsi. Perusahaan harus terus berinovasi dan berpikir jauh ke depan.
Jassy menunjuk pada pertumbuhan industri cloud selama pandemi COVID-19 yang memaksa banyak perusahaan untuk menutup kantornya dan beralih ke sistem kerja jarak jauh (remote) atau disebut juga work from home (WFH). Semakin banyak perusahaan di berbagai lapis industri mulai mengandalkan infrstruktur cloud. Para retailer, e-commerce, media, industri hiburan (TV, film, dan video streaming) mulai menggenjot adopsi cloud untuk mengantisipasi lonjakan pelanggan mereka di dunia maya.
Menurut Jassy, jika dilihat perkembangan cloud selama ini, ternyata pandemi tahun ini telah mengakselerasi adopsi teknologi yang sebelumnya diprediksi membutuhkan waktu beberapa tahun. Realitasnya saat ini, semua pihak dipaksa untuk mengadopsinya sesegera mungkin agar bisnisnya bisa bertahan selama krisis pandemi.
Selama 9 atau 10 bulan masa pandemi, hampir semua perusahaan di dunia, termasuk Amazon, menjadi lebih berhati-hati dalam mengelola anggaran mengingat situasi dan kondisi yang tidak menentu selama ini. Menurut Jassy, hikmahnya, jika sebelum pandemi masih banyak perusahaan masih sebatas mencari tahu atau mencoba teknologi cloud, kini sudah banyak perusahaan yang memiliki rencana nyata untuk mengadopsi cloud. Jassy optimis akan banyak perubahan yang terjadi di industri terkait adopsi cloud ke depan.
Beberapa Update Teknologi Cloud di ajang AWS re:Invent 2020
Amazon membuat serangkaian pembaruan dan penawaran baru dalam portofolio layanan komputasi EC2, diantaranya G4ad yang menawarkan komputasi workload grafis berkinerja tinggi yang didukung AMD GPU, workload intensif jaringan (c6gn), dan aplikasi intensif memori (R5B). Tidak kalah menarik adalah dukungan terhadap macOS EC2 instance baru. Kini, para developer yang bekerja dengan beragam produk Apple sudah dapat menjalankan macOS secara native di AWS cloud.
Teknologi container yang semakin banyak diadopsi juga tidak luput dari perhatian cloud provider ini. Amazon mengumumkan dua layanan baru, ECS (Elastic Container Service) dan EKS (Elastic Kubernetes Service) untuk mendukung manajemen on-premise container dengan AWS. ECS Anywhere memungkinkan pelanggan untuk menjalankan Amazon Elastic Container Services di data center mereka sendiri. Sedangkan Amazon EKS Anywhere menyediakan kemampuan untuk menjalankan Amazon Elastic Kubernetes Services di data center mereka sendiri.
Update berikutnya disasar untuk pengguna database yang ingin berimigrasi dari SQL Server ke Amazon Aurora. Dengan layanan Babelfish for Aurora PostgreSQL, proses migrasi diklaim akan menjadi lebih mudah. Layanan baru ini juga menjadi solusi adanya ‘vendor lock’ para pengguna Microsoft yang ingin beralih ke layanan AWS.
Selain menyediaka berbagai layanan software cloud, AWS juga punya inovasi produk baru di dunia silikon. AWS mengumumkan hadirnya AWS Trainium yang merupakan custom chip generasi terbaru yang didedikasikan untuk melakukan proses pelatihan model Artificial intelligence (AI) dan Machine Learning (ML). Chip AWS Trainium menjadi alternatif menarik bagi pengguna di samping melakukan opsi training AI/ML dengan chip NVIDIA atau Intel.
Masih terkait container, AWS menghadirkan lanayan terbarunya, yaiotu AWS Proton. Developer yang semakin banyak mengandalkan komputasi container dan serverless membuat pengelolaan dan penerapannya menjadi semakin kompleks dan sulit. AWS Proton mencoba menyederhanakan proses penerapan untuk serverless dan microservices berbasis container secara terpadu agar lebih simpel bagi pengguna.
Tags: Andy Jassy, AWS, AWS Aurora, AWS EC2, AWS Proton, AWS re:Invent 2020, AWS S3, AWS Trainium, Babelfish for Aurora PostgreSQL, cloud provider, Container, Kubernetes, Simak Online