June 1, 2017

GfK: Connected Consumers Berpotensi Menggerakan Pertumbuhan Smart Home

Penulis: Eko Lannueardy
GfK: Connected Consumers Berpotensi Menggerakan Pertumbuhan Smart Home  

MOBITEKNO – Era digital telah matang melebihi teknologi gadget seperti smartphone, kini dengan peralatan rumah tangga yang sudah didukung oleh teknologi mutakir yang lebih dikenal dengan “Rumah Pintar” atau Smart Homes.

Di Asia, Smart Homes sudah cukup berkembang. Berdasarkan laporan yang dilansir oleh Singapore Business Review, pasar Smart Homes di Asia diharapkan mencapai $115 milyar pada tahun 2030. 

Secara global, penjualan smart connected air conditioners (AC) terdaftar sebesar US$ 42 juta pada tahun 2016, dengan Taiwan memimpin pangsa pasar di Asia, diikuti Australia, Selandia Baru, Thailand dan Vietnam.

Terlepas dari besarnya potensi industri Smart Homes, perjalanan masih panjang sebelum teknologi tersebut menjadi mainstream, tak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia.

Dalam laporan Tech Trends 2017 yang dilansir oleh GfK, studi tersebut menemukan bahwa perangkat pintar yang paling umum ditemukan adalah Smart TV atau TV pintar. Sebanyak 17,38 juta sudah terjual di Eropa pada 2016, dan mengalami kenaikan yang sebelumnya pada tahun 2011 hanya 5,61 juta. 

Berdasarkan dari laporannya, Regional director GfK Asia Karthik Venkatakrishnan menyarankan bahwa ada 3 kunci utama dimana industri Smart Home butuh diperbaiki, yakni kompatibilitas, komunikasi dan konsentrasi. Ia menegaskan bahwa saat ini penyebaran perangkat, peralatan, pabrik dan ritel yang ada di pasar masih membingungkan bagi konsumen. 

"Tidak semua peralatan cerdas kompatibel antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini juga membuat tak sedikit konsumen bingung untuk memilih perangkat yang ada di pasaran. Apalagi jika dikaitkan dengan harga yang ditawarkan, mereka harus merogoh kocek cukup dalam," jelas Karthik.

Lewat rilis yang diterima oleh Mobitekno.com, Karthik menambahkan bahwa keuntungan dari Smart Home dan bagaimana perangkat-perangkat untuk menunjang rumah pintar itu dapat meningkatkan kehidupan penggunanya juga perlu dikomunikasikan dengan jelas. Hal ini sangat penting dan perlu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing dari pasar yang dituju.

Dari laporan Tech Trends 2017 yang digulirkan oleh GfK juga menyebutkan bahwa sebanyak 62% Boomers memilih untuk "menghemat uang dengan mengurangi biaya utilitas sebagai pertimbangan utama". Sebaliknya, Gen X-ers menempati peringkat "untuk menjaga keamanan dan kenyamanan rumah saya" sebagai prioritas utama.

Dalam laporan ini, GfK juga menemukan bahwa Milennials yang lebih tua (Gen Y) merupakan kelompok yang mengadopsi terlebih dahulu dan memimpin urusan tersebut, dengan 33% secara global berencana untuk membeli perangkat cerdas dalam dua sampai tiga tahun ke depan, dibandingkan dengan 28% Millennials yang lebih. 

"Saat ini kita tinggal di era yang disebut dengan “Connected Consumer”, dan ada tiga manfaat utama yang didapatkan dari brand itu sendiri, yaitu, kebebasan, akselerasi dan keintiman. Disaat Smart Home menjadi kenyataan, brand yang paling sukses adalah mereka yang mampu menyajikan pengalaman sederhana dan mulus yang dicari konsumen," pungkas Karthik.

 

Tags: , , , ,


COMMENTS