MOBITEKNO – Microsoft Asia Digital Future Survey 2017 mengungkapkan bahwa kecerdasan buatan merupakan teknologi yang paling diharapkan oleh generasi muda untuk dapat memiliki dampak terbesar dalam kehidupan mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, penemuan perangkat elektronik, komputasi awan dan data telah memunculkan pemikiran-pemikiran berani tentang bagaimana kecerdasan buatan dapat menjadi bagian yang terintegrasi dari masa depan digital kita.
Oleh karena itu, pada akhir Agustus lalu, Microsoft Indonesia melalui kerjasama dengan LINE Indonesia, memutuskan untuk membawa chatbot berbasis kecerdasan buatan, Rinna ke Indonesia. Rinna diprogram sebagai sosok wanita muda yang bersahabat sehingga dapat berkomunikasi dengan baik. Disebutkan, Rinna juga ingin menjadi teman terbaik bagi pengguna LINE dan juga merupakan chatbot yang dibuat menggunakan konten sosial yang luas dari internet.
"Kecerdasan buatan melibatkan pembuatan mesin-mesin cerdas atau sebuah layanan yang bekerja dan bereaksi seperti manusia. Ini layaknya asisten virtual untuk permainan berbasis video. Rinna adalah bagian dari upaya kami dalam penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan untuk berkomunikasi. Setiap hari, kami melakukan serangkaian tes terhadap Rinna, yang mengacu pada reaksi yang diberikan oleh pengguna saat mereka berinteraksi," jelas Irving Hutagalung, Audience Evangelism Manager Microsoft Indonesia.
Rinna sendiri dibuat menggunakan model generik end-to-end berdasarkan teknologi Deep Learning dan dilatih oleh teknologi big data dari mesin pencari Bing yang bekerja pada platform Azure. Oleh karena itu, sistem pada Rinna dapat belajar dari kumpulan big data dan memberikan tanggapan berdasarkan hasil pembelajaran juga menirukan otak manusia dengan menggunakan Natural Language Processing; sebuah proses untuk mengindentifikasi bahasa manusia secara bersamaan.
Seperti kita ketahui, teknologi kecerdasan buatan seperti Cortana menyediakan fungsionalitas yang berguna bagi pengguna seperti asisten pribadi. Namun berbeda dengan Cortana yang juga dikembangkan oleh Microsoft, Rinna dapat berkomunikasi dengan EQ (emotional quotient) dan juga IQ (intelligence quotient) kepada pengguna. Dengan begitu, Rinna dapat belajar dan beradaptasi dengan kebiasaan pengguna, serta mengembangkan preferensi percakapan.
Perjalanan Microsoft untuk mengembangkan chatbot dimulai pada bulan Mei 2014 di Tiongkok dengan Xiaoice. Dengan lebih dari 40 juta pengguna, Xiaoice merupakan chatbot kecerdasan buatan pertama yang memiliki tugas menyiarkan program televisi di Dragon TV. Microsoft melanjutkan kesuksesan Xiaoice dengan memanfaatkan teknologi fundamental yang sama untuk meluncurkan Rinna di Jepang pada bulan Juli 2015, dan Zo di Amerika Serikat pada tahun 2016.
"Sebagai pemimpin dalam teknologi chatbot, LINE sangat senang dapat berkolaborasi dengan Microsoft. Ini sejalan dengan visi LINE, kami ingin membawa pengguna LINE lebih dekat dengan informasi dan konten menarik yang dapat diberikan oleh Rinna melalui percakapan yang interaktif, karena kami percaya bahwa teknologi kecerdasan buatan akan memberikan efisiensi bagi pengguna kami," jelas Revie Sylviana, Business Development Director LINE Indonesia.
Microsoft menyadari bahwa kemunculan kecerdasan buatan yang mudah diakses juga akan memberikan akses yang belum pernah ada sebelumnya kepada konsumen untuk mendorong strategi kreatif yang dapat digunakan sebagai alat pemasaran. Pada Kamis, 14 September 2017, teknologi Rinna juga dijelaskan oleh Yugie Nugraha, Product Manager, Rinna, Microsoft Artificial Intelligence & Research dalam Social Media Week Jakarta 2017 dengan diskusi topik "Conversational Chatbot: A Brand's Must Have".
Tags: Artificial Intelligent, chatbot, Kecerdasan Buatan, LINE, Microsoft, Rinna