March 12, 2017

Ini Pemikiran Bosch untuk Ajak Produsen Otomotif Ciptakan Kendaraan yang Aman

Penulis: Eko Lannueardy
Ini Pemikiran Bosch untuk Ajak Produsen Otomotif Ciptakan Kendaraan yang Aman  

MOBITEKNO – Setiap tahun, sekitar 63.000 kematian yang terjadi akibat kecelakaan lalu lintas tercatat di negara-negara anggota ASEAN, meskipun Badan Kesehatan Dunia (WHO) mempercayai bahwa data tersebut kurang akurat, dan bila ditambah kasus-kasus yang tak tercatat secara resmi, jumlah sesungguhnya berkisar 117.000 per tahun. 

Pada dasarnya, terdapat tingkat kematian yang cukup berbeda di antara setiap negara. Di Singapura misalnya, jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas per kapita termasuk yang terendah di dunia, sementara di Thailand angkanya termasuk yang paling besar, nomor dua setelah Libya. 

Di Indonesia, data Korps Lalu Lintas Kepolisian Indonesia (Korlantas Polri) sepanjang tahun 2015 memperlihatkan, sebanyak 26.495 orang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Ironisnya, korban pada rentang usia 15 hingga 19 tahun menduduki jumlah tertinggi dalam daftar tersebut.

"Kita perlu menemukan solusi berkelanjutan bagi masalah yang menyebabkan kematian pada kalangan muda di kawasan ini, yang merenggut nyawa ribuan penduduk, dan merugikan pemerintah dari segi biaya setiap tahunnya," kata Martin Hayes, President Bosch Asia Tenggara dalam pidato utamanya di EU-ASEAN Business Summit di Manila, Filipina.

Ditambahkan oleh Hayes, bagi Bosch setiap kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas sangatlah disayangkan. Sebagai penyedia teknologi otomotif, Bosch juga percaya bahwa dampak terpenting yang dapat diciptakan oleh industri otomotif adalah memproduksi kendaraan yang lebih aman dan dilengkapi dengan sistem keselamatan modern.

Selama beberapa dekade, Bosch berupaya menghasilkan teknologi unggulan dengan visi berkendara bebas kecelakaan. Anti-Lock Braking System (ABS) pertama di dunia untuk mobil berpenumpang telah dikembangkan sejak 1978. Inovasi ini memungkinkan pengendara dapat tetap mempertahankan kontrol kemudi, dan dalam banyak kasus, memperpendek jarak pengereman tanpa tergelincir atau selip. 

Pada 1995, Bosch meningkatkan teknologinya dengan mengembangkan Electronic Stability Program (ESP atau ESC) pertama di dunia, yang kini tertanam pada 64 persen kendaraan baru di seluruh dunia. Di Eropa saja, hingga kini ESP telah menyelamatkan lebih dari 8.500 nyawa dan mencegah terjadinya lebih dari seperempat juta kecelakaan.

Kendaraan yang memiliki standar keamanan tinggi, misalnya dilengkapi kantong udara, ESC, atau ABS, bukan hanya melindungi keselamatan penumpangnya, tetapi juga membantu menyadarkan seluruh produsen industri otomotif bahwa peluang ekspor untuk pasar otomotif masih terbuka lebar. 

"Kami memahami dengan baik bahwa perbaikan dalam keamanan berkendara bukanlah sesuatu yang bisa terjadi dalam waktu singkat. Hal ini harus melewati proses bertahap yang memerlukan keterlibatan banyak pihak, termasuk komunitas ilmiah, pemerintah, LSM, dan industri," tutup Hayes.

 

Tags: , , , ,


COMMENTS