August 31, 2016

Trend Micro Galang Kekuatan untuk Menghadapi Serangan Kejahatan Siber yang Semakin Ganas

Penulis: Karyo
Trend Micro Galang Kekuatan untuk Menghadapi Serangan Kejahatan Siber yang Semakin Ganas  

MOBITEKNO – Laju transformasi digital yang sangat pesat saat ini seperti adanya Big data, cloud computing, mobility dan Internet of Things (IoT ), hal itu akan dihadapkan pada ancaman-ancaman cyber yang kini menunjukkan peningkatan yang luar biasa baik dalam hal kerugian maupun kecanggihannya.

Beberapa data juga menunjukan bahwa serangan kejahatan siber melalui malware serta ransomeware  menunjukan peningkatan yang luar biasa. Terjadi peningkatan sebesar 172% soal jumlah ransomware yang berhasil diungkap selama tengah tahun pertama 2016.

Sementara kerugian akibat ransomware tercatat mencapai angka setara $209 juta yang terjadi sepanjang triwulan pertama tahun 2016. Angka tersebut menurut FBI, hanya untuk wilayah Amerika Serikat saja.

Selain peningkatan dan jumlah kerugian yang semakin besar, tingkat kecanggihannya pun semakin meningkat. Dari Januari hingga Juni tercatat ada 79 famili ransomware baru. Ini merupakan kejadian luar biasa bila dibandingkan dengan jumlah famili ransomware yang tercatat di sepanjang tahun 2015 yakni hanya ada 29.

Seiring peningkatan jumlah famili atau varian baru ransomeware tersebut, berbagai trik dan metode pun sangat beragam sekali. Spam menjadi metode pembidikan ransomware yang paling sering dijumpai dengan mencatat 71% dari total metode yang dikenali. Kemudian metode dengan memanfaatkan exploit kits menempati urutan setelahnya dengan persentase sebesar 18%.

Kini Varian baru ransomware tersebut  dirancang membidik dokumen perusahaan, dengan persentase sebagai berikut: 52% database files, 19% SQL files, 14% web pages, 10% tax return files, dan 5% Mac OS files.

Sementara itu data lain menunjukan bahwa penipuan model Business Email Compromise (BEC) bernilai miliaran dollar. Lebih dari 22.000 perusahaan di seluruh dunia ditengarai telah menjadi korban penipuan BEC scams selama tengah tahun pertama tahun 2016. Menurut laporan FBI , penipuan tersebut mengakibatkan kerugian sekitar US$3 miliar . Penipuan tersebut umumnya menggunakan teknik social engineering untuk memancing korban, tak lagi menggunakan cara-cara intersepsi transaksi uang.

Menyadari akan hal itu Trend Micro sebagai pemimpin global di kancah solusi keamanan siber, memprakarsai untuk  menggalang kekuatan menghadapi ancaman tersebut dengan  mengadakan CLOUDSEC 2016.  Melalui CLOUDSEC 2016, konferensi keamanan internet terakbar di kawasan Asia Pasifik dan Eropa tersebut Trend Micro menggalang kekuatan dengan menghadirkan ahli-ahli terkemuka serta thought leader ternama di industri keamanan tingkat dunia dalam rangka mendukung lembaga maupun perusahaan menghadapi ancaman tersebut.

Konferensi yang mengadirkan para pakar solusi keamanan siber tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan adanya ancaman kejahatan siber yang semakin ganas tersebut, terutama bagi Tim IT perusahaan.  Hal itu untuk membekali perusahaan dengan pemahaman dan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai keamanan data dan informasi serta manajemen risiko yang dapat mereka terapkan nantinya.

Dari survei tolok ukur yang diselenggarakan oleh Trend Micro baru-baru ini terungkap bahwa hanya 1 dari 10 perusahaan di kawasan Asia Pasifik  yang memahami bagaimana ancaman serangan siber dilakukan dan hampir 50 persennya ternyata tidak memiliki program kesadaran keamanan di perusahaan mereka.

Menurut Myla Pilao, Director Trend Labs, 59 persen dari perusahaan tersebut mengungkapkan bahwa karyawan mereka yang memiliki pemahaman yang rendah soal keamananlah yang menjadi ancaman keamanan siber terbesar dari sisi dalam perusahaan sendiri.

Perampokan data, ransomware, serta penipuan online yang makin marak  akan  membawa ancaman serta risiko yang besar bagi kelangsungan perusahaan di masa kini. Hal ini selaras pula dengan laporan  Gartner, bahwa di tahun 2020, 60% dari digital business yang ada diprediksikan bakal mengalami kegagalan besar dalam menyelenggarakan layanan akibat kekurangsigapan tim keamanan IT perusahaan dalam mengelola risiko digital.

“Mengelola dan memberdayakan karyawan dengan pola pikir dan kecakapan teknis soal keamanan seharusnya dijadikan prioritas utama bagi perusahaan,” tutur Andreas Kagawa, Country Manager, Trend Micro Indonesia, saat gelaran CLOUDSEC 2016, di Jakarta , Selasa ( 30/08).

“Manusia, teknologi, dan proses memiliki peranan yang sama penting dalam memastikan terjaminnya keamanan di jaringan perusahaan. Melalui konferensi ini, perusahaan bersama-sama dengan para ahli dapat saling menimba pengalaman berharga dan bersama-sama membentuk strategi pertahanan keamanan siber yang paling efisien,” tegas Andreas.

Tags: , , ,


COMMENTS